x

kunci

Iklan

Supartono JW

Pengamat
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Senin, 13 April 2020 07:59 WIB

Belajar dari Sukses Vietnam Jinakkan Corona, Kisah Kentut dan Keledai

Vietnam sukses menjinakkan corona, dan ekonominya akan segera bangkit.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Luar biasa, berhasil menjinakkan corona dan belum ada nyawa melayang, ekonomi Vietnam bahkan akan segera bangkit.

Sementara, membaca dan mengikuti pemberitaan tentang kebijakan pemerintah pusat, pemerintah daerah, sikap masyarkat, sikap praktisi, pengamat, ahli, hingga sikap akademisi tentang wabah corona di Indonesia, hingga kini, rasanya persoalan hanya berputar-putar saja. Maaf, seperti bau kentut di ruagann ber-AC, namun tidak ada pintu dan jendela atau ventilasi yang dibuka.

Analogi kentut dan keledai

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Ironisnya, sudah tahu bahwa aroma bau kentut akan membikin masalah di ruangan ber-AC, tetap ada pembiaran atau ada kecolongan, hingga ada yang tetap kentut di ruang ber-AC itu dan tidak ada yang berinisiatif membuka jendela dan pintu agar aroma kentut segera hilang. 

Bahayanya lagi, biasanya, aroma kentut yang menyengat dan bau busuk, ditimbulkan dari kentut yang tidak bersuara. Jadi, melacak siapa penebar bau busuk dari hasil kentutnya, sulit. 

Apa bedanya dengan virus corona yang tak terlihat dan mematikan? Ibaratnya, ruang ber-AC itu adalah Indonesia. Indonesia sudah tahu, virus corona dari Wuhan sudah berpandemi, menyerang ratusan negara di dunia hingga ribuan nyawa melayang. 

Namun, ibarat kentut tadi, Indonesia yang sudah tahu ada corona, malah tetap membiarkan dan membuka peluang corona tetap masuk ke Indonesia. Kini, setelah corona masuk, ibaratnya ruang ber-AC yang diserbu aroma busuk kentut, membuka jendela dan pintu-pintunya malah setengah hati. 

Membuka pintu dan jendela itu ibarat pencegahan, antisipasi, dan penanganan covid 19 (PAPC19) yang tidak cermat. Dalam kondisi yang sudah terlanjur diserang kentut corona, karena tidak cermat, tindakan PAPAC19 di Indonesia pun mengingatkan pada kisah perang dunia kedua. 

Dalam kisah tersebut, ada seorang serdadu yang sedang menggendong keledai, sementara serdadu lainnya mengawasi dengan seksama kawasan yang penuh ranjau. Apakah keledai itu sakit atau cidera hingga harus digendong? 

Ternyata, si keledai yang selama ini terkonotasi sebagai binatang yang bodoh, sehat-sehat saja, namun demi menyelamatkan serdadu yang lain, maka si bodoh ini wajib digendong. Bila tidak di gendong, maka tidak mustahil, si keledai tidak akan ke sana-kemari dan akibatkan ledakan ranjau yang dapat membunuh semua serdadu. 

Kisah serdadu dan keledai itu memberikan pesan bahwa, dalam masa sulit, tindakan si bodoh adalah prioritas pertama yang wajib ditangani, sebab si bodoh seringkali tak menyadari atas perbuatannya yang sesuka hati dan dapat membahayakan nyawa orang lain. 

Kembali menyoal corona di Indonesia, ke mana saja para akademisi Indonesia itu? Masa, baru membuat prediksi setelah corona mengahajar Indonesia lebih dari sebulan. Apa pun tema dan hasil prediksi, terlambat menolong tindakan PAPC19 di Indonesia. Ini mengapa Indonesia dianggap sebagai bangsa yang lemah dalam tindakan kreatif dan inovatif, karena pihak yang sewajibnya menjadi terdepan dalam berbagai hal di negeri ini miskin inisiatif demi memprioritaskan hal lain, hingga ibaranya tetap membiarkan aroma kentut dan si keledai berkeliaran terus membahayakan keselamatan nyawa rakyat. 

Sejatinya, sejak awal, para praktisi, pengamat, dan ahli, sudah sangat gencar menginisiasi dengan memberikan kritik, masukan, dan saran. Namun, apa daya, para praktisi, pengamat, dan ahli ini, tak punya kekuatan apa-apa, sehingga inisiasinya hanya dianggap sebagai angin lalu dan bahkan dianggap ancaman. 

Sayang, berharap kepada yang punya tanggungjawab, namun dapat diidentifikasi, bahwa di sektor ini sangat minim sosok yang dapat memprakarsai, memelopori, inisiatif, dan berikhtiar agar corona tidak menjadi sentrum baru pandemik di Indonesia. 

Vietnam berhasil

Padahal, tetangga kita, Vietnam, ibaratnya berhasil mencekal kentut dan berhasil menggendong si keledai. Luar biasanya, bahkan berdasarkan rilis detik health, Minggu (12/4/2020), berdasarkan laporan dari worldmetwrs, Vietnam belum melaporkan satupun kasus kematian akibat Covid-19, kendati ada sebanyak 258 kasus konfirmasi positif di Vietnam dengan rincian, sebanyak 144 orang sembuh, 114 orang dalam perawatan, dan 8 orang dalam situasi kritis. 

Mengapa Vietnam dalam mengatasi penyebaran Covid-19 dapat dibilang sukses? Ternyata ada empat tindakan cerdas yang mereka lakukan di antaranya: Satu, tindakan cepat. Pada 1 Februari, Vietnam memulai serangkaian inisiatif untuk mengatasi penyebaran virus corona baru penyebab Covid-19, yaitu dengan menangguhkan semua penerbangan ke dan dari China. Mereka juga memutuskan untuk menutup sekolah-sekolah setelah liburan tahun baru Imlek. 

Dua, karantina 21 hari. Dua minggu setelah ditetapkannya pemberhentian penerbangan dari dan ke China, karantina 21 hari diberlakukan di provinsi Vinh Phuc, utara Hanoi. Keputusan itu dipicu kekhawatiran terhadap status kesehatan pekerja migran yang kembali dari Wuhan, China, tempat virus corona pertama kali mewabah. 

Tiga, physical distancing. Penerapan kebijakan ini diberlakukan hingga akhir April. Jarak fisik yang mereka lakukan bukan dengan memberhentikan aktivitas perdagangan atau layanan penting, melainkan membatasi masyarakat untuk tidak keluar rumah jika tak ada keperluan mendesak. 

Empat, protokol kesehatan Vietnam Perwakilan WHO di Vietnam Dr Kidong Park menghubungkan keberhasilan Vietnam mencegah penyebaran virus corona dengan langkah proaktif dan konsistensi pemerintah. Petugas kesehatan Vietnam membuat protokol untuk menilai infeksi dan tingkat keparahan, yaitu dengan tindakan: Dokter diharuskan mengobati gejalanya, seperti demam. Lalu, pasien menjalani diet ketat dan bergizi. Berikutnya, memonitor tingkat saturasi oksigen dalam darah pasien. 

Akibat tindakan cerdas pemimpin yang membawa kesuksesan PAPC19 di Vietanam, fakta bahwa catatan nol kematian itu membuat operasional penerbangan domestik di Vietnam akan segera kembali dibuka. Salah satunya adalah maskapai Bamboo Airways. 

Barangkali, inisiatif cerdas pemerintah Vietnam ini dengan empat langkah yang terlambat dilakukan oleh pemerintah Indonesia, seperti halnya yang diungkap oleh Presiden Ghana, bahwa mereka tidak tahu caranya membangkitkan nyawa rakyat yang meninggal, namun tahu persis cara membangun kembali ekonomi yang terpuruk. 

Ungkapan Presiden Ghana ini, sekarang akan terjadi di Vietnam. Sebab, penerbangan domestik pun akan segera dibuka. "Rute Hanoi-Ho Chi Minh City akan kembali beroperasi mulai 16 April, sedangkan rute-rute lainnya akan kembali beroperasi mulai 20 April," demikian pernyataan Bamboo Airways seperti dilansir Reuters, Sabtu (11/4/2020). 

Untuk Indonesia, dengan kondisi yang sudah terlambat, ayo selamatkan asupan makan dan nyawa rakyat. Tertibkan masyarakat yang masih ke sana ke mari dan terus membahayakan keselamatan dan nyawa masyarakat yang lain. Jangan defensif, jangan malu belajar dari Vietnam!

Ikuti tulisan menarik Supartono JW lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

Sabtu, 27 April 2024 14:25 WIB

Bingkai Kehidupan

Oleh: Indrian Safka Fauzi (Aa Rian)

Sabtu, 27 April 2024 06:23 WIB

Terkini

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

Sabtu, 27 April 2024 14:25 WIB

Bingkai Kehidupan

Oleh: Indrian Safka Fauzi (Aa Rian)

Sabtu, 27 April 2024 06:23 WIB