x

Piala Eropa

Iklan

Supartono JW

Pengamat
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Senin, 21 Juni 2021 07:03 WIB

Komentator Piala Eropa di Televisi Tak Greget!

Menjadi komentator juga bukan seperti bagi-bagi kursi gratis jabatan di BUMN atau ikut-ikutan tren milenialisasi, digitalisasi, regenerasi dan lain sebagainya.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Saat komentator sedang bicara, ternyata banyak publik sepak bola nasional yang langsung pindah kanal saluran televisi, dan baru kembali saat siaran langsung UEFA Euro (Piala Eropa) 2020 berlangsung.

Untung laga-laga Piala Eropa sangat berkelas, sehingga publik sepak bola nasional juga tak perlu merasa menonton dan mendengarkan ucapan para komentator, karena isi yang dibicarakan datar. Beberapa komentator bahkan kurang familiar bagi publik sepak bola nasional.

Mengapa pihak televisi yang menyiarkan Piala Eropa harus menampilkan para komentator tersebut? Bukan para komentator yang sudah familiar di mata dan hati pemirsa publik sepak bola nasional?

Apakah para komentator tersebut memang sudah layak disematkan label komentator dan apa sepak terjangnya dalam dunia sepak bola selama ini, terlebih untuk menjadi komentator sekalas Piala Eropa?

Itulah beberapa identifikasi yang saya dengarkan langsung dari insan pecinta sepak bola di Indonesia. Bahkan ada pihak yang sampai meminta saya menulis dan menyoroti masalah komentator Piala Eropa kali ini.

Label komentator, survei

Tak puasnya publik sepak bola nasional dengan keberadaan komentator Piala Eropa di televisi kali ini, meski baru sekadar ungkapan dari mulut ke mulut, maka agar lebih dapat dipercaya kebenaran akan tak puasnya publik sepak bola nasional, pihak televisi bisa melakukan survei.

Selain itu, publik juga berpendapat bahwa untuk Piala Eropa kali ini, hanya beberapa komentator yang layak dilabeli sebagai komentator karena kompetensi dan jejak langkahnya di dunia sepak bola.

Karenanya, meski yang menayangkan siaran Piala Eropa, saluran televisi ternama nasional, tidak menggaransi publik dapat menerima begitu saja dimunculkannya para komentator yang belum teruji di mata publik sepak bola nasional.

Karenanya, sejak digelarnya Piala Eropa sejak 11 Juni 2021, hingga menjelang sepuluh hari, maka cukup bagi publik menilai aksi para komentator yang sebagian besar dianggap belum kompeten dan belum layak disebut komentator.

Memang, publik juga dapat menelusuri jejak digital dari 13 komentator yang dihadirkan oleh pihak televisi. Publik dapat menelaah siapa mereka di balik kursi komentator yang kini mereka duduki.

Tetapi yang jelas, duduk di kursi komentator, apalagi tampil di hadapan publik sepak bola nasional juga bukan perkara sederhana.

Menjadi komentator juga bukan seperti bagi-bagi kursi gratis jabatan di BUMN atau ikut-ikutan tren milenialisasi, digitalisasi, regenerasi dan lain sebagainya.

Masih ada duapulahan hari ke depan Piala Eropa bergulir, minimal catatan tentang komentator kali ini dapat menjadi masukan pihak televisi yang menayangkan. Juga masukan bagi para komentatornya.

Sebab, bagi saya pribadi, memang hanya ada satu dua orang dari 13 komentator, yang memang layak dan berkompeten sebagai komentator, apalagi sekelas Piala Eropa.

Catatan lainnya, bila beberapa komentator selama ini tampilnya seperti demikian, itu tak ubahnya seperti sedang mrmbaca berita atau liputan di media. Harus ada sisi lain yang memberi greget dan menjual. Harus ada kejelian lain sebagai komentator dll.

Jadi, jangan siakan dimulainya UEFA Euro 2020 yang ditandai dengan adanya Opening Ceremony yang diselenggarakan dan ditayangkan di televisi sebagai broadcaster resmi Indonesia yang menyangkan pertandingan ini, tapi saat praktik langsung, para komentator tampil dan bicara datar-datar saja.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Ikuti tulisan menarik Supartono JW lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler