Pembunuhan Hakim: Zuraida Ikut Eksekusi, Ada Putrinya & Isu Selingkuh

Rabu, 8 Januari 2020 19:29 WIB
Bagikan Artikel Ini
img-content0
img-content
Iklan
img-content
Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Setelah dua bulan lamanya, teka-teki pembunuhan hakim Jamaluddin akhirnya terkuat. Polda Sumatera Utara tiga orang tersangka. Mereka ada isteri sang hakim, Zuraida Hanum, yang diduga menjadi otak pembunuhan.

Setelah dua  bulan lamanya,  teka-teki pembunuhan hakim Jamaluddin akhirnya terkuak.   Polda Sumatera Utara  telah menetapkan tiga orang tersangka. Mereka adalah  isteri sang hakim, Zuraida Hanum, 41 tahun, yang diduga menjadi otak pembunuhan.

Dua tersangka lainnya adalah M.Jefri Pratama, 42 tahun, dan Reza Fahlevi, 29 tahun,  yang  mengeksekusi pembunuhan.

Kepala Kepolisian Daerah Sumatera Utara Inspektur Jenderal Martuani Sormin mengatakan kematian Jamaluddin akibat kehabisan oksigen." Para tersangka membekap korban saat ia tidur,"  kata Martuani  Rabu 8 Januari 2020.

Menurut Martuani, pada tubuh korban tidak ditemukan luka bekas penganiayaan." Itu yang membuat penyidik kesulitan mengungkap dengan cepat," kata Martuani. Namun, hasil forensik dan barang bukti akhirnya disimpulkan penyidik bahwa korban dibunuh pada dini hari, 29 November 2019.

Hakim  Jamaluddin ditemukan warga telah tewas di dalam mobil Toyota Land Cruiser Prado warna hitam nopol BK 77 HD, Jumat siang, 29 November 2019. Mobil itu terperosok di sebuah jurang di Dusun II Namo Rindang, Desa Suka Dame, Kecamatan Kutalimbaru, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara.

Motif sementara dari hasil penyidikan, kata Martuani, adalah pertengkaran dalam rumah tangga. Adapun Jefri Pratama dan Reza Fahlevi bisa masuk ke dalam rumah dan kamar tidur Jamaluddin diatur oleh Zuraida pada malam pembunuhan 29 November 2019.

Atas perbuatan ketiganya polisi menetapkan Pasal 340 Subsider Pasal 338 Junto Pasal 55 ayat (1) ke 1 KUHPidana Pasal 340 dengan ancaman hukuman mati atau penjara seumur hidup.

Selanjutnya: dugaan selingkuh dan perencanaan
<--more-->

Dugaan selingkuh dan perencanaan di kafe
Pembunuhan itu rupanya direncanakan  empat hari sebelumnya di sebuah kafe.  "Semua rencana pembunuhan itu dibicarkan Zuraida Hanum dan Jefri Pratama pada 25 November 2019 di Coffee Town Ringroad Medan," kata Martuani.

Mereka juga mengajak Reza dan selanjutnya setelah sepakat dengan rencana tersebut, kemudian Zuraida memberikan uang sebesar Rp 2 juta kepada Reza.

Rencana ini dilakukan setelah terjadi kisruh rumah tangga pasangan Jamaludin dan Zuraida yang  menikah pada tahun 2011 dan dikaruniai seorang anak.    Seperti diberitakan oleh tribunnews, seiring waktu berjalan Zuraida cemburu karena merasa diselingkuhi.

Pada akhir tahun 2018 Zuraida diduga  menjalin hubungan asmara dengan Jefri Pratama. Keduanya kenalan karena anak mereka sama-sama satu sekolah.

Pada hari-hari  sebelum pembunuhan  tampakya terjadi pertengkaran antara Jamaluddin dan Hanum.  Dituturkan oleh Maimunah (nama samaran),   calon pengacara sang suami,  saat itu Jamaluddin sudah merencanakan untuk bercerai dengan  Hanum. Tapi sang isteri belum sepakat.

 

Maimunah sedianya akan mengurus perceraian hakim asal Aceh itu.  Ia menyebut  hakim Jamaluddin memiliki harta senilai Rp 48 miliar. Seperti dituturkan kepada Tribunnews.com,  angka itu  disampaikan Jamaluddin kepada Maimunah pada bulan Agustus 2019, saat diskusi  rencana perceraian.

"Jadi waktu mau cerai itu dibilang pokoknya Rp 30 miliar itu berbentuk aset, dan Rp 18 miliar itu uang tunai,"  ujar Maimunah, 29 Desember 2019.

Gugatan cerai itu semula akan diajukan ke Pengadilan Agama Medan pada 2 Desember, tapi rencana ini batal karena  Jamaluddin ditemukan tewas  pada 29 November.

Menurut Maimunah, ketika itu hakim Jamaluddin hanya menyebutkan nominal aset. "Saya enggak tahu di mana, entah deposito atau di mana," kata Maimunah.  Rencananya uang dan aset miliaran tersebut hendak dibagi-bagikan kepada anak-anaknya, baik dari mantan istri pertama maupun buah hati dari Zuraida Hanum.

 "Lalu September akhir,  dibilang kalau ngamuk ibu itu (Zuraida).  Jadi surat itu enggak mau dibagikan ibu itu, entah surat tanah atau apalah itu,"  kata sang pengacara.

Selanjutnya: proses eksekusi
<--more-->

Proses eksekusi
Malam itu sekitar  pukul 19.00 WIB Jefri dan Reza dijemput oleh  Zuraida dengan mobil Toyota Camry BK 78 ZH di Pasar Johor di Jalan Karya Wisata, kemudian menuju rumahnya.

Keduanya turun dari mobil dan masuk ke rumah korban. Sementara Zuraida menutup pagar garasi mobil lalu mengantar keduanya ke lantai 3. Sekitar pukul 20.00 WIB, Zuraida naik ke lantai 3 membawakan minuman air mineral kepada Jefri dan Reza.

Sekitar pukul 01.00 WIB, Zuraida naik kembali ke lantai 3 dan memberi petunjuk kepada Jefri dan Reza untuk turun dan menuntun jalan menuju kamar korban.

Di dalam kamar, korban terlihat oleh Jefri dan Reza sedang memakai sarung dan tidak memakai baju. Sementara anaknya tertidur.  Saat itu, posisi Zuraida berada di tengah kasur antara korban dan anaknya.

Jamaluddin tak mampu melawan saat Reza membekap wajahnya dengan kain sebab  Zuraida menduduki kaki korban. Putri mereka sempat melihat pembunuhan tersebut. Namun, Zuraida menenangkannya sehingga putrinya kembali tertidur.

“Setelah korban tidak bergerak, mereka mengecek untuk memastikan apakah korban sudah meninggal atau belum. Setelah yakin korban sudah meninggal mereka berdiskusi mengenai tempat pembuangan jenazah,” kata Martuani Sormin.

Awalnya, kata Martuani, mereka sepakat untuk membuang jenazah korban di kawasan Berastagi. Mereka kemudian memakaikan seragam olah raga Pengadilan Negeri Medan kepada korban. Korban kemudian diangkat ke dalam mobil Prado BK 77 HD dan diletakkan dalam posisi terbaring pada deretan bangku kedua.

“Jefri Pratama menyetir mobil, sedangkan Reza Fahlevi duduk didepan,” ujarnya. Mobil tersebut sempat singgah di satu tempat untuk mengambil sepeda motor Vario Hitam BK 5898 AET yang dikemudikan Reza Fahlevi.

Sepeda motor ini mengikuti mobil prado berisi jenazah Jamaluddin hingga akhirnya dibuang di areal kebun sawit di Desa Suka Dame, Kutalimbaru, Deli Serdang. Jefri dan Reza kemudian meninggalkan lokasi menggunakan sepeda motor tersebut.

Selanjutnya:  terbongkar karena...
<--more-->

Terbongkar karena kejanggalan
Pembunuhan yang direncanakan amat rapi itu,  bahkan tidak ada sidik jari pelaku di mobil dan  tempat kejadian perkara, bisa dibongkar karena keuletan polisi. Ada banyak kejanggalan, misalnya,  korban memakai baju trainning,  untuk mengesankan dia berangkat ke kantor.

Biasanya setiap Jumat kantor PN Medan memang mengadakan olahraga.  Tapi kebetulan hari itu kegiatan tersebut ditiadakan karena ada acara lain.  Aneh jika Jamaluddin lupa ada perubahan kegiatan itu.

Sang isteri sebelumnya juga menyatakan bahwa  korban berangkat ke bandara pukul 05.00 WIB.  Ia juga  mengatakan bahwa suaminya setelah  ke bandara akan langsung ke kantor PN Medan. “Bapak tidak cerita ke saya siapa yang ingin berjumpa,” ujar Zuraida , 30 November 2019.

Kesaksian itu janggal karena rekaman CCTV  tetangga  rumah Jamaluddin  memperlihatkan mobil milik korban keluar dari rumah pukul 04.00 WIB. Adapun CCTV di rumah Jamaluddin sendiri sengaja dimatikan dan bukan rusak. Hal ini  juga mencurigakan.

Polisi juga kesulitan mengecek  apa betul Jamaluddin pergi ke bandara.  Kalau  benar, hal itu mudah dilacak lewat CCTV di jalanan dan di Bandara.  Nyatanya tak da jejaknya ke bandara.  Nah, ketika polisi mengonfirmasi lagi ke Zuraida,  sang isteri berdalih bahwa suaminya suka berbohong.

Dari kondisi janazah, korban diperkirakan meninggal  12 sampai 20 jam sebelum otopsi yang dilakukan malam hari (sekitar pukul 20 WIB) .  Ini berarti  korban dibunuh pada dini hari  hingga Subuh.  Soalnya  mayat korban ditemukan  pada Jumat, 29  November, siang hari sekitar pukul 13.00 WIB.

Kesaksian Zuraida juga tidak klop dengan penjelasan  Kapolsek Kutalimbaru AKP Bitler Sitanggang sebagai sumber pertama penemuan mayat.   Ia  menjelaskan pihaknya mendapatkan informasi  penemuan mayat  tersebut  pada Jumat sekitar pukul 13.30 WIB.   Tapi ia mengatakan,  bahwa ada warga yang melihat mobil itu sudah mondar-mandir di kawasan itu sejak pagi sekali.

Tak cuma berbohong soal keberangkatan suami, Zuraida berkali-kali juga mengungkapkan adanya teror di rumahnya beberapa pekan sebelum pembunuhan. Ia mengatakan ada yang menabrak pagar rumahnya.  Tapi pengakuan ini diragukan  oleh anaknya sendiri.

Zuraida yang  terlihat suka berpenampilan keren dan berdandan cantik seperti yang terlihat di media sosial, juga pernah mengatakan dia dan suaminya akan berangkat umrah. Saat pemakaman suaminya, dia berkali-kali terlihat pingsan.  ***

 

 

 

 

 

 

Bagikan Artikel Ini
img-content
Dian Novitasari

Penulis Indonesiana

0 Pengikut

Baca Juga











Artikel Terpopuler