x

Gambar oleh Clker-Free-Vector-Images dari Pixabay

Iklan

الطالبة ٧

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 22 Desember 2020

Rabu, 23 Desember 2020 16:05 WIB

Anomali Era Milenial

Anomali adalah keanehan atau penyimpangan perilaku manusia dari yang seharusnya.  Dalam arti lain Anomali adalah penyimpangan atau keanehan yang terjadi atau dengan kata lain tidak seperti biasanya. Anomali juga sering di sebut sebagai suatu kejadian yang tidak bisa diperkirakan sehingga sesuatu yang terjadi akan berubah-ubah dari kejadian biasanya

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

 

Anomali adalah keanehan atau penyimpangan perilaku manusia dari yang seharusnya.  Dalam arti lain anomali adalah penyimpangan atau keanehan yang terjadi atau dengan kata lain tidak seperti biasanya. Anomali juga sering di sebut sebagai suatu kejadian yang tidak bisa diperkirakan sehingga sesuatu yang terjadi akan berubah-ubah dari kejadian biasanya.

Menurut para ahli anomali adalah suatu keganjilan, keanehan atau penyimpangan dari keadaan biasa/normal yang berbeda dari kondisi umum dalam suatu lingkungan.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Anomali secara umum mengandung dua dimensi, yaitu dimensi fisik dan dimensi perilaku. Dari dimensi fisik anomali digambarkan sebagai suatu penyimpangan satu bagian atau bahkan seluruh tubuh manusia.

Sementara dari dimensi perilaku anomali banyak diadaptasi dalam ilmu sosiologi, psikologi, dan ekonomi. Dalam bidang ini, pengertian anomali adalah suatu penyimpangan secara individu maupun sosial. Sebagai contoh dalam bidang ekonomi, anomali dilihat pada penyimpangan keadaan harga dari harga yang seharusnya berlaku.

Namun konsep anomali umum ini mengandung kelemahan yaitu kurang punya kekuatan untuk bisa melakukan suatu perubahan ketika kondisi mayoritas tersebut dihadapkan kepada norma, yaitu ketentuan hukum, aturan maupun toleransi sosial yang berlaku.

Misalnya dalam bidang politik. Dapat diambil contoh dalam lingkungan dimana aktivitas korupsi telah menjadi suatu hal yang biasa, justru orang yang tidak akan melakukan perbuatan korup ini yang akan dianggap sebagai anomali.

Dengan demikian anomali tidak lagi sekedar penyimpangan dari yang biasa/umum atau kondisi mayoritas, tapi secara lebih luas meliputi penyimpangan dari norma yang seharusnya, sesuai aturan ketentuan, hukum maupun toleransi sosial dan kaitannya dengan kedudukan dan peran seseorang dalam suatu lingkungan.

Dengan demikian, istilah anomali secara norma ini dapat dipakai untuk menunjukkan perilaku pejabat pemerintahan yang menyimpang dari fungsi-fungsi pemerintahan, ataupun wakil rakyat (anggota legislatif) yang menyimpang dari norma kelembagaan legislatif sebagaimana tertuang dalam ketentuan toleransi sosial,aturan maupun hukum baik yang bersifat universal maupun yang spesifik legal Indonesia.

Dimulai dengan panasnya suhu politik sejak 2018, gerakan ganti presiden 2019, suasana memanas, berbelah menjadi dua kubu, pendukung petahana (Jokowi) dan pendukung gerakan ‘2019 ganti presiden’. Fenomena ini mengkristal, dari pusat peradaban Indonesia, Jakarta hingga ke pelosok-pelosok terpencil, pedesaan.

Suasana semakin panas, sebab duel ulang dua jagoan kembali tersaji, Jokowi versus Prabowo. Di Jakarta, (8/3/2019) sejumlah kader Gerindra mendeklarasikan Prabowo sebagai calon presiden penantang Jokowi. Terjadilah apa yang terjadi, Prabowo sebagai penantang menggandeng Sandiaga Salahuddin Uno (Sandi) sebagai wakilnya, di kubu petahana, Jokowi menggandeng Ma’ruf Amin.

Tanggal 17 April, Pilpres dan Pileg serentak digelar, hasilnya, Prabowo ketiga kalilnya kalah dalam Pilpres. Pasangan Jokowi-Ma’rup mendapat suara secara nasional 55,50 persen, Prabowo-Sandi 44,50 persen. Saling klaim kemenangan bermunculan, diduga kuat KPU tidak netral, disusul ratusan pegawai dan relawan KPU mangkat secara misterius. Merambah ke Bawaslu, juga dianggap berat ke sebalah petahana. Demo pun berlanjut, yang pada akhirnya korban berjatuhan.

Tepat tanggal 20 Oktober Jokowi-Ma’ruf ditetapkan sebagai Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia Priode 2019-2024. Tiga hari kemudian, Prabowo resmi dilantik sebagai Menteri Pertahanan dalam kabinet Jokowi-Ma’ruf. Itulah anomali.

Bagaimana dengan dunia ekonomi? Sejak priode pertama Jokowi ketika berpasangan dengan Jusuf Kalla, salah seorang aktivis dan pendukung fanatiknya, Fajroel Rachman meminta agar seluruh rakyat Indonesia mengawal Jokowi supaya tidak ugal-ugalan dalam berhutang. “Ayo Indonesia. Kita kawal Presiden Jokowi untuk tidak menyelenggarakan Negara menggunakan utang. Cukup SBY utang ugal-ugalan,” kicaunya di dunia twitter.

Ketika tahun 2019 tutup, Indonesia sudah memiliki utang sebesar 5.614 Triliun. Terbanyak dalam sejarah bangsa ini, dan entah kapan bisa dilunasi. Dan khusus untuk Fajroel yang kini jadi Jubir Istana, patutlah kita bertanya, selama menjadi komisaris PT Adhi Karya dari tahun 2015-2019, terlihat pembengkakan utang cukup melangit. Tahun 2015 utang Adhi Karya tercatat hanya 11. 60 Triliun dan pada tahun 2019, ketika ditinggal naik ke level Jubir Istana utang perusahaan flat merah itu mencapai 23.80 Triliun. Siapa yang ungal-ugalan? Itulah anomali.

Dalam ranah pendidikan juga tak kalah heboh, setelah Nadiem Makarim dilantik oleh Jokowi sebagai Menteri Pendidikan, berbagai statemen dari Pak Menteri dianggap aneh. Misalnya, kita berada di zaman yang tidak membutuhkan ijazah tapi lebih memerlukan keahlian. Tentu saja banyak yang komplain, sebab untuk apa orang sekolah dari Sekolah Dasar hingga sekolah tingkat doktoral kalau ijazah tidak dibutuhkan. Lagi pula, kalau ijazah tidak dibutuhkan kenapa ada persyaratan dari Mendagri bahwa jika ingin jadi dosen harus lulusan magister dan doktoral. Begitulah anomali.

Jika dibandingkan dengan cukai, katakanlah cukai rokok. Setiap tahun pendapatan negara dari pajak rokok di atas 150 triliun. Tentu jumlah yang fantantis, walaupun subsidi kesehatan yang dibebankan kepada pemerintah juga cukup banyak, termasuk mengobati bagi perokok yang terkapar, aktif maupun pasif.

Dapat dipastikan bahwa para perokok mayoritas umat Islam sebab lebih dari 80 persen penduduk Indonesia adalah muslim. Anehnya, potensi zakat yang mencapai 300 triliun ternyata yang terealisasi hanya kurang dari 10 triliun. Artinya, baru tiga persen dari potensi yang ada bisa dikumpulkan. Sebuah anomali.

Tahun 2019 juga sudah diberlakukan pajak-pajak uang recehan di setiap warung-warung yang ada di jagad Indonesia Raya. Yang masuk warung kopi, minum kopi satu gelas seharga 15 ribu akan langsung kena pajak Rp. 1.500 atau sepuluh persen. Seakan sumber uang di negeri ini hanya ada lewat pajak dari orang-orang kecil.

 Di lain pihak, perusahaan milik negara, PT Jiwasraya mengalami kerugian yang tahap awal diketahui berjumlah 13,8 triliun. Dan diperkirakan akan membengkak di angka 30 sampai 50 triliun. Patut saya bertanya, untuk mengumpulkan duit 13,8 miliar itu, harus memajaki berapa banyak warung dan berapa lama.

Begitulah anomali...

Adanya peradaban telah mengubah kehidupan dan juga perilaku manusia. Kemunculan smarphone dan pesatnya kemajuan teknologi internet pada masa kini telah mendorong dan membawa perubahan nyata dalam kehidupan manusia, yang tanpa disadari hal ini bedampak pada perilaku seseorang. Kehadiran teknologi yang semakin canggih bisa menjadi sebuah ancaman bagi banyak manusia yang tidak bijak dalam menggunakannya.  

Penyalah gunaan teknologi tentu saja di lakukan oleh banyak orang, dengan kurangnya wawasan tentang penggunaan teknologi yang bijak tanpa menimbulkan masalah serta krisis moral itulah penyebab yang sangat signifikan yang menjadikan perubahan manusia pada masa kini. Manusia sudah tidak malu lagi mempertontonkan aib nya dan menceritakan semua masalahnya kepada khalayak umum demi mencari ketenaran dan popularitas semata, dan menjadikan teknologi sebagai sarana untuk mendapatkan pendapatan, yang sesungguhnya pendapatan tersebut tidak sesuai dengan tenaga yang mereka keluarkan.

Begitu pula dengan kemerosotan akhlaq remaja pada masa kini, di sebuah instansi pendidikan ditemukan seorang siswa dalam handphonenya terdapat video-video yang semestinmya tidak dikonsumsi oleh usia seumurannya. Namun, kenyataaannya dalam phonecell tersebut terdapat sekumpulan video yang berbau mesum. Dan tak sedikit anak remaja perempuan hamil di luar nikah. Tak hanya itu rasa malu yang semakin hari semakin berkurang terjadi pada kalangan anak-anak hingga dewasa berjoget di depan layar handphone (Tik-Tok an) sudah tidak aneh lagi lalu di publikasikan dan itu menjadi kebanggaan tersendiri bagi mereka dengan apresiasi yang di tunjukkan oleh pecinta Tik-Tok an tersebut.

Demikianlah pergeseran standar nilai yang menimpa generasi kaum Muslimin. Kehidupan yang sekuleristik telah menciptakan standar nilai yang mengejar kebahagiaan jasmani dan kebendaan. Hasilnya betul-betul sebuah potret yang jauh dari nilai-nilai keimanan.

Kegagalan dalam urusan cinta dan materi telah menjadikan rasa putus asa yang mendalam dalam jiwanya. Tentunya ini merupakan satu bentuk ke-ambyaran generasi yang harus segera diobati. Lantas, bagaimana mungkin dari generasi yang ambyar bisa diharapkan lahirnya kebangkitan dan kemajuan bagi umat, bangsa dan negeri ini?

Generasi muslim di zaman keemasan Islam adalah generasi yang mengukir sejarah dengan prestasi gemilang. Sebut saja Sholahuddin al Ayyubi yang mampu membebaskan kaum muslimin Palestina dari penindasan pasukan salib. Thoriq bin Ziyad yang berhasil membuka Andalusia sehingga Andalusia dengan Kordobanya menjadi mercusuar ilmu pengetahuan di zamannya. Dan masih banyak pahlawan-pahlawan Islam lainnya.

Di bidang sains teknologi, generasi muslim mampu memberikan sumbangan besar bagi kemanusiaan. Di antaranya ada Jabir bin Hayyan dengan penemuan kimianya. Al-Khawarizmi dengan penemuan konsep matematikanya.

Di bidang ilmu keislaman, telah banyak lahir para mujtahid. Di antaranya ada Imam Syafi’i, Imam Ahmad, Imam Malik bin Anas, Imam Abu Hanifah, Imam Taqiyuddin as Subkiy dan putranya, serta yang lainnya.

Begitulah sekilas potret generasi muslim yang menjadikan standar nilai keimanan dan halal haram sebagai acuan kehidupannya. Mereka bersedih dan menangis bila mereka jauh dari tuntunan ajaran Islam.

Terlalu banyak anomali, dan hidup ini memang penuh anomali. Tapi yang terpenting, bagi seorang warga negara Indonesia dan selaku umat Islam agar terus berbenah, memperbaiki diri, menjadi manusia bermanfaat. Hidup, jangan hanya memikirkan diri sendiri tapi berbuatlah untuk orang banyak, berkarya yang mampu dinikmati oleh generasi selanjutnya.

Sesungguhnya manusia itu akan menjadi buah bibir manusia lainnya setelah meninggal, maka jadilah buah bibir yang baik.

“ Innamal-mar’u haditsun ba’dahu fakun haditsan hasanan liman wa’a”

 

Mahasiswi STIBA AR-RAAYAH

Semester 7

 

Referensi :

C.P. Chaplin. 1989

Muh Akbar, Desember 2019

Ustadz Dr. Ilham Kadir, MA
(Peneliti MIUMI, Dosen, Pimpinan BAZNAS Enrekang dan Peneliti LPPI Indonesia Timur)

Ainul Mizan, Malang, Anomali Ambyar di Era milenial

Sukarman Hadi Jaya Putra, Kemerosotan Akhlaq Remaja Zaman Sekarang, 2011

https://www.artikata.com/arti-319146-anomali.htmlwww.pengertianmenurutparaahli.net/pengertian-anomali-dan-contohnya
https://www.liputan6.com/citizen6/read/3871136/...


 

 

 

 

Ikuti tulisan menarik الطالبة ٧ lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler