x

Iklan

Syarifudin

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 29 April 2019

Minggu, 22 Desember 2019 16:01 WIB

Ibu, Perempuan yang Rela Lapar Bila Anaknya Kenyang

Ibu, perempuan yang rela lapar bila anaknya kenyang. Selamat Hari Ibu

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Sehebat dan sesukses apapun si anak. Sudah pasti, tak akan mampu membalas jasa dan pengorbanan ibu. Karena ibu, sosok yang paling gigih memperjuangkan mimpi anak-anaknya. Ibu pula sosok yang paling punya kasih sayang melebihi batas langit dan bumi.

 

Sulit dibantah. Di balik kesuksesan seorang anak, pasti ada “tangan dingin” seorang ibu. Si anak begini sekarang, pasti ada kekuatan doa dan restu ibu di belakangnya. Ibu yang berjuang sambil merintih hingga anaknya lahir. Ibu pula yang menyusui si anak yang dulu hanya jabang bayi. Tidak peduli, ibu pun terbangun dari kantuknya saat di anak menangis di malam hari. Sekalipun letih, ia tetap mengganti popok si bayi. Apa yang dilakukan ibu, bukan hanya soal tanggung jawab. Tapi, Ibu ikhlas dan rela melakukan apapun demi anak-anaknya.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

 

Adalah benar adanya. Surga itu ada di telapak kaki Ibu.

Perempuan yang sudi dia tetap lapar sementara anaknya kenyang. Perempuan yang rela dia tetap kehausan, sementara anaknya puas minum. Hanya Ibu, sosok yang patut dihormati dan disayangi. Maka riwayat pun menyebut “ibu” hingga tiga kali. Ibu, Ibu, dan Ibu lalu kemudian ayah.

 

“Seperti udara kasih yang engkau berikan, tak mampu ku membalas, Ibu” begitu lirik lagu Iwan Fals. Memang tidak akan mampu seorang anak membalas jasa ibunya. Karena, bila ada rumah yang paling luas halamannya; bila ada harta yang paling banyak sedekahnya; bila ada guru yang paling sabar mengajarnya; bila ada sentuhan yang paling tulus belaiannya. Sungguh itu semua hanya ada pada Ibu.

 

Maka kunjungilah Ibu. Sangat wajib, bila anak berbuat baik dan berprasangka baik kepada ibu. Berlaku lembut dan berbicara santun kepada ibu. Sambil bertindak penuh kasih sayang dan selalu berdoa untuk ibu. Ibu yang ada di rumahnya, Ibu yang bermukim di tempat si anak dilahirkan dulu.

 

Bukan “ibu” di media sosial. Ibu yang hanya bisa berkata-kata baik tentang ibu di dunia maya. Bertutur indah tentang ibu ada di medsos. Ibu yang kini sudah jarang bahkan tidak lagi diminta nasehatnya. Ibu yang bila mengirim WA, terlalu lama dijawabnya. Ibu yang di rumah, bukan ibu yang di medsos.

 

Ibu. Betapa ajaibnya sentuhan tangan seorang Ibu. Selalu menguatkan di saat anaknya lemah. Selalu membangkitkan di saat anaknya terpuruk. Sentuhan Ibu tak akan pernah tergantikan oleh sentuhan orang lain. Bahkan oleh sentuhan seorang ayah yang hebat sekalipun.

 

Maka hormatilah Ibu. Sayangilah Ibu. Semoga senyum selalu terpancar dari raut wajahnya. Sambil berucap terima kasih dan mohon maaf lahir batin hanya kepada Ibu. Karena tidak ada anak yang “miskin” selagi ia punya ibu yang hebat.

 

Agar hingga kini, batin sang Ibu tetap berkata, “Ya Allah, aku ridho kepada anak-anakku”. Selamat HARI IBU. #HariIbu #Ibu

Ikuti tulisan menarik Syarifudin lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

2 hari lalu

Terkini

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

2 hari lalu