Kenali Vaksin Pilihan Pemerintah Indonesia untuk Vaksinasi Massal 2021 Mendatang
Jumat, 4 Desember 2020 19:37 WIBVaksin kerap dianggap jalan termudah menghentikan penyebaran virus COVID-19. Pemerintah Indonesia melakukan berbagai cara agar bisa mendapatkan vaksin untuk 70 persen dari 268,5 juta penduduk Indonesia, contohnya dengan bergabung dalam COVAX serta melakukan kerja sama bilateral dengan negara lain. Dengan persiapan yang lebih matang, pemerintah mencanangkan program vaksinasi massal dimulai Februari 2021 mendatang. Vaksin apa yang akan digunakan dan sudah sejauh mana kesiapan Indonesia melakukan vaksinasi?
Indonesia bersiap melakukan vaksinasi massal menggunakan vaksin Sinovac, Sinopharm, dan Cansino mulai Februari 2021. (Sumber foto: Freepik)
Sejak Covid-19 dinyatakan sebagai pandemi global oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), pemerintah dunia berlomba-lomba mengembangkan vaksin. Hanya dalam 12 bulan sejak kasus pertama di Wuhan, Cina, ditemukan, sudah ada 4 kandidat vaksin yang mengumumkan hasil sementara uji klinis fase tiganya. Vaksin dianggap jalan termudah menghentikan penyebaran virus meski pengembangannya kompleks. Setidaknya ada tiga tahapan yang harus dilalui, mulai dari riset dasar, praklinis, dan klinis perlu dilalui untuk memastikan keamanan dan kemanjuran vaksin.
Meski tidak memimpin, Indonesia juga bergabung dalam perlombaan mengembangkan vaksin. Dikenal sebagai ‘Vaksin Merah-Putih’, terdapat 6 lembaga penelitian di Indonesia sedang bersaing. Sejauh ini, Lembaga Biologi Molekuler Eijkman menjadi front runner dengan perkiraan selesainya uji klinis pada pertengahan 2021 dan produksi pada 2022.
Selain itu, pemerintah juga melakukan upaya lain mendapatkan vaksin, seperti bergabung dalam COVAX. Aliansi global yang diinisiasi WHO ini bertugas mengawasi penelitian serta mengkoordinasikan produksi vaksin CovidD-19. Anggota COVAX berhak mendapatkan bantuan vaksin untuk 20 persen total penduduknya.
Tidak hanya itu, pemerintah juga mengadakan kerja sama bilateral dengan Cina, Uni Emirat Arab, Inggris, Jerman, dan Amerika Serikat untuk memperoleh vaksin COVID-19. Ini dilakukan karena pemerintah perlu mengadakan vaksin untuk setidaknya 70 persen dari 268,5 juta penduduk Indonesia agar terbentuk herd immunity.
Lantas, jenis vaksin apa saja yang tengah diupayakan pemerintah Indonesia?
- CoronaVac dari Sinovac Biotech Ltd.
Kandidat vaksin asal Cina ini memanfaatkan virus SARS-CoV-2 yang sudah tidak aktif. Pasca uji klinis fase 1 dan 2, Sinovac bekerja sama dengan beberapa negara, seperti Indonesia, Brazil dan Turki mengadakan uji klinis fase 3. Di Indonesia, uji klinis dilaksanakan bersama Bio Farma serta Fakultas Kedokteran UNPAD dengan melibatkan 1.620 relawan. Kabar terakhir menyebut, semua relawan telah disuntik dan masuk dalam tahap pengamatan.
CoronaVac disuntikkan sebanyak dua kali dalam rentang 14 hari. Vaksin ini mampu bertahan selama 28 hari dalam suhu 37 derajat Celcius, 42 hari pada suhu 25 derajat Celcius, dan lima bulan pada kondisi 2-8 derajat Celcius.
- Kandidat Vaksin dari G42/Sinopharm
Sinopharm memanfaatkan virus SARS-CoV-2 yang dilemahkan sebagai komponen dasar vaksin. Perusahaan farmasi nasional Cina ini melakukan kerja sama dengan perusahaan kecerdasan buatan yang berbasis di Abu Dhabi, Group 42 (G42). Vaksin ini telah melalui uji klinis tahap 3 terhadap 31.000 orang di Uni Emirat Arab (UAE), Mesir, Bahrain dan Yordania. Selain itu, Sinopharm juga melakukan uji klinis di Peru dan Maroko. Vaksin ini diberikan dalam dua dosis dengan jarak 3 minggu.
- Ad5-nCoV dari Cansino Biologics Inc.
CanSino mengembangkan kandidat vaksin Covid-19 dengan memanfaatkan virus bernama adenovirus tipe-5 (Ad5) dan menggunakan teknologi viral-vektor. Uji klinis fase ketiganya melibatkan setidaknya 40 ribu orang dari tujuh negara, termasuk Saudi Arabia, Rusia, Pakistan, dan Mexico. Vaksin Ad5-nCoV hanya perlu disuntikkan sekali dan bisa disimpan pada suhu 2-8 derajat Celcius sehingga tidak menyulitkan ketersediaan rantai dingin Indonesia.
Vaksinasi Massal
Berdasarkan keterangan dari laman Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, ketiga vaksin tersebut telah difinalisasi pembeliannya oleh Pemerintah Indonesia, meski belum dipastikan jumlah dosis yang akan dibeli dari masing-masing perusahaan.
Selain ketiga vaksin tersebut, pemerintah sedang melakukan negosiasi kerja sama dengan perusahaan Inggris AstraZeneca serta perusahaan Jerman-Amerika Serikat Pfizer-Biotech. Indonesia juga membuka pembicaraan kerja sama dengan Rusia untuk vaksin Sputnik serta India untuk vaksin Gamaleya dan Bharat. Keamanan dan kehalalan semua vaksin yang masuk ke Indonesia akan dijamin BPOM dan MUI.
Sebenarnya, ketiga vaksin asal Cina telah mendapatkan izin edar darurat dari otoritas domestik sejak Juni 2020. Bahkan, Pemerintah Uni Emirat Arab telah mengotorisasi penggunaan vaksin Sinopharm sejak 14 September 2020.
Namun karena kurangnya data, BPOM diperkirakan akan menerbitkan emergency use authorization (EUA) Indonesia pada Januari 2021 dan vaksinasi massal terencana dimulai Februari 2021. Pemerintah menyatakan kesiagaan rantai dingin distribusi vaksin mencapai 97 persen dan telah melatih 7.000 tenaga kesehatan untuk berperan sebagai vaksinator.
Walau tampak siap, keberhasilan program vaksinasi massal ini masih perlu dikritisi. Berbagai kendala seperti rendahnya kepercayaan publik terhadap vaksin, prioritas kelompok penerima vaksinasi, serta jumlah penduduk yang mendapatkan vaksin gratis harus bisa diantisipasi oleh pemerintah. Tidak lupa pula memastikan pendataan, pendaftaran, dan penerimaan vaksin yang jelas dan transparan.
Kerja keras pemerintah untuk pengadaan dan distribusi vaksin sangat dihargai, namun perlu diingat bahwa vaksin bukanlah silver bullet yang menghentikan penyebaran virus. Pemerintah dan masyarakat tidak boleh menyangka pandemi akan berakhir semata karena vaksin telah ditemukan. Singkatnya, anjuran WHO dalam melawan pandemi yaitu meningkatkan 3T (testing, tracing, treatment) dan menguatkan disiplin 3M (memakai masker, menjaga jarak, mencuci tangan) harus tetap dilaksanakan.
Tentang CISDI
Center for Indonesia’s Strategic Development Initiatives (CISDI) adalah think tank yang mendorong penerapan kebijakan kesehatan berbasis bukti ilmiah untuk mewujudkan masyarakat Indonesia yang berdaya, setara, dan sejahtera dengan paradigma sehat. CISDI melaksanakan advokasi, riset, dan manajemen program untuk mewujudkan tata kelola, pembiayaan, sumber daya manusia, dan layanan kesehatan yang transparan, adekuat, dan merata.
Penulis
Ardiani Hanifa Audwina
Penulis Indonesiana
0 Pengikut
Lirih Asa Petani Tembakau, Kenaikan Cukai adalah Ancaman?
Senin, 31 Juli 2023 18:21 WIBTim UI Bantu Puskesmas Tanara Kendalikan Kemunculan PTM Melalui Pos Binaan Terpadu
Selasa, 21 September 2021 13:20 WIBBaca Juga
Artikel Terpopuler