x

Zalfa (18) sedang menjahit masker kain.

Iklan

Naziya Fadhilatunnisa

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 9 April 2020

Jumat, 10 April 2020 06:25 WIB

Masker Medis Langka, Jadi Berkah Bagi Perajin dengan Membuat Masker Kain

Masker medis sulit dicari, sejumlah perajin membuat masker bahan kain untuk mendapat penghasilan sekaligus berperan membantu mengurangi potensi penularan virus.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Oleh Naziya Fadhilatunnisa (988-24051-19311049) 
Universitas Informatika dan Bisnis Indonesia


Masker medis menjadi langka semenjak munculnya pandemik Covid-19. Sejumlah apotek kehabisan stok masker sejak Bulan Maret 2020. Namun, disisi lain hal ini menjadi penghasilan tambahan bahkan penyambung hidup bagi para penjahit dengan membuat masker dari bahan kain.

Pandemik Covid-19 tak kunjung usai, pemerintah memperpanjang masa darurat virus corona menjadi 91 hari hingga 29 Mei 2020. Berbagai pekerja diharuskan berkeja di rumah (work from home) atau bahkan berhenti berkerja, sehingga akhirnya banyak orang yang tidak memiliki penghasilan sama sekali.

Berbagai kalangan masyarakat mencari beberapa kebutuhan untuk mencegah virus Covid-19 dengan membeli vitamin, hand sanitizer, dan yang paling utama adalah masker. Irma Vitriani, selaku penanggung jawab apotek di daerah Bandung Timur menjelaskan, pasalnya hand sanitizer, vitamin C dan E habis dalam jangka waktu yang pendek. Sedangkan masker kosong sejak awal Bulan Maret. Permintaan konsumen juga terus bertambah. Namun, pihak apotek tidak dapat memenuhi permintaan tersebut. “Masker bedah laku, tapi awal Maret sudah habis, sudah tidak ada dari pemasoknya juga. Padahal banyak yang nanyain,“ ujar Irma menerangkan.

Tak heran banyak masyarakat yang beralih mencari masker kain untuk melindungi diri dari virus. Hal ini dimanfaatkan perajin yang biasa menjahit untuk memproduksi masker dari bahan kain. Berbeda dengan para pekerja lain yang sulit mendapat penghasilan, para penjait ini mendapat penghasilan lebih banyak dari sebelumnnya. Seperti yang dilakukan oleh Zalfa (18), ia merupakan seorang perajin yang sebelumnnya menjual barang-barang seperti tempat pensil, reuseble pad, dan scrunchies hingga setelah menculnya pademik Covid-19, kini ia menjual masker kain karena banyaknya permintaan dan memang masker kain dianggap sebagai salah satu solusi jika masker medis tidak ada. Pendapatannya pun kian meningkat dari sebelumnya. Dihari pertama pernjualannya, ia mendapat pesanan hingga 150 masker. “Pendapatan menjadi sangat meningkat, rata-rata pembeli dari keluarga, teman, dan juga rekan kerja,” ujar Zalfa. Tak hanya menjual secara luring, tapi ia jual juga secara daring. Jadi, jangkauan pembeli pun semakin luas. Sama seperti halnya yang dilakukan Zalfa, dikutip dari Kompas, Delima (37) seorang ibu rumah tangga di Koja, Jakarta Utara berusaha menghidupi keluarganya dengan menjual masker kain. Ia menggantungkan hidupnya dari pendapatan tersebut.

Zalfa, sedang memproduksi sejumlah masker kain.

Para perajin masker kain ini tetap menjual masker dengan harga terjaungkau, dan tak perlu terlalu khawatir soal keefektifan masker kain. Walau tidak sebaik masker medis, masker kain tetap bisa digunakan dari pada tidak sama sekali. Dikutip dari Media Indonesia, Seorang peneliti dari University of Cambridge di Inggris, Anna Davies, mengingatkan dalam penggunaannya, masker kain selalu dikenakan pada permukaan sisi yang sama, misal bagian luar dan dalam.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Anna juga menyebut masker kain harus dicuci dengan mesin untuk menghilangkan sisa partikel flu yang dapat mencemari bagian luar masker. Kemudian, lepaskan masker kain dengan menarik tali bagian belakang ke depan dan jangan menyentuh bagian depan masker. 

Dengan begitu, selain menambah penghasilan, para perajin masker kain juga berperan mengurangi potensi penularan virus. Hal ini memperilihatkan sisi lain dari dampak munculnya virus corona. Namun, semua tetap berharap pandemik ini segera usai dan masyarakat dapat kembali beraktivitas seperti biasa.

Ikuti tulisan menarik Naziya Fadhilatunnisa lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terpopuler