x

cara menghilangkan iklan di hp

Iklan

Uswah Hasanah

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 21 Mei 2020

Kamis, 16 Juli 2020 17:51 WIB

Menengok Sejenak Sejarah Iklan di Indonesia

Perjalanan industri periklanan Indonesia signifikan dengan arus perubahan sosial yang terjadi di Indonesia. Proses sosial produksi komoditi industri barang dan jasa telah mulain bergantung pada strategi pemasaran dengan melalui promosi lewat iklan. Menurut Purwantini, perkembangan produksi dan distribusi produk dan jasa tersebut telah merangsang sistem produksi yang lain yaitu produksi dan distribusi makna.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Iklan bukanlah barang baru dalam sejarah pekembangan Indonesia. Di Perpustakaan Nasional tersimpan bukti sejarah yang menunjukkan bahwa iklan telah ada sejak koran beredar di Indonesia lebih dari 100 tahun yang lalu.

Istilah tentang iklan, seperti iklan dari bahasa Melayu, berasal dari bahasa arab I’lan. Reklame berasal dari bahasa Perancis reclamare yang berarti meneriakkan sesuatu berulang-ulang. Advertere berasal dari bahasa Latin, yang berarti berlari menuju ke depan. Advertentie berasal dari bahasa Belanda, untuk penyebutan iklan. Sedangkan advertising yang berasal dari bahasa Inggris. Semua peristilahan yang digunakan itu, menunjuk pada suatu pengertian yang sama terhadap iklan. Secara umum iklan dapat didefinisikan sebagai pesan yang menawarkan suatu produk atau jasa, yang ditujukan kepada masyarakat lewat suatu media.

Istilah iklan pertama kali diperkenalkan oleh Sudardjo Tjokrosisworo, seorang tokoh Pers Nasional Indonesia pada tahun 1951, untuk menggantikan istilah advertiente (bahasa Belanda) atau advertising (bahasa Inggris) agar sesuai dengan semangat penggunaan bahasa nasional Indonesia.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Iklan mulai banyak dipasang disurat kabar seperti yang dimuat dalam surat kabar Tjahaja Sijang yang terbit di Manado sejak 1869. Surat kabar ini semula terbit sebulan sekali dengan ketebalan 8 halaman setiap terbit, ditambah 4 halaman yang disebut “Tambahan”, dan kadang-kadang pula ditambah lagi dengan 4 halaman untuk apa yang disebut “Sepotong Kartas Chabar yang Ditambahi pada Tambahan”. Banyaknya tambahan tambahan ini disebabkan oleh membanjirkan iklan, yang waktu itu disebut “Pemberitahoewan”, pada waktu-waktu tertentu.

Kecenderungan baru muncul sekitar tahun 1920-an dalam dunia  periklanan yakni mulai digunakannya wanita sebagai model iklan (Bejana Wanita, 1996). Kecenderungan baru ini muncul pertama kali di Eropa, yang akhirnya berpengaruh di Indonesia sejak awal abad ke 20.

Pada masa pendudukan pemerintahan Jepang hingga awal kemerdekaan, iklan yang paling banyak muncul adalah iklan-iklan layanan masyarakat. Ketika periode Jepang dipakai sebagai alat propaganda politik seperti perekrutan tenaga Romusha (Bejana Wanita, 1996). Iklan pada saat awal kemerdekaan ditujukan untuk mengalang persatuan melanjutkan perjuangan. Sehingga praktis iklan-iklan komersial tidak muncul dalan periode ini. Namun sekitar tahun 1949, iklan komersial kembali muncul setelah para kelompok pengusaha pribumi (Bejana Wanita,1996).

Beragamnya produk-produk industri di Indonesia, dan mulai dikenalkannya produk-produk jasa yang membutuhkan kegiatan promosi, semakin memicu dunia periklanan memasuki abad 20 era Orde Baru. Pertumbuhan iklan telah membuahkan pendapatan yang sangat besar bagi perusahaan-perusahaan pengiklan. Mulai bermunculannya industri iklan ditunjang pula oleh mulai berkembangnya industri media massa cetak memasuki masa jayanya tahun 1972- 1977.

Pada tahun 1982 rezim Orde Baru melarang iklan di media televisi. Dan kondisi ini menguntungkan industri media cetak seperti surat kabar dan majalah. Namun situasi ini tidak selalu berpihak kepada industri media cetak. Setelah kemunculan lima stasiun televisi di Indonesia, industri iklan mulai booming kembali. Industri iklan tumbuh pesat, bahkan sempat kewalahan permintaan.

Perjalanan industri periklanan Indonesia signifikan dengan arus perubahan sosial yang terjadi di Indonesia. Proses sosial produksi komoditi industri barang dan jasa telah mulain bergantung pada strategi pemasaran dengan melalui promosi lewat iklan. Menurut Purwantini, perkembangan produksi dan distribusi produk dan jasa tersebut telah merangsang sistem produksi yang lain yaitu produksi dan distribusi makna.

Era komunikasi modern telah dimulai. Proses produksi dan distribusi makna, merupakan komoditi yang dijual oleh iklan atau istilah yang lebih populer disebut sebagai proses penciptaan dan pembemtukan citra. Layaknya suatu komoditi, iklan pun dikemas sedemikian rupa agar citranya menjadi menarik. Untuk itu iklan harus dibungkus dengan bentuk bahasa yang menarik tetapi mudah dipahami.

Ikuti tulisan menarik Uswah Hasanah lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

Sabtu, 27 April 2024 14:25 WIB

Terkini

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

Sabtu, 27 April 2024 14:25 WIB