x

ilustr: scoop.it

Iklan

cinta ayu nabilla

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 1 Februari 2021

Selasa, 2 Februari 2021 06:05 WIB

Pengaruh Komunikasi Interpersonal dalam Menurunkan Masalah Emosi

komunikasi interpersonal pada level tertentu dapat menciptakan suasana dan motivasi psikologis yang bermanfaat. Kebutuhan psikologis dan emosional ini termasuk perasaan. Oleh sebab itu model komunikasi yang dikembangkan sebaiknya tidak hanya memberikan informasi tetapi juga persuasif. Artinya komunikasi tidak hanya untuk membuat orang lain mengerti, tetapi juga agar orang lain mau menerima pengertian, kepercayaan atau melakukan tindakan tertentu.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Pendahuluan

Komunikasi diperlukan bagi setiap orang, terutama dalam menjalin interaksi yang manusiawi dan memenuhi kebutuhan hidup manusia. Model komunikasi yang dikembangkan tidak hanya memberikan informasi tetapi juga persuasif. Artinya komunikasi tidak hanya untuk membuat orang lain mengerti, tetapi juga untuk berharap agar orang lain mau menerima pengertian, kepercayaan atau melakukan tindakan tertentu.

Komunikasi pada dasarnya memiliki empat fungsi, yaitu fungsi interaksi sosial, pelaksanaan, ritual dan alat. Dalam fungsi komunikasi, meskipun terdapat fungsi komunikasi yang utama, namun tidak terlihat sepenuhnya berdiri sendiri, tetapi berkaitan satu sama lain. Salah satu fungsinya adalah untuk membentuk konsep diri, realisasi diri, survival, perolehan, perolehan, perolehan dan Fitur masyarakat akuisisi. Kebahagiaan, hindari stres dan ketegangan serta bangun hubungan dengan orang lain

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Saat menjalin interaksi dengan orang lain, jika komunikasi tersebut bercirikan hubungan interpersonal yang baik, maka dianggap efektif. Pada saat yang sama, ketika orang memahami isi pesan kita, kegagalan komunikasi juga terjadi, dan kegagalan komunikasi terjadi dalam hubungan antar komunikator. Hubungan komunikasi ini merupakan salah satu bentuk komunikasi interpersonal. Komunikasi antarpribadi merupakan bentuk komunikasi yang sering dilakukan.

Menurut Gerald R Miller (1989), komunikasi antarpribadi merupakan jenis komunikasi yang terjalin secara harmonis dimana setiap peserta komunikasi dapat bertindak sebagai komunikator atau komunikator secara bergiliran, dan mencakup Tatap muka menghadapi dinamika psikologis yang dalam. Tujuan penting komunikasi interpersonal adalah fokus pada enam hal yaitu, mengenal diri sendiri dan orang lain, memahami dunia luar, menjalin dan menjaga hubungan, mengubah sikap dan perilaku, mencari hiburan dan membantu sesama. Menurut Joseph N Cappella (1963) dari Gerald R. Miller, komunikasi interpersonal pada level tertentu dapat menciptakan suasana dan motivasi psikologis yang bermanfaat bagi kebutuhan psikologis dan emosional manusia.  Kebutuhan psikologis dan emosional ini termasuk perasaan. Keterbukaan, kasih sayang, sikap mendukung, sikap positif dan kesetaraan, cinta, kasih sayang, penghargaan, ketenangan dan kepercayaan; prasangka, ketakutan, kekhawatiran dan kecemasan, kemarahan, agresi dan anarkisme.

Dengan pertumbuhan kebutuhan hidup manusia, tekanan emosional yang dihadapi manusia menjadi semakin serius. Ketegangan emosional identik dengan ketegangan.  Ketegangan emosional adalah gejala emosional dari kehidupan subjektif psikologi manusia, yang bersentuhan langsung dengan gejala kognisi diri.

William James mengatakan bahwa stres emosional merupakan pengaruh dari reaksi yang khas, yang diperdalam oleh reaksi dari kasus, kejadian dan pengalaman individu, dan reaksi ini terjadi ketika psikologi seseorang berada dalam keadaan tertekan secara emosional. Di bawah tekanan, biasanya terjadi banyak perubahan fungsi fisiologis dan kondisi fisik. Stres emosional disebabkan oleh gejala psikologis manusia, gejala psikologis tersebut berasal dari faktor dasar (karakter, karakter, kepribadian dan keturunan), lingkungan, dan berkembang menjadi berbagai emosi yang kompleks karena faktor usia, pengalaman, proses diferensiasi dan kondisi psikologis yang tidak menentu.

Bagi sebagian orang, stres emosional dapat diramalkan dan diredakan dengan semestinya, tetapi hal itu tidak jarang terjadi di antara mereka. Mereka berada di bawah tekanan yang semakin berat dan kompleks, yang memengaruhi potensi, tingkat kognitif, atau kemampuan berpikir mereka. Salah satu masalah stres emosional yang kompleks yang dihadapi mahasiswa

Mahasiswa adalah salah satu saat mereka mencari identitas diri. Dimana siswa tidak hanya dituntut untuk berkembang menjadi pribadi yang matang secara sosial, tetapi juga untuk melaksanakan tugas akademik, siswa dituntut untuk berpikir kritis dan produktif. Namun, siswa tampaknya belum sepenuhnya menyelesaikan tugas pengembangannya. Pada tahun 2009, Dirjen Pendidikan Tinggi Islam Kementerian Agama Republik Indonesia menyusun rencana terobosan baru untuk memperkuat profesi langka yang diminati PTAIN di seluruh Indonesia, dalam hal ini semua dana pendidikan ditanggung oleh unit negara bagian. Terdapat 21 (dua puluh satu) Perguruan Tinggi Islam Nasional yang ditunjuk untuk menyelenggarakan PTAIN, diantaranya 4 (empat) UIN, 8 (delapan) IAIN dan 9 (sembilan) STAIN.

IAIN Walisongo merupakan salah satu perguruan tinggi yang ditunjuk untuk menyelenggarakan program studi dengan menyelenggarakan 3 (tiga) program studi, antara lain Dawa Islamic Consulting Studies Course 1 (satu) course dan Usuluddin College dan Hadits Tafsir 1 (course) .Program dan tasawuf dan Program pembelajaran psikoterapi Islam sampai dengan 1 (satu) jenjang. Menurut peraturan pelaksana Direktorat Jenderal Agama Islam Perguruan Tinggi, rencana pendidikan dirancang secara lengkap dengan memadukan atau memadukan kegiatan akademik dan kegiatan non akademik (yaitu (1) pembinaan pokok dan (2) pembinaan halaqah).

Kegiatan akademik dan non-akademik yang berkelanjutan di kampus dan di luar kampus (pondok pesantren), termasuk penguasaan bahasa asing, terjemahan, Alquran dan keterampilan yang dikembangkan sesuai dengan rencana studi masing-masing. sebagai berikut. Integrasi mata kuliah Mahad dan perkuliahan reguler menjadi tantangan bagi mahasiswa mata kuliah khusus ini karena lebih memberatkan perkuliahan dibanding perkuliahan biasa. Mereka harus mampu meraih prestasi akademik yang tinggi agar dapat menyelesaikan rencana sesuai dengan pelaksanaan rencana.

Beberapa siswa memperhatikan catatan penting, yaitu masalah psikologis dan emosional berupa kekhawatiran tidak dapat menyelesaikan mata kuliah sesuai tujuan yang telah ditetapkan. Beberapa siswa emosional dapat dilihat dari perspektif gender, yaitu dari jenis kelamin laki-laki dan perempuan. Kebanyakan pria mengaku dibebani oleh kursus akademis dan non akademis, mereka berada di bawah tekanan, dan terkadang beberapa orang menjadi depresi dan depresi.

Pada saat yang sama, kebanyakan siswa perempuan seringkali tidak memiliki pengalaman seperti itu. Tekanan psikologis dan emosional siswa laki-laki lain, seperti rasa tidak aman, penghinaan terhadap kelompok, Penyebabnya adalah penurunan prestasi akademik, yang berdampak pada sikap mulai menarik diri dari masyarakat dan lebih memilih menyendiri. Keadaan ini seakan menciptakan situasi yang kurang harmonis dan tidak menguntungkan serta menimbulkan tekanan yang besar dalam hal studi SMA, disisi lain mereka juga harus dapat menyelesaikan perkuliahan tepat waktu.

Dapat diasumsikan bahwa siswa mata kuliah khusus IAIN Walisongo dalam Kajian Islam mengalami tekanan emosional. Bahkan, situasi tersebut diperkuat dengan penurunan jumlah siswa pada mata kuliah khusus IAIN Walisongo. Gangguan emosi yang dihadapi mahasiswa mata kuliah khusus IAIN Walisongo tidak bisa diabaikan begitu saja. Diperlukan ungkapan yang dapat memunculkan semangat dan menghadirkan suasana psikologis dan emosional yang harmonis, sehingga mereka yang gugup, cemas, minder, putus asa dan tidak mampu berprestasi tinggi dapat memiliki motivasi dan semangat yang tinggi, serta selalu menunjukkan nilai-nilai yang positif. emosional-psikologis.

Salah satu upaya yang dinilai mampu menghasilkan keadaan psikologis dan emosional yang harmonis sehingga membangkitkan motivasi, semangat berprestasi, dan menghadirkan nilai-nilai positif adalah dengan mengoptimalkan kebutuhan sosial melalui efektifitas komunikasi interpersonal. Menurut fungsi sosial dari komunikasi interpersonal yang telah dijelaskan sebelumnya, komunikasi interpersonal tampaknya dapat membangun konsep diri, realisasi diri, kelangsungan hidup, memperoleh kebahagiaan, menghindari stres dan ketegangan (emosi) serta meningkatkan hubungan sosial dengan orang lain. Hal ini dikarenakan komunikasi antarpribadi merupakan salah satu bentuk komunikasi yang paling sederhana dan biasanya dilakukan oleh semua orang. Berdasarkan latar belakang di atas, saya sangat tertarik dengan penelitian ini.

Konsep Teoritik

Secara teoritis penelitian ini mengadopsi metode psikologi komunikasi. Secara psikologis, komunikasi interpersonal pribadi memiliki dampak psikologis tertentu. Jika sugesti psikologis ini dilakukan secara aktif dan efektif maka akan melahirkan keterbukaan dan keakraban yang dapat digunakan sebagai salah satu teknik pengobatan.

Pengertian dan Prinsip Komunikasi Interpersonal

Pengertian komunikasi interpersonal secara sederhana dikemukakan oleh Effendy, yaitu komunikasi antara komunikator dan komunikator.  Komunikasi antarpribadi juga dipahami sebagai komunikasi tatap muka, yang memungkinkan setiap peserta untuk secara langsung, baik secara verbal maupun non-verbal, memahami reaksi orang lain. . Bentuk khusus komunikasi interpersonal adalah persaudaraan, yang hanya melibatkan dua orang, seperti sepasang suami istri, dua orang teman sebaya, dua orang teman dekat, guru dan murid, dll. Hal ini ditandai dengan hubungan yang erat antara kedua belah pihak; kedua belah pihak berkomunikasi secara bersamaan atau secara spontan Mengirim dan menerima pesan melalui cara verbal atau nonverbal.

Lebih rinci, Hofland mendefinisikan komunikasi interpersonal sebagai keadaan interaksi ketika komunikator mengirimkan stimulus (biasanya simbol verbal) dalam acara tatap muka untuk mengubah perilaku orang lain (partisipan). Komunikasi interpersonal adalah komunikasi antara dua orang yang terjerat dalam lingkungan psikologis yang dalam, biasanya tatap muka. Tujuh ciri komunikasi interpersonal juga disebutkan, yaitu

 1). Jumlah orang yang terlibat sangat kecil (2 sampai 3 orang);

2). Derajat keintiman fisik selama komunikasi intim;

3). Sifat umpan balik bersifat langsung;

4). Peran komunikasi bersifat informal;

5). Kustomisasi pesan sangat istimewa;

6). Maksud dan tujuan komunikasi tidak terstruktur, tetapi sangat sosial.

 Dalam kesempatan yang sama, Wiryanto menjelaskan prinsip kebalikan dari komunikasi interpersonal dan komunikasi massa. Prinsip komunikasi interpersonal adalah

1). Alur pesan dua arah dari pengirim dan penerima pesan;

2). Komunikasi dilakukan di lingkungan yang lebih privat atau personal;

3). Dapatkan umpan balik segera;

4). Mempengaruhi sikap dan perilaku secara lebih efektif; dan

5) . Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa komunikasi interpersonal adalah komunikasi antara komunikator dan komunikator, biasanya dalam suasana tatap muka, dan umpan balik dapat diamati secara langsung. oleh komunikator.

Dinamika Komunikasi Interpersonal

Menurut Rafmad's Hofland and Raswell, komunikasi interpersonal merupakan suatu bentuk komunikasi dengan motivasi psikologis tertentu. Adanya komunikasi interpersonal dapat melahirkan model hubungan interaktif yang harmonis dan simbiosis.  Bagi sebagian orang, komunikasi interpersonal menjadi kerabat, persahabatan dan persaudaraan. Peserta pertukaran dapat menjadikan diri mereka subjek dan objek pertukaran.

Dinamika komunikasi interpersonal meliputi kesadaran situasional (lingkungan), natural language management, alat dunia maya dan pembelajaran statistik. Komunikasi interpersonal akan menghasilkan kekuatan psikologis yang mempengaruhi kerangka dan perilaku hubungan interpersonal individu, dan kekuatan psikologis yang dibentuk oleh proses komunikasi interpersonal ini meliputi pemahaman tentang latar belakang lingkungan dan pengelolaan bahasa informasi, Perangkat lunak memanfaatkan pengaruh dunia maya dan memperoleh teori pembelajaran statistik, kemudian individu akan memahami dan menjelaskan bahasa statistik dari kode, mengirimkan informasi sesuai dengan tujuan komunikasi dan mengakhiri penampilan perilaku. Untuk mengukur motivasi psikologis dalam komunikasi interpersonal dijelaskan dalam lima dimensi yaitu keterbukaan, empati, sikap suportif, sikap positif dan kesetaraan, yang akan dijelaskan dalam beberapa indikator nanti.

Problem Tekanan Emosi Laki-Laki dan Perempuan

Dari teori psikologi memahami bahwa stres emosional tidak lepas dari Kaplan. Emosi itu sendiri berasal dari kata “emosi” atau “verba” yang artinya bersumpah, bergerak (membangkitkan), yaitu mendorong hal-hal yang muncul dari tubuh manusia. Emosi adalah kondisi yang mengarahkan organisme untuk beradaptasi dengan situasi tertentu, sehingga emosi disebabkan oleh gejala psikologis. Emosi juga dipahami sebagai suatu situasi, ketika orang berhadapan dengan objek tertentu, akan menghasilkan lingkungan sensorik yang unik.  Kaplan menunjukkan bahwa emosi adalah hasil dari ekspresi stres atau kegagalan, dan individu akan beradaptasi dengan lingkungannya. Ketidak mampuan orang untuk beradaptasi dengan lingkungan dapat menimbulkan rasa putus asa, ketidakpuasan dan ketidakmampuan untuk membahagiakan diri sendiri, terutama dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, sehingga menyebabkan seseorang mengalami tekanan yang begitu berat.

Dalam hal ini, emosi sama dengan perasaan ketegangan yang dihasilkan oleh gejala emosional dalam psikologi manusia dari kehidupan objektif, dan bersentuhan langsung dengan gejala kognisi diri. Dalam realitas terdalam, emosi tidak kekal dalam bentuk dan tingkatan. Menurut Fauzan, emosi memiliki ruang yang cukup untuk menutupi setiap perasaan seseorang, baik itu emosional, baik yang lemah maupun yang kuat.  Menurut William James (William James), emosi adalah pengaruh emosional yang paling dalam. Kasus, pengalaman, dan reaksi terhadap kejadian umum, seperti ketakutan, kemarahan, kekecewaan, kegembiraan, cinta, dan emosi. Oleh karena itu, gangguan emosi diartikan sebagai keadaan gangguan emosi akibat suatu peristiwa, suatu tugas yang mengalami atau melebihi kapasitas mentalnya.

Dalam dakwah Islam, stres emosional adalah perasaan gelisah, gelisah, gelisah, gelisah, gelisah, gelisah, sedih, kecewa, sedih, selalu menuruti keinginan dan melanggar perintah Allah. Emosi adalah salah satu bentuk ketakutan manusia, karena hati manusia tidak percaya.Selain itu, stres juga berhubungan dengan rasa takut, marah, benci, cinta dan penyakit jantung misalnya hasad, cemburu dan arogansi, ujub dan riak.  Ketika orang merasa takut maka akan disertai dengan perubahan fungsi fisiologis, ciri wajah, suara dan kondisi fisik. Aspek lain dari emosi adalah penyakit jantung, yang dapat menyebabkan permusuhan dan kejahatan.

Emosi tidak selalu negatif, namun jika dikaitkan dengan tema efisiensi dan efektifitas, misalnya dalam proses berfikir, fokus, bertindak, dan penyesuaian positif akan berdampak positif pada pembentukan kepribadian. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa stres emosional merupakan hasil dari respon sosial dan psikologis individu terhadap peristiwa dan pengalaman hidup. Dalam proses perkembangannya, emosi mencakup berbagai reaksi yaitu negatif dan positif. Reaksi negatif ini dapat menyebabkan stres emosional yang lebih besar. Untuk mengukur emosi dapat digunakan parameter emosi yang meliputi rangsangan, perasaan, reaksi internal dan pola tingkah laku. Aspek ini dapat menentukan apakah seseorang memiliki emosi negatif dan emosi positif.Oleh karena itu dengan memahami aspek / komponen emosi tersebut maka individu dapat membimbingnya. emosi secara efektif dan efisien.

Intinya, wanita memiliki stres emosional yang lebih rendah dibandingkan pria. Hal ini karena secara psikologis, orang biasanya menganggap perempuan memiliki konsep dan mekanisme pertahanan diri yang lebih tinggi daripada laki-laki, sehingga perempuan cenderung tidak memikul tekanan emosional yang lebih tinggi. Hasil penelitian Hasanan (2008) menunjukkan bahwa perempuan cenderung membentuk konsep diri yang positif, sehingga cenderung mudah menerima dan memahami setiap masalah yang dihadapinya. Pada saat yang sama, pria cenderung sulit menemukan mekanisme pertahanan diri, dan cenderung mengalami tekanan emosional yang intens. Dikatakan bahwa wanita dalam struktur kepribadian memiliki reaksi positif dalam mengarahkan emosi mereka melalui tangisan, tawa, kemarahan, dll. Pada saat yang sama, pria sering kali gagal mengomunikasikan emosi mereka dengan benar, yang dapat menyebabkan stres emosional yang cukup berat dan akhirnya depresi dan / atau depresi.

Pengaruh Komunikasi Interpersonal dalam Menurunkan Problem Tekanan emosi

Beberapa orang mengatakan bahwa sumber kehidupan manusia sebagai eksistensi sosial adalah komunikasi. Melalui komunikasi, seseorang dapat memenuhi semua kebutuhan fisik dan psikologisnya. Komunikasi antarpribadi, sebagai bentuk komunikasi yang sering dan mudah ditemukan, tampaknya melibatkan fungsi terapeutik dan sosialisme psikologis, yang berperan untuk meningkatkan perkembangan kepribadian dan kematangan psikologis. Selain itu, dapat dikatakan bahwa komunikasi interpersonal yang efektif dapat membangkitkan rasa percaya pada kekuatan psikologis manusia, sosial agama.

 Dengan motivasi semacam ini individu dapat memaksimalkan potensinya sehingga selalu menunjukkan nilai-nilai positifnya, sehingga individu dapat mengurangi beban psikologis yang dihadapinya. Dengan kata lain, komunikasi interpersonal dapat digunakan untuk mengurangi tekanan hidup. Stres pribadi biasanya terkait dengan ketegangan emosional. Hal ini dikarenakan ketegangan emosional merupakan salah satu bentuk ketegangan yang sering dihadapi masyarakat berupa rasa takut, cemas, khawatir, senang, benci, dll. Ancok menyatakan bahwa ketegangan emosi berupa kecemasan, kecemasan, kecemasan, kegembiraan, kebencian dan amarah dapat menyerang siapa saja tanpa memandang usia, kelas sosial, atau tingkat pendidikan.

Untuk mencegah ketegangan emosional ini berkembang menjadi ketegangan yang lebih kuat, diperlukan komunikasi interpersonal yang intens dan diarahkan ke komunikasi interpersonal yang efektif. Oleh karena itu, komunikasi antarpribadi diduga kuat akan mengurangi ketegangan emosi pribadi dan cenderung menghasilkan motivasi psiko-emosional dan psiko-sosial-religius yang lebih positif. Sebuah studi yang dilakukan oleh Nashori tentang komunikasi interpersonal dalam bidang kedewasaan beragama dan konsep diri menjelaskan bahwa komunikasi interpersonal merupakan salah satu bentuk komunikasi yang dapat mengarah pada keterbukaan, kesadaran sosial, pemahaman, kasih sayang, dan pengurangan ketegangan secara terus menerus yang disebabkan oleh beban mental. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa keterbukaan yang muncul dalam dinamika komunikasi interpersonal sangat dipengaruhi oleh konsep diri dan kedewasaan pribadi.

Komunikasi interpersonal yang efektif antar manusia dapat membangun kepercayaan dan rasa aman, sehingga proses komunikasi akan muncul dalam bentuk respon psikologis yang terbuka dan nyaman saat mengungkapkan pikiran, kemudian menjadi bahagia, bahagia, terlindungi, dengan potongan harga, menghindari rasa takut dan khawatir. Dan ketegangan. Dalam komunikasi interpersonal, efek psikodinamik berupa keterbukaan dan kepercayaan dapat mengurangi tekanan emosional dan beban mentalnya.

Hasanat (1996) mengemukakan bahwa seringnya komunikasi (komunikasi interpersonal) dalam keluarga akan mempengaruhi anggota keluarga yang lain, terutama kualitas perilaku dan rasa aman anak. Kualitas perilaku dan rasa aman bersumber dari komunikasi interpersonal yang akan menciptakan suasana emosional yang dinamis dan menyenangkan (emosi kesenangan). Ketika seseorang menemukan suasana emosional yang menyenangkan, mereka akan mampu menekan beban psikologisnya dan menghasilkan perilaku yang positif. Berdasarkan hal tersebut dapat dijelaskan bahwa psikodinamik sebagian besar komunikasi (komunikasi interpersonal) pada akhirnya akan menumbuhkan suasana emosional yang positif, sehingga mengurangi kesedihan pribadi, mali, kebencian, kegagalan, ancaman, dll.

Sedangkan menurut penelitian Rakhmad (2001), apabila terjalin suasana komunikasi interpersonal yang baik maka akan menimbulkan tingkat persahabatan yang tinggi, mereka akan secara aktif mengkomunikasikan reaksi emosional dan akan berdampak pada efek meredakan ketegangan karena peristiwa yang mereka alami. Seperti yang dikatakan Sri Muulani, dalam komunitas yang sehat, ruang interpersonal yang dibangun oleh pertemanan akan memicu fungsi penyembuhan berupa empati yang dapat dirasakan orang lain.Mampu menemukan alternatif pemecahan masalah. Ini berguna untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi teman / sahabat. Motivasi dari terapi ini dapat digunakan untuk mengelola emosi, dan kemudian dapat menyelesaikan masalah pengambilan keputusan secara mandiri. Masalah ini dapat berupa stres emosional, seperti mengurangi rasa malu, sedih, takut, khawatir, marah, benci, dll, dan menargetkan hal-hal yang efektif dan efisien. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa komunikasi antarpribadi berpengaruh penting dalam menurunkan stres emosional. Selain itu, untuk mendeskripsikan peran komunikasi interpersonal dalam mengurangi masalah stres emosional, hasil penelitian yang disampaikan oleh Sri Mulyani (2008) akan digunakan untuk menjelaskan bahwa komunikasi antarpribadi dilandasi pemahaman timbal balik terhadap hubungan antar manusia, sehingga tercipta suatu jenis hubungan interpersonal. Hubungan antara. Garis informasi dua arah antara individu-individu yang terlibat dalam proses

Kemampuan sensorik dalam komunikasi interpersonal ingin mengembangkan keterampilan menyimak dan menarik perhatian serta pemahaman. Dalam kebanyakan kasus, wanita lebih cenderung mengembangkan kemampuan ini daripada pria. Perhatian dan pemahaman terhadap fungsi komunikasi interpersonal akan mengembangkan visi sosial-diri dan pengertian pemahaman teoritis. Hubungan yang dilandasi oleh saling pengertian dan pengertian akan menghasilkan rasa aman, perhatian, umpan balik yang positif dan pada akhirnya mengurangi dampak emosi negatif pada seseorang.

Selain itu, perasaan negatif akan menargetkan perilaku yang lebih efektif dan efisien. Jika seseorang dapat menemukan aspek positif dari emosi (emosi) negatifnya, maka ia akan mampu mengurangi beban psikologis dan stres yang dialaminya. Lebih lanjut dijelaskan bahwa interaksi interpersonal akan membentuk motivasi psikologis yang harmonis, artinya jika berinteraksi dengan perasaan yang menyenangkan maka akan memiliki sikap terbuka, mendengarkan dengan penuh perhatian, menimbulkan prasangka positif dan membangun hubungan sosial yang lebih erat dalam masyarakat.

Sebaliknya bila terdapat rasa kebencian dalam komunikasi / perilaku interpersonal antar manusia maka akan penuh dengan prasangka yang akan menghasilkan tekanan emosional dan emosional yang lebih besar, dan biasanya menimbulkan permusuhan, pandangan negatif dan ketidakharmonisan dalam hubungan interpersonal. .

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa komunikasi interpersonal berpengaruh positif dalam mengurangi beban psikologis dan menekan sumber stres emosional pribadi, kemudian dapat berperan dalam pencapaian keharmonisan sosial, pembentukan emosi yang menyenangkan, aman dan tenang. Suatu bentuk emosi yang menyenangkan secara otomatis akan mengurangi dampak stres emosional yang negatif. Secara kualitatif, pengurangan masalah stres emosional dapat dilihat pada psikodinamik pembentukan hubungan interpersonal yang melibatkan fungsi terapeutik, seperti saling pengertian, pengertian, penerimaan, kasih sayang, perasaan saling terbuka, dan adanya pertemanan dan persahabatan. mekanisme.

  1. Hasil Penelitian

Setelah dilakukan tes terstruktur atas kuisioner yang disebarkan kepada subjek penelitian, ditemukan bahwa mahasiswa mata kuliah khusus IAIN Walisongo mengalami masalah stres emosional berupa emosi negatif, antara lain khawatir, takut, depresi, perasaan sedih, kecewa dan diskriminasi. . Bentuk masalah emosional berikutnya meliputi lima aspek:

(a) Kewalahan dengan tujuan mata kuliah, artinya mahasiswa mata kuliah khusus harus membayar tujuan menyelesaikan mata kuliah tepat waktu (yaitu 8 semester), yang meliputi pendanaan, penyelesaian mata kuliah. waktu dan beban mata kuliah

(B) Ada perpaduan antara Uria dan mata kuliah khusus, artinya mahasiswa mata kuliah khusus akan terbebani dengan integrasi perkuliahan akademik dan non akademik berupa pembina Mahad dan Harago, sehingga membuat mereka merasa bingung dan waktu belajar yang membingungkan;

(C) Integrasi dwibahasa (Arab dan Inggris) yang artinya memiliki kemampuan / kemampuan menguasai bahasa asing yaitu bahasa Inggris dan bahasa Arab, karena siswa pada mata kuliah khusus berasal dari latar belakang pendidikan yang berbeda-beda, seperti MA, SMA, STM, oleh karena itu Menguasai bahasa asing akan menyebabkan tekanan pada siswa laki-laki dan perempuan,

(d) Tahfidul Quran. Adanya aturan bagi setiap siswa untuk mahir dalam tahfidul Qur'an, setidaknya untuk tata cara khusus yang mengharuskan mereka untuk mengingat juz al-Qur'an agar dapat memberikan tekanan mental kepada siswa;

(e) Manajemen program tidak jelas dan terlalu ketat. Mahasiswa merasa bahwa pelaksanaan mata kuliah khusus IAIN tidak jelas, terlalu memberatkan, buram, serta komunikasi dengan mahasiswa sengit dan terbuka, sehingga permasalahan mahasiswa seringkali tidak tertangani dengan baik bahkan cenderung meningkatkan tekanan mental.

Dari hasil uji pengaruh dan kepastian dapat diketahui uji kuantitatif pengaruh komunikasi interpersonal terhadap penurunan stres emosional. Berdasarkan hasil perhitungan kuantitatif diperoleh hasil bahwa komunikasi interpersonal berpengaruh terhadap pengurangan stres emosional sebesar 7,966 lebih besar dari Ftabel yaitu 6,302 dengan tingkat signifikansi 0,05. Meskipun ditentukan bahwa adjusted R2 dari tes sebesar 0,910, ini berarti 91,0% perubahan masalah stres emosional dapat dijelaskan oleh perubahan variabel independen komunikasi interpersonal, dan sisanya dapat dijelaskan oleh alasan lain di luar model. Perbedaan simultan berdasarkan jenis kelamin menunjukkan bahwa pengaruh variabel penelitian laki-laki lebih besar daripada variabel penelitian perempuan. Dapat dilihat dari Taylor laki-laki> Taylor perempuan koefisiennya adalah 16,065> 11,660.

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa mahasiswa mata kuliah khusus IAIN Walisongo Semarang mengalami gangguan emosi. Tekanan yang dihadapi para siswa ini sebenarnya disebabkan oleh ketidakmampuan siswa laki-laki dan perempuan untuk mengarahkan emosi mereka. Emosi yang harus didasarkan pada efisiensi dan efektivitas pengembangan diri telah menjadi tekanan mental yang sangat berat. Masalah stres emosional yang dialami oleh para mahasiswa ini seringkali menimbulkan masalah psikologis yang disebabkan oleh pengalaman akademik yang "kurang pro", terutama pada mata kuliah akademik dan non akademik tentang penguasaan dan kemampuan bahasa asing. Rencana yang mengharuskan mereka memiliki keterampilan bahasa asing (Inggris dan Arab) merupakan kombinasi dari tekanan emosional yang intens. Akibatnya, jika mereka tidak mampu menguasai ketrampilan bahasa tersebut, mereka akan menjadi cemas, gelisah, ketakutan dan depresi. Selain masalah bahasa asing, tekanan emosional yang dihadapi mahasiswa pada mata kuliah khusus adalah mengingat bagian-bagian tertentu dari Alquran. Menurut penulis, melihat berbagai latar belakang pendidikan siswa juga menjadi faktor penyebab stres emosional pada siswa.

Selain itu, ada faktor internal dan eksternal. Faktor internal disebabkan oleh kondisi psikologis mahasiswa, sedangkan faktor eksternal lebih disebabkan oleh pelaksanaan mata kuliah, manajemen dan lingkungan. Hasil analisis faktor internal termasuk dimensi psikologis dapat dijelaskan dari aspek “ABC” emosional, perilaku dan kognitif. Aspek emosional sejalan dengan kaidah nilai, taat pada relasi sosial, penuh rasa ingin tahu dan antusias terhadap kegiatan pengelolaan program, bertanggung jawab atas apa yang harus mereka lakukan, dan tuntutan hak yang tidak terlalu tinggi.

Aspek tingkah laku lebih banyak bertumpu pada pola tingkah laku siswa, kebiasaan, tingkah laku, aktivitas, dan kreativitas belajar, sedangkan aspek kognitif lebih didasarkan pada kecerdasan atau kecerdasan, pengetahuan dan pemahaman, serta kemampuan menerima dan menganalisis pengetahuan yang diperoleh. Hasil analisis faktor eksternal antara lain: sistem manajemen (tergantung mahasiswanya tidak jelas atau dirahasiakan); perlakuan diskriminatif; mata kuliah yang dianggap berat karena penggabungan atau integrasi model kurikulum akademik dan non akademik; dan faktor lingkungan.

Penulis meyakini bahwa dalam hal ini faktor lingkungan berperan penting dalam terjadinya stres emosional pada siswa. Lingkungan dengan suasana yang baik akan membawa kedamaian dan kesejahteraan, sebaliknya lingkungan dengan suasana yang buruk akan meningkatkan tekanan emosi. Dalam beberapa tema, stres emosional akan berkembang menjadi peluang untuk meningkatkan pemahaman dan ketahanan terhadap masalah yang mendesak.Selama seseorang dapat membimbing stres emosional dengan baik, mereka akan mendapatkan semangat dan kekuatan untuk mengembangkan potensinya.

Penulis meyakini bahwa untuk dapat meminimalisir stres emosional, seseorang harus mampu memahami sifat stres emosional sehingga emosi yang sebaliknya akan berdampak negatif memiliki peluang untuk menjadi sumber kekuatan dan antusiasme. Untuk individu. Oleh karena itu, Anda perlu bekerja keras untuk mengatasi stres emosional. Dengan menjalin hubungan yang harmonis dengan orang lain, stres emosional kebanyakan orang dapat diminimalkan. Tujuannya agar bisa memandu sumber stres yang dialaminya.

Menurut Miller, melalui komunikasi yang erat, hubungan yang harmonis akan terjalin dan motivasi psikologis yang dalam akan tercakup.  Selain itu, komunikasi interpersonal akan membentuk fungsi terapeutik dan motivasi psikososial, sehingga mendorong perkembangan kepribadian dan kematangan psikologis. Salah satu bentuk kematangan psikologis adalah kemampuan mereka untuk secara efektif membimbing stres emosional yang mereka hadapi. Diasumsikan bahwa komunikasi interpersonal sebagai hubungan interaktif jangka panjang secara simultan akan menciptakan suasana emosional yang kondusif bagi perkembangan psikologis pribadi, dan dapat menjadi salah satu faktor pendorong perilaku sosialnya.

Pada saat yang sama, menurut Ekman, komunikasi yang efektif antar manusia akan membentuk jiwa yang bersemangat dan senantiasa membimbing emosi positifnya secara utuh, yang menghadirkan nilai-nilai positif di bawah dukungan orientasi keagamaannya, sehingga dapat memaksimalkan kebahagiaan hidup dan mengurangi konflik antar manusia. Dapat menyampaikan perasaan dan tekanan yang mereka alami. Ketika seseorang mampu menyampaikan perasaan dan tekanannya, dia akan membentuk mekanisme pertahanan diri secara psikologis. Masalah stres mental dan emosi negatif dapat diminimalkan, dan kemudian orang dapat menemukan solusi yang tepat untuk masalah tersebut. Konsisten dengan pandangan tersebut, Castelli (2005) mengemukakan dalam sebuah penelitian bahwa respon komunikasi internal anak autis yang sulit mengenali emosi orang lain akan memungkinkan mereka untuk mengekspresikan emosinya, apalagi dengan orang lain melakukan kontak emosional. Jika dilakukan studi yang lebih mendalam, menunjukkan bahwa efektifitas komunikasi antarpribadi terbukti dapat mengurangi masalah stres emosional dengan cara yang positif.

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa, secara umum, wanita lebih cenderung mengembangkan komunikasi antarpribadi dan memandu emosi mereka dengan cara yang positif. Penelitian Steve Duck (Steve Duck, 1983) menunjukkan bahwa wanita lebih cenderung menjalin hubungan interpersonal yang luas dan intim daripada pria, hal ini karena wanita lebih mampu mengekspresikan emosinya dari pada pria, dan wanita juga diduga lebih baik daripada pria. Perasaan yang lebih tinggi, kasih sayang dan cinta. Dengan kata lain, perempuan dikatakan memiliki kemampuan psikososial. Karena wanita mengedepankan faktor sosial dan psikologis saat menjalin hubungan interpersonal, tidak dapat disangkal bahwa wanita memiliki kemampuan untuk mengedepankan hubungan komunikasi yang harmonis dan membimbing emosi mereka dengan cara yang positif. Penelitian lain menunjukkan bahwa wanita lebih baik dalam membela diri dibandingkan pria. Hal ini dikarenakan wanita memiliki kemampuan psikologis untuk mengontrol emosi dan tingkat stres yang lebih rendah dibandingkan pria. Mereka lebih terbuka dan mampu mengasuh diri serta mendapatkan kekuatan hidup untuk memperoleh kebahagiaan . Wanita lebih peka terhadap hal-hal tertentu dan bisa melepaskan perasaannya

Sementara itu, menurut Planalp (Planalp), pria cenderung mengabaikan emosinya, karena emosi dianggap tidak penting bagi kehidupannya.  Bagi kebanyakan pria, yang menurut mereka lebih penting adalah bagaimana mereka hidup dan bagaimana mereka melakukannya. Pertimbangkan untuk memenuhi kebutuhan, karier, pendidikan, dan keterampilan yang berhubungan dengan kelangsungan hidup mereka. Karenanya, pria dianggap individu yang tidak mau peduli dengan emosi yang dialaminya. Pria cenderung menarik diri dari siklus emosional yang mereka alami. Dalam beberapa kasus, situasi ini dapat berdampak negatif pada perkembangan emosi pria.

Biasanya, dampak pengabaian respons emosional pria tidak hanya psikologis, tetapi juga fisik. Secara fisik, rentang usia pria seringkali lebih rendah dibandingkan dengan wanita, selain itu pria juga rentan terhadap penyakit fisik sensorineural, gangguan fungsi jantung, hati dan paru. Berbeda dengan perempuan, aspek emosional kehidupan perempuan lebih berperan dalam struktur kepribadiannya, sehingga perempuan lebih pandai dalam mengekspresikan emosi, lebih mampu membimbing sikap, lebih mampu menangani hubungan interpersonal, dan mampu beradaptasi dengan masalah.

Bertentangan dengan studi para ahli komunikasi, studi tersebut justru menemukan bahwa dibandingkan dengan wanita, pria lebih efektif dalam mempromosikan komunikasi interpersonal dan mengurangi stres emosional. Hasil ini menunjukkan adanya perbedaan dari konsep teori umum yang meyakini bahwa dibandingkan dengan laki-laki, perempuan cenderung mampu menjalin hubungan komunikasi dan mengurangi stres emosionalnya. Analisis yang penulis ajukan disini adalah adanya proses pembelajaran sosial yang dilakukan oleh laki-laki dalam komunitasnya. Menurut teori psikologi, sebagian orang mengatakan bahwa masyarakat yang tinggal di lingkungan sosial tertentu akan terus melakukan pembelajaran sosial, sehingga menghasilkan perilaku yang setara, harmonis dan pro sosial. Pria dan wanita memiliki kemampuan untuk mengekspresikan dan menjelaskan semua pengalaman hidup mereka. Mereka yang dapat mengumpulkan semua nilai dan pengalaman hidup akan memiliki kenyamanan dan kematangan psikologis yang lebih dibandingkan mereka yang tidak memiliki kemampuan ini.

Selain itu, penulis dapat mengatakan bahwa mahasiswa laki-laki yang mengikuti program khusus IAIN memiliki kemampuan untuk mencapai pembelajaran sosial yang aktif, kemudian melalui proses komunikasi interpersonal yang efektif akan mampu mengurangi masalah stres emosional. Penelitian ini didukung oleh Hasanah (2010) yang menyatakan bahwa untuk mengurangi stres emosional, setiap orang harus berada dalam suasana dan situasi yang menguntungkan untuk membangun keharmonisan, keamanan dan kedamaian batin. Suasana yang menguntungkan akan menjadi penggerak dalam proses belajar manusia. Bagi sebagian orang, kurangi stres emosional dengan menggunakan layanan konseling kelompok dengan motivasi psikologis tertentu. Menurut Vygotsky, mekanisme pembelajaran ini diperoleh melalui penemuan diri, yang memungkinkan perkembangan fungsi mental dan kemampuan menghadapi pikiran dan stres. Berdasarkan hal tersebut, dapat diasumsikan bahwa melalui proses pembelajaran yang terus menerus individu akan dengan mudah menemukan eksistensinya sendiri, oleh karena itu melalui pengalaman yang diperolehnya dapat membimbing dirinya untuk diperkuat dari permasalahan tekanan mental dan emosional.

Bagi sebagian perempuan, mekanisme pembelajaran ini diperlukan guna mengoptimalkan kepribadian yang melekat pada perempuan untuk meminimalisir tekanan emosional yang dihadapinya, terutama dengan mengoptimalkan komunikasi interpersonal yang positif, efektif dan efisien. Berdasarkan fakta empiris di bidang ini ditemukan bahwa laki-laki memiliki kemampuan interpersonal yang lebih tinggi daripada perempuan, dan kemampuan tersebut selanjutnya dapat digunakan untuk meminimalkan stres emosional yang dihadapinya. Dari segi kuantitatif dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan pengaruh komunikasi interpersonal dalam mengurangi stres emosional pada siswa laki-laki dan perempuan, di antara mereka laki-laki lebih mampu mengurangi stres emosional melalui komunikasi interpersonal dibandingkan siswa perempuan.

Kesimpulan

Berdasarkan berbagai data yang diperoleh di lapangan dengan menggunakan kuesioner, maka hasil penelitian ini dapat disimpulkan (1) komunikasi interpersonal berpengaruh terhadap penurunan stres emosional siswa, dan (2) pengaruh komunikasi interpersonal dalam pendidikan. Kurangi stres emosional siswa laki-laki dan perempuan.

Individu perlu meningkatkan komunikasi interpersonal untuk mengurangi masalah stres emosional. Saat melaksanakan rencana khusus, pengelola proyek (dalam hal ini guru di lingkungan IAIN) perlu melakukan upaya nyata agar siswa rencana khusus tersebut dapat menjalin komunikasi interpersonal yang efektif, sehingga siswa dapat dibimbing oleh tema tersebut. Efisiensi Emosi sendiri.

Selain itu perlu diutamakan pembenahan sistem manajemen khususnya masalah akademik dan non akademik.Ini merupakan faktor terpenting dalam meningkatkan prestasi akademik, agar kesehatan mental peserta didik, tidak frustasi, dan mempunyai kemampuan untuk menyelesaikan. Studi mereka Antusiasme Prosedurnya bagus. Selain itu, kebijakan manajemen perlu ditinjau ulang agar dapat menjawab permasalahan yang dihadapi mahasiswa dalam mata kuliah khusus IAIN, termasuk kebijakan akademik dan kebijakan non akademik (bimbingan khusus dan mahad). Selain itu, perlu adanya mekanisme dan sistem rekrutmen calon mahasiswa, mekanisme dan sistem tersebut harus benar-benar memperhatikan kualitas opini mahasiswa terhadap rencana khusus IAIN Walisongo Semarang.

 

 Daftar Pustaka

Ancok, Jamaludin, Psikologi Islam, Yogyakarta: Pustaka Setia, 2010.

Booklet Panduan Penyelenggaraan Program Beasiswa Penguatan Progra Studi Kajian Khusus                     Keislaman Direktorat Pendidikan Tinggi Islam Direktorat Jenderal Pendidikan Islam                Departemen Agama RI, Tahun 2009 dalam http://www.ditpertais.net.

Buku Panduan Program Khusus Penyuluh Agama (PKPA) Fakultas Dakwah, 2009.

Buku Panduan Fakultas Ushuluddin Program Khusus (FUPK) IAIN Walisongo Semarang, 2009.

Brooks, William D., Speech Communication, Debuque: Wm. C. Brown Company Publishers, 1974.

Brooks dan Emmert, Interpersonal Communication, Dubuque: Wm.C Brown Company Publisher, 1977.

Burn, RB., Konsep Diri: Teori, Pengukuran, Perkembangan dan Perilaku, (terj), 1993

Bustaman, H. Dj., Integrasi Psikologi dengan Islam: Menuju Psikologi Islami, Yogyakarta: Pustaka               Pelajar, 1995 .

Castelli, Understanding Emotions from Standardized Facial Expression in Autism and Normal       Development.dalam situs: Sage Publication and National Autistic Society,        www.sagepublication.com.diakses tanggal 20 Oktober 2011.

Devito, Joseph A. Human Communication, 1996; Alih bahasa oleh Maulana, Agus, Komunikasi Antar        Manusia. Jakarta: Professional Books,1997.

 __________, The Interpersonal Communication, Sixth Edition. New York: Harper Collins Publishers,      1992.

Duck, Stave, Interpersonal Communication: In Developing Acquantance, London: Sage Publications,       1983.

Ekman P. “Basic Emotions”. in: T. Dalgleish and M. Power (eds.), Handbook of Cognition and Emotion. John Wiley & Sons Ltd, Sussex, UK, 1999.

 __________, The Nature of Emotion, Oxford, UK: Oxford, University Press, 1994.

Effendi, Onong Utjana, Ilmu Komunikas: Teori Komunikasi dan Praktek, Bandung: PT. Rosdakarya,           1996.

Fauzan, Ahmad, Psikologi Umum, Cet. III, Bandung: Pustaka Setia, 2004.

Fauziah, dkk, Psikologi Dakwah, Bandung: Pustaka Setia, 2009.

Ghazali, Imam, Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS, Semarang: BPUD, 2006.

Hasanah, Hasyim, “Efektivitas Konseling Kelompok dalam Mengurangi Tekanan Emosi Anak Usia               Sekolah”, Jurnal Konseling Islam, STAIN KUDUS, 2009.

Hasanat, Nidaul, “Bagaimana Komunikasi dalam Keluarga Pasien Gangguan Jiwa? Suatu Kajian tentang   Expressed Emotion”. Handout Seminar, 1996.

Hertinjung, Wisnu Sri dan Partini, “Gangguan Perilaku Pada Anak SD Ditinjau dari Ekspresi Emosi Ibu,”     Jurnal Dinamika Sosial Ekonomi Volume 6 Nomor 1 Edisi Mei 2010, UMS Surakarta.

Hovland, C.I & W. Weiss, The influence of Source Credibility on Communication Effectivennes, POQ,       15, 1951.

Hurlock, E.B, Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan sepanjang Rentang Kehidupan, (terj.),              Jakarta: Erlangga, 1991

Jalaluddin Rahmad, Psikologi Komunikasi, Bandung: PT. Rosdakarya, 2000.

Kelly, G, The Pshycology of Personal Construct, Lincoln: University of Nebrasca Press, 1976.

Kafie, Jalaludin, Psikologi Dakwah, Surabaya: PT. Indah Offset, 1993.

Kaplan, H., Psychology Stress Trend In Theory And Research, NewYork: Academic Press, 1983

Kotter, et.al dalam Arthur Jersild, Child Psychology, Fourth Edition, New Delhi: Prentice-Hall, Inc, 1997.

Littlejohn, Stephen, Theories of Human Communication, Edisi V, California: Wadsworth, 1996.

Mangkuatmodjo, Soegyarto, Statistik Lanjutan, Jakarta: Rineka Cipta: 2004.

Maryani, Rosley, Psikologi Umum, Bandung: Pustaka Setia, 2010.

McDonagh, Expressed emotion as a precipitant of relapse in psychological disorder. Classroom Leadership. Vol. 7, 2003.

Miller, Gerald R, Exploration in Interpersonal Communication, London: SAGA Publikations, 1989.

Mulyana, Dedy, Ilmu Komunikasi, Bandung: PT. Rosdakarya, 2002. Mulyani, Sri, “Analisis Pengaruh           Faktor-faktor Komunikasi interpersonal terhadap Komunikasi Interpersonal Perawat dengan Pasien di Unit Rawat Inap RSJD dr Amino Gondohutomo”, Tesis, (dipublikasikan) Semarang,            2008.

Najati, Muhammad Utsman, al-Qur’an wa ‘Ilm al-Nafs, terj. Cet. V, al-Qahirah: Dar al-Shuruq, 1993.

 __________, Psikologi dalam al-Qur’an: Terapi Qur’ani dalam Penyembuhan Gangguan Kejiwaan, Bandung: Pustaka Setia, 2005.

Pearce, W.B, “Consensual Rule in Interpersonal Communications and Relationship”, Journal of Communication, No. 23,1973.

Panduan Pengelolaan Program Studi Khusus Kajian Keislaman, Dirjen Pendidikan Tinggi Islam     Kementerian Agama RI, 2009.

Planalp, S., Communicating Emotion: Social, Moral, and Cultural Processes, Cambridge: Cambridge           University, 1999.

Prawitasari, J.E., “Apakah Wanita Lebih Peka daripada Pria dalam Mengartikan Emosi Dasar Manusia?”   Jurnal Psikologi, UGM, Yoryakarta No. 1, 1993.

Prabowo, Hendro, dkk., “Analisis Ekspresi Wajah Berbantu Media Cetak, Internet dan Software”,            Jurnal Proceedings, Komputer dan Sistem Intelijen (KOMMIT), Universitas Gunadarma,             Jakarta, 2004.

Santoso, Slamet, Teori-teori Psikologi Sosial, Yogyakarta: Galia, 2009.

Rakhamad, Jalaluddn, Psikologi Komunikasi, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001.

Sobur, Alex, Psikologi Umum, Bandung: Pustaka Setia, 2003.

Santosa, Singgih, Buku Latian SPSS Statistik Parametrik, Jakarta: PT. Elex Media Komputindo, 2002.

 __________, Analisis Regresi, Jogjakarta: Penerbit Andi, 2004.

Sugiono, Statistika Untuk Penelitian, Bandung: Alfa Beta, 2000.

Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif dan R&D, Jakarta:   Alfabeta, 2009.

Susetya, Budi, Stereotip dan Relasi Antar Kelompok, Yogyakarta: Graha Ilmu, 2010.

Taylor dan Moghaddam, Theories of Intergroup Relations, London: Praeger, 1994.

Tulus, Winarsunu, Statistika dalam Penelitian Psikologi dan Pendidikan, Malang: UMM Press, 2004.

Wedge, Florence, Mencegah Gangguan Emosional, terj. Widyakarto dan Hadisubrata, Yogyakarta: PT.   Obor, 1995.

Wedge, Florance, Mencegah Gangguan Emosional, disadur oleh Jc. Widyokartono dan MS           Hadisubrata, Jakarta: Obor, 1995.

Wolman, Benyamin B, Interpersonal Communication, Boston: Houghton Mifflin.Co, 1973.

Ikuti tulisan menarik cinta ayu nabilla lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

3 hari lalu

Kisah Naluri

Oleh: Wahyu Kurniawan

Selasa, 23 April 2024 22:29 WIB

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

3 hari lalu

Kisah Naluri

Oleh: Wahyu Kurniawan

Selasa, 23 April 2024 22:29 WIB