x

Iklan

shukri 98

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 9 Maret 2020

Sabtu, 25 April 2020 13:58 WIB

Blora, Kota Kecil yang Melahirkan Tokoh-tokoh Besar

Blora sebuah kota kecil, mampu melahirkan tokoh-tokoh besar yang memberi sumbangsih besar pada bumi nusantara ini. 

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Malam itu di sebuah warung kopi kota rantau, saya berbincang dengan beberapa kawan dari organisasi yang berbeda dan latar belakang daerah yang berbeda pula. Dengan ditemani beberapa cangkir kopi dan berbatang-batang rokok kami habiskan malam itu. 

Obrolan yang sangat menarik tapi juga menyiksa bagi saya. Betapa tidak, dalam suatu perbincangan malam itu membincang daerah asal. Yang paling memukul, dan menyayat hati dan pikiran saya ketika saya mengungkapkan asal daerah saya adalah Blora.

Kemudian ditimpali dengan muka kawan-kawan saya yang kebingungan dan saling menatap satu sama lain, hingga akhirnya mereka tertawa dan bertanya kepada saya.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Blora itu mana?

Seketika saya menjelaskannya dengan cara bahasa geografis, "Blora itu kota perbatasan antara Jawa Tengah dengan Jawa Timur," kata saya.

Mereka menganggukkan kepala, entah mereka tahu atau tidak sebenarnya. Lalu kujelaskan lagi, ke salah satu kecamatan di Blora yang terkenal dengan minyaknya (migas blok cepu). Seketika mereka mulai paham, dan menerima bahwa kota Blora itu memang benar-benar ada, tatkala kata Cepu ku katakan.

Lantas muncul pikiranku yang merintih, ironis. Cepu yang bagian dari Blora lebih dikenal orang luar. Bagaikan anak yang lebih dikenal dan dikenang daripada orangtuanya.

Dari obrolan itulah, pikiran saya mulai tersadarkan, bahwa tanggungjawab besar telah diberikan kepada saya dan para putra-putri daerah Blora, untuk senantiasa menjaga marwah Blora dan mengenalkan Blora di kancah dunia.

Lantas pikiranku kemana-mana, tatkala ada tanggungjawab yang harus diemban. Seolah saya sedang menggunakan konsep dari Socrates tentang seni bertanya. Ya, pada kesempatan ini saya mempertanyakan pada diri saya sendiri (khususnya) dan bertanya reflektif (umumnya).

Dari satu pertanyaan ke pertanyaan pun muncul. Apakah saya mengenali Blora? Buktinya apa? Ada berapa kecamatan dan desa di Blora? Sebutkan nama-namanya. Apa saja potensi sumber daya alam Blora? Wisata, kuliner, tempat bersejarah, apa yang ada di Blora? Tokoh nasional siapa saja yang berasal dari Blora? Bagaimana sejarah berdirinya kota Blora? dan pertanyaan lainnya.

Pertanyaan yang timbul dari diri saya sendiri dan menjadi cambuk bagi saya, karena ternyata saya tidak mengenali kota kelahiran saya sendiri. Ironis.
Lantas diri saya bergejolak tidak mau disalahkan oleh saya. Saya memunculkan alibi, sebab saya tidak pernah jalan-jalan keliling Blora, kemudian saya saat SMA hidup di asrama dengan segala batasan aturan-aturannya. Ternyata, pikirku lagi, alibi yang saya buat adalah sebuah kebodohan.

Sebab kenapa saya harus mencari pembenaran, meskipun saya sudah terbukti salah "saya belum mengenali kota kelahiran". Mengapa tidak lantas mencari jalan pengetahuan supaya lebih mengenali kota asal sendiri. Seolah memang kebodohan kita pelihara dan kita ciptakan dari diri kita sendiri.

Bagaimana mengenali kota kelahiran kita sendiri? Mari kita jawab. Sekarang adalah era digital, kecanggihan teknologi tidak bisa dinafikan keberadaannya. Tergantung kita mau atau tidak untuk memanfaatkannya.

Meskipun tempat yang dalam jarak itu tampak jauh. Tapi dengan adanya teknologi terasa dekat. Kita ingin mengenali asal daerah meskipun di tanah rantau, mengapa tidak? Akses internet dimana-mana. Gawai mayoritas juga sudah punya. Kenapa tidak memanfaatkannya? Mari kita tanyakan pada diri kita sendiri.

Minimal diri kita dahulu sebagai anak daerah harus mengetahui dan mengenali seluk beluk kota kelahirannya. Lantas setelah itu tanggungjawab kita adalah mengenalkan Blora pada dunia.

Para pendahulu kita sudah mengenalkan Blora ke kancah dunia, seperti Pramoedya Ananta Toer dengan karya sastranya. Samin Surosentiko dengan ajaran, dan perlawanan tanpa kekerasan pada penjajah dengan bahasa. Tirto Adhi Soerjo seorang Bapak Pers Nasional. 

Saya meyakini, bahwa para putra putri daerah Blora mengalir darah-darah Pram, Samin, dan tokoh-tokoh lainnya.

Blora sebuah kota kecil, mampu melahirkan tokoh-tokoh besar yang memberi sumbangsih besar pada bumi nusantara ini. 



Ikuti tulisan menarik shukri 98 lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

Sabtu, 27 April 2024 14:25 WIB

Terkini

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

Sabtu, 27 April 2024 14:25 WIB