x

pajarahan

Iklan

Ahyarudin

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 15 September 2020

Kamis, 10 Desember 2020 11:04 WIB

Pajarahan Ranga Madu dan Mama Cibitung

kuntu nahaitukum an ziyarotil kubur fa zuruuha

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

PAJARAHAN RANGA MADU DAN MAMA CIBITUNG

 

Sebuah gunung yang terletak dikawasan Cibitung, Kecamatan Rongga, Kabupaten Bandung Barat Provinsi Jawa Barat selalu rame dipadati pengunjung, teurtama saat bertepatan dengan pelaksanaan haol Mama Cibitung. Haol diselenggarakan setiap tanggal 15 – 22 Robiul Akhir. Haolan ini dihadiri oleh ratusan ribu kaum muslimin dari berbagai lapisan masyarakat yang berdatangan dari berbagai daerah, terutama Jawa Barat, Jakarta, Banten, Jawa Tengah, Jawa Timur dan Sumatra.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Membahas Gunung Ranga madu tak lepas dari pembahasan ulama besar Mama Cibitung karena setiap pengunjung yang datang untuk berziarah kemakam Mama Cibitung kurang afdol kalau tidak menyempatkan berziarah ke-Ranga Madu juga.

Sedikit ulasan tentang Mama Cibitung, dari kutipan HA. Saeful Mu’min Cihampelas. Mama Cibitng memiliki Nama lengkap KH. Muhammad Ilyas, nama pPanggilan Mama Cibitung Tempat. Tanggal  Lahir Lembur Gede Cibitung, Tahun  1836 M, wfat Maqbaroh tahun 1953 (usia 117 th), Sukamanah Cibitung.

Nasab Ayah Mama KH. Ali Lembur Gede Cibitung bin Embah Rahya Bogor Bin Hamdan Bogor berasal dari keturunan Dalem Sawidak Sukapura Singaparna Tasikmalaya. Nasab Ibu  Hj. Hadimah Cibitung bnt Embah Bale Cibitung bin Embah Raden Adulloh berasal Dari keturunan Dalem Sawidak Sukapura Singaparna Tasikmalaya. Spesialisasi Ilmu:Tasawuf, Nahwu, Sharaf, Fiqh (nu diageungkeun Safinah, Jurumiyah, Saraf, talaran, narkib, tafsir jalalain).

Beliau adalah tokoh ulama besar yang sampai sekarang tercium harum namanya berkat ilmunya yang luas dan kepribadian-nya yang lembut. Beliau sosok yang mengabdikan dirinya untuk keentingan agamanya semata, Berpisah dengan ibu rama setelah 25 tahun. Sehingga beliau lupa bagaimana rupa dan nama ayah dan  ibunya, bagaimana nama dan keadaan kampungnya, yang masih ingat hanyalah bahwa ayahnya mempuanyai pesantren. Demikian pula ternyata ibu dan ayahanda beliaupun  sudah lupa bagaimana rupa anaknya. Maka ketika pulang dari Madura, beliau hanya mencari pesantren di tempat yang jalan dan keadaannya dikira-kirakan. Akhirnya menemukan sebuah pesantren, beliau memohon izin kepada Ajengannya untuk ikut mondok di pesantren  tersebut. Ternyata ajengan tersebut tidak lain adalah ayahanda beliau.

Beliau berprinsif  tidak suka meminta bantuan kepada orang lain, bahkan kepada santrinyapun Mama tidak pernah menyuruh membantu  bekerja, kecuali atas kerelaannya sendiri, Mama tidak menolaknya. Demikian pula amanat kepada para penerusnya. “Ka pamarentah ulah menta, tapi lamun mere ulah ditolak, bisi jadi fitnah”.

Dan gunung Ranga Madu yang letaknya tak jauh dari makamnya Mama Cibitung yang selalu dipadati oleh peziarah. Karena digunung ini terdapat beberapa makam yang tersebar di beberepa termpat kawasan gunung Ranga Madu. Namun yang paling popular dikalangan masyarakat khususnya para peziarah,  yaitu  makamnya Syekh Abdurrohman. Menurut data yang saya dapat dari juru kunci gunung Ranga Madu, yaitu bapak Jahru dan istrinya Maspuroh, Syekh Abdurrohman  adalah salah satu wali yang bernasabkan Sunan Ampel. Ketika saya menanyakan detil silsilah Syekh Abdurrahman, bapak Juhri hanya menggeleng kan kepala sambil tersenyum isyarat bahwa tak perlu kita mengetahui silsilahnya secara detil. "Namun yang jelas ketika kita mau mengisolkandoa kita harus menyebutkan silsilah Sunan Ampel dan pada bagian terkhir baru kita meyebutkan Syekh Abdurrahman," ujarnya.

Adab mengisolkan doa kepada Syekh Abdurrahman yang diakuai sebagai wali maka kita juga harus menyebutkan wali sanga terlebih dahulu sebelum menyebutkan namanya.

Ketika seseorang berniat untuk berziarah ke makam  Syekh Abdurrahman yang terletak digunung Ranga Madu maka diharuskan untuk menemui juru kunci terlebih dahulu guna meminta ijin dan sekaligus mengertahui panduan atau adab-adab saat berjiarah. juga untuk memahami hal-hal yang harus dikukakan serta larangan apa saja yang tidak boleh kita langgar saat berada digunung Ranga Madu.

Ada beberapa nama juru kunci gunung Ranga Madu yang saya dapatkkan saat wawancara dengan juru kunci yang sekarang yaitu bapak Jahru dan istrinya Maspuroh, dan mereka adalah :

  1. Neng alwi (peempuan) juru kunci pertama yang berasal dari soreang.
  2. Aki Imnan & nini Imnan (suami istri), Cisereh.
  3. Nini Ipi, Cisereh
  4. Ibu Odah, Cisereh.
  5. Aki Dzikri, lemur gede.
  6. Wa Waludin, Citali
  7. Bapak Jahidi, Ranga Madu
  8. bapak Jahru & Maspuroh (suami istri), Ranga madu.

Semua juru kunci diatas telah meninggal dunia, terkecuali bapak Jahru dan Maspuroh istrinya. Bapak Jahru menjadi juru kunci kerena perintah atau pesan ayahnya sebelum meninggal dunia, yaitu bapak Jahidi. Setelah wafatnya beliau, bapak Jahrulah yang menggantikan posisi ayahnya sebagai juru kunci gunung Ranga Madu sampai sekarang.

Ada banyak keanehan yang terjadi dipajarahan Ranga Madu. Jika peziarah bermalam di Ranga Madu, yaitu di saung yang dibangun langsung menghadap ke makam, dia akan dibangunkan suara ayam jago seperti halnya yang terjadi di perkampungan. Dan ketika dia tersadar dan mendapati dan sosok yang tertidur disampingnya jangan sekali-kali membangunkanya. Ketka peziarah terbangun seakan-akan bahwa malam telah berlalu dan siang tiba kumandang adzan terdengar di telinga kita. Ketika melihat jam ditangan pun seolah-olah sudah pagi, padahal itu hanya halusinasi, karena sebenarnya waktu masih malam. Dan jika kita membangunkan dua sosok tadi kita akan tersesat di perjalan dan tidak bisa melihat jalan pulang karena gelapnya malam. Maka yang harus dilakukan peziarah adalah menunggu sampai terdengar adzan dari perkampungan, yaiutu adzan subuh yang sebenarnya.

Ada juga yang mengelilingi gunung Ranga Madu sampai berhari-hari karena tidak meminta ijin juru kunci terlebih dahulu. Bahkan kita bisa mati kelaparan karena tersesat di gunung, ataupun dimakan hewan  buas yang sering berkeliaran di gunung tersebut. Oleh karena itu bagi siapa saja yang berniat ziarah ke-Ranga Madu atau hanya sebatas mencari kayu bakar atau kepenting apapun itu, diharuskan meminta ijin terlebih dahulu ke juru kunci pajarahan Ranga Madu. Juru kunci akan mengantar keatas gunung dan menitipkanya langsung agar siapa pun yang datang ke Pajarahan atau gunung Ranga Madu dijaga dari hal-hal buruk dan biasa pulang kembali dengan selamat.

Dan masih banyak lagi keanaehan yang terjadi di Pajarahan dun Ranga Madu.

Inisedikit pengenalan tentang Pajarahan Ranga Madu dan Mama Cibitung.

 

Referensi :       wawancara

 terjun kelapangan,

http://hasmiasli.blogspot.com/2011/01/biografi-mama-cibitung-kecamatan-rongga.html

 

 

 

                 

Ikuti tulisan menarik Ahyarudin lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

3 hari lalu

Kisah Naluri

Oleh: Wahyu Kurniawan

Selasa, 23 April 2024 22:29 WIB

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

3 hari lalu

Kisah Naluri

Oleh: Wahyu Kurniawan

Selasa, 23 April 2024 22:29 WIB