x

Iklan

Dhea

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Jumat, 25 Juni 2021 17:49 WIB

Begini Cara Membaca Return Reksadana buat Investor Pemula

Reksadana kian diminati di era pendemi ini. Mungkin karena return-nya stabil. Sebagai investor pemula tentu perlu tahu cara membaca reksadana. Apapun jenis reksadananya. Entah reksadana pasar uang, pendapatan tetap, campuran atau pun reksadana saham.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Investasi reksadana banyak diminati di masa pandemi Covid-19. Selain karena mudah dan terjangkau, return yang diberikan juga lebih stabil dan tahan banting di masa Corona.

Tak mengherankan, pada masa pandemi Covid-19 justru banyak investor yang baru memulai investasi reksadana. Hingga Mei 2021 jumlah investor pasar modal sudah mencapai 5,37 juta meningkat 38,43% dibandingkan akhir tahun 2020.

Menariknya, berdasarkan data Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) investor reksa dana menjadi penyumbang terbesar karena mencapai 4,69 juta pada Mei 2021. Jumlah investor reksa dana ini meningkat 47,87% dibandingkan akhir 2020 sebanyak 3,17 juta.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Peningkatan jumlah investor reksa dana pemula ini tak dipungkiri karena salah satunya kemudahan dalam praktiknya. Investasi reksa dana sudah serba online berbasis aplikasi, semisal dengan aplikasi IPOT yang di dalamnya sudah terintegrasi dengan platform jual-beli reksa dana bernama IPOTFund. Aplikasi besutan sekuritas karya anak bangsa dengan slogan #SemuaBisaInvestasi ini memudahkan siapa pun memulai investasi reksa dana.

Nah, sebagai investor pemula tentu perlu tahu cara membaca reksa dana, apapun jenis reksa dananya entah reksa dana pasar uang, reksa dana pendapatan tetap, reksa dana campuran atau pun reksa dana saham.

Pada tahap pertama hal yang wajib diketahui investor pemula adalah NAB. NAB dihitung dari total harga pasar atas aset (seperti saham, surat utang dan deposito) dalam portofolio suatu reksa dana, ditambah dengan biaya pencadangan bunga dari surat utang atau deposito pada portofolio, dikurangi biaya-biaya operasional reksa dana seperti biaya pengelolaan, biaya kustodi, pajak dan lainnya. Hasilnya, NAB adalah nilai yang sudah bersih (net) yang tidak lagi terkena pajak.

Istilah NAB atau bahasa kerennya Net Asset Value (NAV) sebenarnya mengacu pada Dana Kelolaan (Asset Under Management - AUM) suatu reksa dana, sementara itu harga reksa dana dapat dilihat di website MI, agen penjual atau website penyedia data resmi tentang reksa dana.

Selanjutnya ada juga Nilai Aktiva Bersih per Unit Penyertaan (NAB/UP). Jika NAB merupakan jumlah total dana kelolaan suatu reksa dana, NAB/UP adalah harga/nilai setiap satu unit penyertaan reksa dana yang dapat dihitung dengan membagi NAB dengan total unit penyertaan yang dimiliki seluruh investor dalam reksa dana tersebut.

Saat membeli suatu produk reksa dana, seorang investor akan disebut sebagai pemegang unit penyertaan. Banyaknya unit penyertaan yang ia miliki tergantung pada NAB/UP reksa dananya serta dana investasinya. Sama seperti NAB, NAB/UP juga akan berfluktuasi setiap hari mengikuti harga pasar dari instrumen investasi yang terdapat dalam portofolionya.

Selanjutnya, selain menampilkan NAB per UP, website yang menampilkan list reksa dana juga menampilkan return (imbal hasil) dalam jangka waktu 1 hari, 1 bulan, 1 tahun, year to date (YTD) hingga 3 tahun.

Patut dimengerti dengan baik bahwa return (imbal hasil) ini bukan yang "dijanjikan" jika investor berinvestasi sesuai jangka waktu tersebut, melainkan menggambarkan kinerja historis reksa dana yang telah terjadi 1 hari sebelumnya, 1 bulan sebelumnya dan seterusnya.

Karena ini sifatnya historis maka wajib dipahami pula kalau investasi reksa dana itu pada dasarnya mengandung risiko. Kinerja reksa dana tidak selalu positif. Ada kalanya reksa dana membukukan kinerja negatif. So, selamat berinvestasi reksa dana.

Ikuti tulisan menarik Dhea lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terpopuler