x

Sumber gambar : merdeka.com

Iklan

Shofiyah Nada

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 1 April 2021

Rabu, 9 Juni 2021 12:35 WIB

Menikmati Keajaiban Rasa Baru Gudeg Pinggir Jalan ala Kota Gudeg di Kala Malam

Gudeg, makanan khas yang dapat ditemukan seantero Yogyakarta serta identik dengan rasa manis. Kali ini berbeda, bukannya rasa manis yang berhasil saya temukan, melainkan rasa gurih yang cukup mendominasi makanan tersebut.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Suatu malam pasca Hari Raya Lebaran, tepatnya pukul 23.00, saat masih banyak restoran yang memutuskan untuk menghentikan operasionalnya sementara, terlihat sebuah tempat makan yang sudah bersiap melayani pelanggannya. Tempat makan tersebut menyajikan gudeg tepat di depan sebuah ruko pertokoan, tepatnya di Jalan Kaliurang no 28A, Manggung, Caturtunggal, Kecamatan Depok, Kabupaten Sleman, Yogyakarta. Secara sekilas, tidak terdapat keunikan yang dimiliki oleh tempat makan tersebut, namun hal yang membuat saya tertarik untuk mengunjunginya yaitu kondisinya yang cukup ramai, terutama pada waktu malam hari.

Gambar 1. Kondisi tampak depan Gudeg Sentul Anyar

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

 

Gudeg Sentul Anyar, begitulah nama tempat yang saya singgahi, membuka layanannya dari jam 9 malam hingga pukul 3 dini hari. Mata saya langsung terpusat pada seorang wanita muda beserta beberapa pegawai lain tengah sibuk melayani para pelanggan yang kian bertambah hingga larut malam. Pada tempat makan tersebut, penjual tidak memasak makanan secara langsung, namun sekadar menyajikannya dalam kondisi telah dimasak dan menghangatkannya pada sebuah tempat di bagian kanan tempat makan. Oleh karena itu, apabila makanan yang telah tersaji telah habis, mau tidak mau pelanggan harus menerima rasa kecewanya. Seperti salah satu pria paruh baya yang tengah memesan gudeg, namun tidak bisa dikarenakan telah habis. “Waduh, sampun telas, Mas”, tungkas penjual gudeg, yang berhasil saya kutip.

Apabila menilik secara historis, gudeg merupakan makanan yang telah muncul sebelum berdirinya Kasultanan Yogyakarta dan Kasunanan Surakarta. Resep gudeg ditemukan pada masa pemerintahan Panembahan Senopati (1587-1601) sekaligus sebagai pendiri Kesultanan Mataram Islam. Pada saat mendirikan Kesultanan Mataram Islam, Panembahan Senopati harus melakukan pembabatan hutan belantara, selanjutnya dikenal sebagai Alas Mentaok yang didalamnya kaya akan pohon nangka dan pohon kelapa. Kemudian, nangka muda dan kelapa diolah sebagai hidangan dengan cara dimasak dengan santan ditambah gula aren atau gula jawa, beragam bumbu berupa bawang putih, bawang merah, kemiri, biji ketumbar, lengkuas dan  daun salam. Adapun tempat memasak yang digunakan berupa kuali besar dengan cara diaduk-aduk menggunakan sendok besar menyerupai dayung. Berkat adanya proses pengadukan tersebut, muncullah istilah hangudeg yang memiliki arti “diaduk-aduk” hingga  akhirnya dikenal sebagai gudeg.

Gambar 2. Tampilan Penyajian Gudeg Sentul Anyar

 

Gudeg, dengan bahan dasarnya berupa gori atau nangka memiliki dua jenis, yaitu gudeg basah dan gudeg kering. Dalam penyajiannya, Gudeg Sentul Anyar tergolong sebagai gudeg basah. Hal ini terlihat dari kuahnya, apalagi jika dicampur dengan hidangan atau lauk pelengkapnya. Aroma khas gudeg, terutama yang dihasilkan dari nangka atau gori masih dapat tercium. Akan tetapi, hal yang cukup mengejutkan apabila mencoba memakannya, rasa manis yang mendominasi justru tidak keluar, melainkan rasa dominasi gurih bercampur dengan pedas yang dihasilkan dari krecek sebagai lauk pelengkap memenuhi seluruh dinding mulut hingga lidah saya. Disamping itu, Gudeg Sentul Anyar turut memberikan pilihan porsi nasi bagi para pelanggannya, terutama saya yang notabene bukan penikmat makanan di kala malam hari, tepatnya tengah malam. “Nasinya mau setengah atau satu porsi, mba?”. Begitulah pertanyaan yang dilontarkan penjual gudeg kepada saya.

Gudeg 3. Kerupuk yang disajikan sebagai pelengkap Gudeg Sentul Anyar

Setelah melakukan kunjungan menuju Gudeg Sentul Anyar, saya menyadari bahwa gudeg tersebut memiliki perbedaan dengan salah satu gudeg yang terbilang legendaris di Yogyakarta. Ya, Gudeg Yu Djum dengan dominasi rasa manis yang dimilikinya serta tergolong sebagai gudeg kering meninjau dari penyajiannya. Oleh karena itu, berkat Gudeg Sentul Anyar, mata saya kembali terbuka bahwa gudeg tidak hanya tersedia dalam rasa dominasi manis, tetapi rasa gurih yang tidak kalah enaknya, terutama bagi saya sebagai pecinta makanan pedas dan gurih.

Ikuti tulisan menarik Shofiyah Nada lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler