x

Iklan

Syarifudin

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 29 April 2019

Senin, 11 Oktober 2021 06:10 WIB

Filosofi Tukang Kebun dan Taman Bacaan, Hidup Hanya Butuh Sikap Saling Mengerti

Filosofi tukang kebun dan taman bacaan. Sejatinya hidup hanya butuh sikap saling mengerti. Agar semuanya dapat tumbuh dengan manfaat

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Ini catatan seorang tukang kebun. Bahwa di kebun ada pohon. Ada tukang kebun. Keduanya sama pentingna. Karena tidak mungkin ada kebun tanpa ada tukang kebunnya. Kebun tanpa tukang kebun bisa garung. Tukang kebun tanpa kebun pun bisa bingung. Saling membutuhkan dan melengkapi.

 

Di kebun. Tiap pohon harus tumbuh, Tukang kebun harus merawatnya. Dari benih pohon yang kecil. Disirami, dipupuki, dan dirawat hingga tumbuh besar dengan "pegangan akar" yang kokoh. Tukang pun begitu. Harus tetap tumbuh jadi pribadi yang kokoh, dinamis, dan bermanfaat. Minimal untuk pohon-pohon yang dirawatnya. Bukan malah begitu-begitu saja. Apalagi berkeluh-kesah melulu.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

 

Di kebun lagi. Ada pohon yang tidak kuat diterpa angin. Ada yang mudah rontok daunnya begitu digoyang sedikit. Ada pohon yang kecilnya tumbuh bagus tapi giliran mau berbuah busuk. Bahkan ada pohon yang masa tumbuhnya jelek. Tapi saat berbuah luar biasa rasanya. Jadi, pohon-pohon di kebun itu berbeda-beda. Tapi satu yang pasti, semua pohon butuh udara butuh angin untuk tetap tumbuh. Pohon punya cara sendiri-sendiri untuk bertahan hidup.

 

Seperti tukang kebun dan manusia umumnya. Tiap orang itu berbeda-beda. Ada yang mudah mengeluh. Ada yang kokoh dalam keadaan apapun. Bahkan ada yang mudah "tercerabut dari akarnya". Karena penuh prasangka dan didominasi ego pribadi. Manusia yang terlalu percaya pada otaknya, Tanpa punya hati Nurani. Maka, ada orang yang niatnya baik tapi perilakunya melukai. Ada yang rakyat biasa tapi bertindak seperti pemimpin. Hingga lupa, tukang kebun dan manusia siapa pun itu bukan siapa-siapa. Bukan apa-apa pula?

 

Di kebun, siapa pun bisa belajar dan diingatkan.

Bahwa tiap pohon itu berbeda-beda. Tukang kebun pun harus tahu dan mengenal karakter setiap pohon. Karena yang baik untuk pohon singkong. Belum tentu baik untuk pohon singkong. Maka siapa pun harus mau memahaminya. Apa yang baik menurut Anda, belum tentu baik untuk ora g lain. Apa yang biasa menurut pikiran Anda, belum tentu biasa untuk orang lain. Itulah manusia yang literat.

 

Seperti di taman bacaan. Tiap anak-anak yang membaca buku pun berbeda-beda. Latar belakang-nya berbeda, keluarganya beda bahkan minat bacanya pun berbeda. Maka taman baca hanya menyediakan akses bacaan. Sambil membimbing dan merawatnya. Agar membaca jadi kebiasaan dan perilaku anak-anak. Daripada kebanyakan main, ngobrol atau main gawai.

 

Ibarat kebun, taman bacaan pun ditumbuhi banyak pepohonan. Maka buruh cara untuk merawatnya. Itulah yang terjadi di TBM Lentera Pustaka di kaki Gunung Salak Bogor  yang kini menjalankan 11 program literasi, antara lain: 1) TABA (Taman BAcaan) dengan 160 anak pembaca aktif dari 3 desa (Sukaluyu, tamansari, Sukajaya), 2) GEBERBURA (GErakan BERantas BUta aksaRA) yang diikuti 9 warga belajar buta huruf, 3) KEPRA (Kelas PRAsekolah) dengan 26 anak usia PAUD, 4) YABI (YAtim BInaan) dengan 14 anak yatim, 5) JOMBI (JOMpo BInaan) dengan 8 jompo, 6) TBM Ramah Difabel dengan 3 anak difabel, 7) KOPERASI LENTERA dengan 28 ibu-ibu sebagai koperasi simpan pinjam untuk mengatasi soal rentenir dan utang berbunga tingg, 8) DonBuk (Donasi Buku) untuk menerima dan menyalurkan buku bacaan, 9) RABU (RAjin menaBUng) karena semua anak punya celengan, 10) LITDIG (LITerasi DIGital) seminggu sekali setiap anak, dan 11) LITFIN (LITerasi FINansial). Bahkan tahun ini, melalui program “Kampung Literasi Sukaluyu” yang Direktorat PMPK Kemdikbudristek RI dan Forum TBM, TBM Lentera Pustaka akan memperkuat perilaku gemar membaca dan budaya literasi masyarakat. Kebetulan, TBM Lentera Pustaka Bogor merupakan satu-satunya taman bacaan dari Bogor yang terpilih 1 dari 30 TBM di Indonesia yang menggelar Kampung Literasi tahun 2021.

 

Filosofi tukang kebung dan taman bacaan.

Sungguh ada kesamaan. Untuk bertindak sesuai keperluan masing-masing pohonan. Di kebun, siapa pun tidak boleh pakai kaca mata kuda. Seperti di taman bacaan. Sama sekali tidak bisa menilai orang dengan standar diri kita. Belum tentu, apa yang kita piker baik itu baik pula untuk orang lain. Karena senyuman, teguran, sapaan, dan nasihat bisa berbeda arti dan makna di mata masing-masing orang. Pupuk pun berbeda untuk tiap-tiap pohonan di kebun.

 

Maka di kebun dan taman bacaan.

Siapa pun hanya butuh sikap saling mengerti. Cukup bertindak sesuai keperluan masing-masing pohon. Tidak usah berlebihan. Tapi jangan sampai kekurangan. Di kebun, siapa pun bila tidak punya cinta, cukup mengerti saja.

 

Di kebun, ada satu yang pasti. Bahwa semua pohon harus disuburkan, ditumbuhkan. Sebagai tanda kemanfaatan untuk sesama makhluk-Nya. Karena seperti apa kita memperlakukan-Nya dan makhluk-Nya. Seperti itulah balasan yang akan diterima. Baik atau buruk adalah tergantung kita sendiri. Salam literasi. #TamanBacaan #PegiatLiterasi #TBMLenteraPustaka #KampungLiterasiSukaluyu

 

Ikuti tulisan menarik Syarifudin lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler