Dinamika Mahasiswa dan Pemuda dalam Meghadapi Bonus Demografi di Indonesia

Sabtu, 18 Januari 2020 18:29 WIB
Bagikan Artikel Ini
img-content0
img-content
Iklan
img-content
Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Historis pergerakan mahasiswa berkaitan dengan kontribusi terhadap perubahan Indonesia sudah tidak diragukan lagi. Setidaknya beberapa rentetan peristiwa seperti pada tahun 1966 melancarkan Tirtura( Tiga tuntutan rakyat) yang merujung pada berakhirnya rezim Suekarno. Mahasiswa sebagai Agen perubahan (Agen of change), bahwa perubahan yg diciptakan oleh mahasiswa adalah perubahan yang betul-betul menyeluruh berhubungan dengan bangsa dan negara

Historis pergerakan mahasiswa berkaitan dengan kontribusi terhadap perubahan Indonesia sudah tidak diragukan lagi. Setidaknya beberapa rentetan peristiwa seperti pada tahun 1966 melancarkan Tirtura( Tiga tuntutan rakyat) yang merujung pada berakhirnya rezim Soekarno. Kemudian pada tahun 1974 terjadi peristiwa malari peristiwa yang disebut oleh Arif Budiman “Fantastis” waktu pengulingan Soeharto dari tampuk kekuasaan yang telah selama 32 tahun, pada tahun 1998 terjadi bukti jelas antar konstribusi mahasiswa dan pemuda. Pada masa-masa itu para aktivis mahasiswa melakukan aksisnya secara terorganisir dengan baik. Dimana pada tahun 1966 terorganisir dibawa KAMI ( Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia) dan pada tahun 1998 serentaknya demokrasi menggulingkan rezim nya soerharto.

Kita sebagai mahasiswa yang sadar akan tanggung sebagai generasi harapan bangsa, bahwa gerakan-gerakan yang dibangun hari ini tidak seindah gerakan yang dibangun oleh kawan-kawan pada era 90-an. Mari bercermin pada gerakan yang dibangun atas dasar kesadaran pada kondisi dan keadaan masa itu, bahwa kekuasaan yang dipegang oleh rezim pada masa itu tidak memikirkan kebijakan harus melihat mengutamakan rakyat kecil, seolah-olah pemerintah hanya memikirkan kepentingan individual dan kelompok-kelompok tertentu (kaum-kaum berjuis) Perlu peran penting kaum aktivis dan akademisi menganalisi, maupun mengevaluasi keadaan yang terjadi hari ini.

Peran penting mahasiswa dalam menghadapi Kesenjangan politik

Mahasiswa sebagai Agen perubahan (Agen of change), bahwa perubahan yg diciptakan oleh mahasiswa adalah perubahan yang betul-betul menyeluruh berhubungan dengan bangsa dan negara. Sosial control ( sosial of control), Mahasiswa juga mampu berperan dalam kondisi politik yang simpang siur. Harus benar memahami kondisi politik yg terjadi di Indonesia. Karena politik dalam prespektif mahasiswa yg idealisme maupun akademisi tidak memandang politik hanya sekedar pada sisi yang saling menjatuhkan antara satu sama lain, itu cara pandang primitive dan klasik, sehingga tidak pernah memaknai dan memahami  nalar politik itu sendiri.

Bahwa sebernanya politik adalah suatu alat yang mengatur kehidupan kita sehari-hari dari makan sampai minum, dari tidur sampai bangun tidur secara tidak sadar bahwa kita sedang berpolitik. Tapi secara ideal cara pandang kita sebagai akademisi bahwa politik adalah sebagai alat negara untuk menyatuhkan  negara dari beberapa aspek sosial, politik  sehingga mempunyai pondasi dan sebagai kekuatan dalam Negara.

Pengaruh pasak surutnya generasi muda dipengaruhi dari  aspek sosio-politik, jadi peran pemuda sebagai partsipan  politik kehadiran nya harus mereposisi makna politik ke arah yg lebih positif, dikala politik dimakna ke arah negatif akibat penyimpangan oleh segelintir pelaku politik. sehingga terjadi praktik money politik menjual suara masyarakat demi mencampai kepentingan individual. sehingga timbul gerakan pemuda disinyalir  telah menyalahi prisip idealisme, bahkan cenderung dikonstruksi kepentingan golongan atau kelompok tertentu. Dalam  tulisan  Joel Stein dalam situs Time. Com "Milineal The me me me generation (generasi milineal  aku aku aku) "Dalam perkembangan pemuda terdahulu berwatak pejuang kini berevolusi menjadi pemuda berwatak penikmat"

Melihat realitas demokrasi yg terjadi di indonesia hanya sekedar demokrasi yg dipakai oleh kaum elit-elit politik dinegeri ini pada kontes-kontes kepentingan kelompok tertentu atau kepentingan individual. Kesenjangan  politik yang terjadi era ini tidak lain dari prilaku yang tidak baik oleh politisi sehingga nama baik demokrasi ikut  tercecer dan ternodai oleh politisi yg tidak bertanggung jawab. Demokrasi berawal dari prespektif yunani kuno. Demokrasi pada masa itu diselenggarakan secara efektif karena berlangsung secara sederhana. Karena kondisi pada saat itu masih terbatas, meliputi aspek negara, (city state) dan daerah sekitarnya. dengan jumlah penduduk berkisar 300.000 jiwa dalam satu negara, selain dari itu ketentuan demokrasi hanya berlaku untuk warga Negara resmi,  buruh,  budak belian, rakyat jelata, pedagang asing tidak memilki hak melakukan demokrasi. Secara tidak langsung demokrasi yg dianut oleh bangsa Indonesia adalah demokrasi  evolusi dari demokrasi yg lahir dari Bangsa Yunani hingga masa peradaban Eropa Barat. Demokrasi yang dianut oleh Eropa Barat pada abat 6-15 masehi, dimana demokrasi yang dianut oleh yunani pada masa itu, tidak di gunakan oleh barat,  masa abat pertengahan ditandai dengan struktur sosial yang feodal (hubungan vasal (budak) dan lord (tuan) kehidupan sosial dan spiritual dikuasai oleh Paus dan gereja. Sebelum abad pertengahan berakhir, masuk abad permulaan aba ke-16, diEropa Barat munculnya beberapa Negara( nation state) kondisi moderen. Eropa Barat mengalami perubahan sosial dan kultural.

Kembali kepersoalan pergerakan mahasiswa hari ini, apakah pergerakan hanya semata- mata kepentingan publik atau malah sebaliknya pergerakan hedonisme. Kaum intelektual harus mampu menganalisis lebih dalam perkesimpangan Demokrasi yg terjadi hari ini.

Jika kita Menghamba kepada ketakutan, kita memperpanjang, pada perbudakan ( Wiji Thukul) jadi kita semakin takut untuk menyuarkan keadilan, Maka semakin dekat perbudakan menghampiri kita. Keadilan yang dituntut adalah semata-mata untuk kepentingan seluruh rakyat,  Tidak memandang bulu,  maupum Mulus,  tidak memandang siapa yang kuat dan lemah.  Keadilan berdasarkan UUD 1945 dan pancasila sebagai hukum tertinggi dalam Negara kesatuan RI.

Peran pemuda dalam menghadapi kesenjangan social

Sosio- demografis aspek ini hanya menyentuh pada kuantitas kepemudaan bahkan akan berpengaruh pada jumlah pemuda banyak benturan mencari jati diri yang sebenarnya. pemuda kelompok yang dinamis mudah memposisikan diri baik dari hal yang baru bersifat positif dan negatif. Kecemburuan sosial dapat menyebabkan tindakan asosial  menimbulkan sikap apatis terhadap keadaan sehingga menimbulkan tindakan kriminal seperti perkelahian, penyembaran obat-obatan terlarang, pencurian dan sebagai nya. Bahkan marak pelaku kejahatan terjadi pada generasi muda, Jadi generasi muda milineal bukan lagi generasi pejuang yang diharapkan oleh Budi Utomo,  dan Soekarno dkk pada masa orde lama. Soekarno pernah berkata, kalimat yang fenomenal "Beri aku 1.000 orang tua, niscaya akan kucabut semeru dari akarnya. Beri aku 10 pemuda niscaya akan ku guncangkan dunia. Seribu orang tua bisa bermimpi, satu orang pemuda bisa mengubah dunia.". Peran aktif kaum muda dalam memperbaiki kesenjangan sosial perlu, sebagai tanggungjawab generasi meningkatkan kebersamaan dalam kehidupan bermasyarakat, bernegara dan berbangsa. 

Nabi Muhammad menyatakan bahwa perubahan social masyarakat, dimulai dari perubahan pada diri manusia berdasarkan pada nilai-nilai spiritualitas ( kesadaran yang kuat untuk berubah terus menerus) 

Jadi momentum ini sebagai  ajang kita selaku generasi muda untuk memperbaiki diri dari terhadap dilema dan keadaan kritis generasi muda, meliputi persimpangan dan problematika kepemudaan dalam aspek social dan politik, adalah generasi yang berilmu, beriman dan berahlak mulia. Bukan generasi yang semata-mata hanya hanya mencari dan numpang pada golongan dan kelompok tertentu, yang hanya bisa memanfaatkan kepentingan tertentu, generasi seperti itu adalah generasi yang bisa menularkan virus-virus sehingga menimbulkan penyakit social diruang lingkup bermasyarakat. Tapi setidaknya menjadi generasi yang mampu memberikan konstribusi terhadap masyarakat dari segi membangun nilai-nilai yang  baik dalam perspektif social, politik dan kebudayaan maupun pemberdayaan masyarakat agar lebih baik.

 

Yogyakarta 18 januari 2020

Bagikan Artikel Ini

Baca Juga











Artikel Terpopuler