x

Iklan

Hana Al Hanifah

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 16 April 2024

Rabu, 17 April 2024 07:53 WIB

Kenangan Bulan Ramadhan, Berbagi Bubur Sumsum secara Massal

Bubur sumsum tidak hanya memiliki nilai gizi yang tinggi, tetapi juga menjadi simbol kebaikan dan kedermawanan dalam tradisi Ramadhan. Distribusi bubur sumsum secara massal dilakukan organisasi maupun individu selama bulan Ramadhan untuk membantu mereka yang kurang beruntung.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Bulan Ramadhan yang baru kita lewati adalah waktu yang istimewa bagi umat muslim seluruh dunia. Ini adalah bulan penuh berkah di mana umat Islam berpuasa dari fajar hingga matahari terbenam sebagai bentuk ibadah dan pengendalian diri. Namun, selain ibadah puasa, Ramadhan juga dikenal sebagai bulan berbagi dan memberi kepada sesama.

Di tengah semangat berbagi tersebut, makanan menjadi salah satu cara paling umum untuk menyebarkan kebaikan dan menunjukkan rasa solidaritas kepada yang membutuhkan. Salah satu makanan yang seringkali dibagikan dan dinikmati bersama adalah bubur sumsum. Bubur sumsum, dengan cita rasa manis dan teksturnya yang lembut, telah menjadi favorit di banyak negara di seluruh dunia, terutama selama bulan Ramadhan.

Bubur sumsum, yang terbuat dari beras dan santan, adalah hidangan yang kaya akan nutrisi dan mudah dicerna. Di samping rasanya yang lezat, bubur sumsum juga dapat memberikan energi yang dibutuhkan untuk menjalani puasa seharian. Karena kandungan karbohidratnya yang tinggi, bubur sumsum menjadi pilihan yang tepat untuk sahur, waktu makan sebelum memulai puasa sehari penuh.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Namun, kebaikan bubur sumsum tidak hanya terletak pada nilai gizinya. Hidangan ini juga memiliki nilai sosial yang kuat. Tradisi berbagi makanan, termasuk bubur sumsum, telah menjadi bagian tak terpisahkan dari Ramadhan di banyak komunitas Muslim di seluruh dunia. Melalui berbagi makanan, umat Muslim tidak hanya memperkuat ikatan sosial di antara mereka tetapi juga menunjukkan solidaritas dan empati kepada sesama yang kurang beruntung.

Dalam 10 hari terakhir bulan Ramadhan, saya memilih untuk menyebarkan kebaikan dengan membagikan bubur sumsum kepada mereka yang membutuhkan. Tindakan ini bukan semata-mata sebagai bentuk ibadah, tetapi juga sebagai langkah konkret untuk membantu meringankan beban hidup saudara-saudara kita yang kurang beruntung. Melalui inisiatif ini, saya berharap dapat memberikan sedikit kehangatan dan kelegaan kepada mereka yang mungkin kesulitan memenuhi kebutuhan makanan sehari-hari.

Distribusi bubur sumsum dilakukan secara massal di berbagai tempat, mulai dari masjid-masjid hingga pusat-pusat kesejahteraan, serta daerah-daerah terpencil di mana orang-orang miskin atau pengungsi tinggal. Langkah ini mencerminkan semangat gotong royong dan kepedulian sosial yang sangat dijunjung tinggi dalam ajaran Islam. Melalui berbagi makanan, kami berusaha menjalankan ajaran agama kami dengan memberikan kontribusi nyata untuk membantu mereka yang membutuhkan.

Selain menjadi tindakan kemanusiaan yang nyata, pembagian bubur sumsum juga menjadi simbol kebaikan dan kedermawanan di bulan Ramadhan. Tradisi ini tidak hanya membatasi kebaikan pada sesama umat Muslim, tetapi juga menginspirasi orang-orang dari latar belakang yang beragam untuk melakukan perbuatan baik dan memberi kepada mereka yang membutuhkan. Hal ini menegaskan bahwa nilai-nilai persaudaraan dan kepedulian harus ditegakkan di semua lapisan masyarakat, tanpa memandang perbedaan agama, budaya, atau latar belakang.

Bulan Ramadhan adalah waktu yang tepat untuk merefleksikan nilai-nilai kebaikan, kedermawanan, dan solidaritas. Melalui tradisi berbagi makanan, seperti bubur sumsum, kita dapat memperkuat ikatan sosial, mengurangi penderitaan mereka yang kurang beruntung, dan menyebarkan kebaikan di seluruh masyarakat.

Bubur sumsum bukan hanya tentang rasa dan nutrisi, tetapi juga tentang memperluas cinta dan empati kepada sesama. Mari kita ambil inspirasi dari tradisi berbagi ini dan teruslah berkontribusi untuk menciptakan dunia yang lebih baik, di mana setiap orang memiliki akses terhadap makanan, keadilan, dan kebahagiaan.

Ikuti tulisan menarik Hana Al Hanifah lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

2 hari lalu

Kisah Naluri

Oleh: Wahyu Kurniawan

Selasa, 23 April 2024 22:29 WIB

Terkini

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

2 hari lalu

Kisah Naluri

Oleh: Wahyu Kurniawan

Selasa, 23 April 2024 22:29 WIB