Sekarang sangat sering kita melihat banyak orang-orang yang memaksakan diri dengan kehidupannya, baik dari sudut ekonomi, sosial, budaya, sampai kepada masalah cinta, lalu terus unjuk dengan gaya hidupnya, meski sejatinya mereka menyadari akan batas-batas kemampuannya. Namun, bukannya sadar akan batas-batas kemampuannya itu, malah tetap saja menabrak batas dan memaksakan diri demi untuk meraih kebahagiaan yang semu.
Pertanyaannya, selama masih hidup di dunia, manakah yang membuat kita lebih sedih? Kehilangan mimpi, cita-cita, harta benda, dan kemewahan dunia atau kehilangan "cinta" dia, mereka, Nya?
Untuk menjawab pertanyaan tersebut, berdasarkan kenyataan dan fakta-fakta kehidupan yang saya alami dan pasti juga terjadi dan dialami oleh orang lain, maka saya coba dengan jawaban melalui lirik lagu yang saya tulis berangkat dari pengalaman-pengalaman nyata itu.
Sebab, lirik lagu ini saya tulis memang sesuai dengan pengalaman dan fakta-fakta yang saya alami sendiri, dan tentunya bisa jadi juga dialami oleh orang lain. Karenanya, saya akhirnya dapat menyebut bahwa untuk membuat diri kita bahagia itu, sangat sederhana.
BAHAGIA itu SEDERHANA
By Supartono JW
16082020
Setiap manusia inginkan hidup bahagia
Menggapai segala cita dan mimpinya
Untuk itu banyak yang berpikir bahwa
Bahagia harus miliki yang berharga
Seperti hidup di dunia untuk selamanya
Sehingga sering membuat lupa
karna mengejar yang jauh di sana
Tanpa menyadari bahagia seringkali
Datang dari diri kita sendiri
Datang dari dekat kita di sekitar kita
Reff.
Ayo berpikirlah selalu positif thinking
Dan, memulai dari hal yang kecil
Melangkahlah dengan kerendahan hati
Jangan pernah remehkan kekuatan cinta
Tetap bersyukurlah, dengan yang diraih
Dan, ternyata tuk bahagia itu sederhana
Penjelasan lirik
Dari lirik lagu tersebut bila saya kutip di bait pertama,
Setiap manusia inginkan hidup bahagia
Menggapai segala cita dan mimpinya
Untuk itu banyak yang berpikir bahwa
Bahagia harus miliki yang berharga
Seperti hidup di dunia untuk selamanya
Terungkap bahwa, sampai hari ini, saya masih berpikir bahwa untuk mewujudkan mimpi merengkuh bahagia, saya harus mencapai cita-cita, memiliki barang-barang berharga, barang mewah, uang yang banyak, dan sukses semuanya, sehingga lupa bahwa hidup di dunia hanya sementara.
Berikutnya, dalam bait kedua,
Sehingga sering membuat lupa
karna mengejar yang jauh di sana
Tanpa menyadari bahagia seringkali
Datang dari diri kita sendiri
Datang dari dekat kita di sekitar kita
Terungkap bahwa karena mengejar duniawi, mengejar yang jauh dari jangkauan saya, sering membuat saya lupa bahwa ternyata hal itu tetap tak membuat saya bahagia. Ternyata, yang membuat saya bahagia adalah diri saya sendiri yang apa adanya, hal-hal yang ternyata selama ini ada di dekat saya, dan hal-hal yang juga ada di sekitar saya yang apa adanya.
Kemudian sesuai bait ketiga,
Ayo berpikirlah selalu positif thinking
Dan, memulai dari hal yang kecil
Melangkahlah dengan kerendahan hati
Jangan pernah remehkan kekuatan cinta
Tetap bersyukurlah, dengan yang diraih
Dan, ternyata tuk bahagia itu sederhana
Lalu, hal yang paling saya andalkan agar saya bahagia adalah, selalu berpikir positif thinking. Karena tidak ada hal yang tiba-tiba menjadi besar, maka saya selalu memulai dari yang kecil, meski tidak selalu harus mengulang dari nol.
Dalam melangkah menuju bahagia itu, saya juga harus terus menjaga kerendahan hati, tidak sombong, jewawa dan sejenisnya.
Selain itu, lebih saya perhatikan lagi demi menuju bahagia itu adalah tak pernah meremehkan kekuatan cinta. Sebab, dengan cinta, semua langkah akan indah, akan masuk ke hati dan pikiran, akan ada rasa memiliki, akan ada rasa mendukung dan didukung, tidak merasa sendiri, ada yang bersama saya, perhatian, dll karena cinta dia, mereka, Nya.
Selanjutnya, selalu bersyukur dengan apa yang sudah saya raih. Dan, semua itu sangat sederhana. Jadi, untuk meraih bahagia itu sederhana, tergantung dari diri kita sendiri dalam menyikapi kehidupan ini.
Bagi saya yang paling membahagiakan adalah saat apa yang saya rasakan juga dirasakan oleh orang lain, atau sebaliknya yang orang lain rasakan, juga saya rasakan, baik dalam bentuk sikap, perbuatan, dan cinta. Itulah bahagia saya, sebab, ternyata, untuk bahagia itu sederhana.
Ikuti tulisan menarik Supartono JW lainnya di sini.