x

Iklan

16choco25@gmail.com

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 29 Oktober 2021

Sabtu, 30 Oktober 2021 09:05 WIB

Bahasaku, Bahasa Indonesia!

Artikel mengenai fenomena berbahasa yang tengah marak saat ini, yaitu penggunaan bahasa baku. Ditulis oleh Farrah Maulida Salsabila, mahasiswi Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Pendidikan Indonesia.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Utamakan bahasa Indonesia, lestarikan bahasa daerah, dan kuasai bahasa asing!

Slogan tersebut amat akrab di telinga para penggiat bahasa, khususnya bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi negara menjadi sarana dalam berkomunikasi yang diprioritaskan untuk kegiatan berbahasa sehari-hari. Dijelaskan dalam UU No. 24 Tahun 2009 Pasal 25 bahwa bahasa Indonesia berfungsi sebagai jati diri bangsa, kebanggaan nasional, sarana pemersatu berbagai suku bangsa, dan sarana komunikasi antardaerah dan antarbudaya daerah. Selain itu, fungsi bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi negara, antara lain sebagai bahasa resmi kenegaraan, pengantar pendidikan, komunikasi tingkat nasional, pengembangan kebudayaan nasional, transaksi dan dokumentasi niaga, serta sarana pengembangan dan pemanfaatan ilmu pengetahuan, teknologi, seni, dan bahasa media massa.

Sebagai bahasa yang digunakan sebagai sarana komunikasi tingkat nasional, bahasa Indonesia digunakan oleh masyarakat dari berbagai tingkatan, termasuk kalangan remaja. Dewasa ini, kalangan remaja mengembangkan sistem kebahasaan baru dalam bahasa Indonesia yang dikenal dengan istilah bahasa gaul. Bahasa gaul adalah bahasa khas remaja yang kata-katanya diubah-ubah sedemikian rupa sehingga hanya bisa dimengerti di antara mereka dan bisa dipahami oleh hampir seluruh masyarakat di tanah air yang terjangkau oleh media massa. Pendapat ini sejalan dengan pendapat Mulyana (2008) yang menyatakan bahwa bahasa gaul adalah sejumlah kata atau istilah yang memiliki arti khusus, unik, menyimpang, atau bahkan bertentangan dengan arti yang lazim ketika digunakan oleh orang-orang dari subkultur tertentu. Bisa disimpulkan bahwa bahasa gaul merupakan salah satu bentuk penyimpangan dari bahasa Indonesia itu sendiri.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Penggunaan bahasa gaul semakin bertumbuh pesat pada kalangan remaja dikarenakan penggunaan bahasa yang bisa dibilang variasi baru dari bahasa informal ini dinilai bersifat fleksibel, karena bahasa gaul akan selalu muncul dan berkembang sesuai perkembangan zaman. Dampak dari semakin cepatnya arus globalisasi yang mendukung berkembangnya zaman adalah keharusan untuk merasa kekinian, baik dari gaya hidup, teknologi, dan tentunya termasuk kemampuan berbahasa. Beberapa tahun lalu, dikenal istilah baper, kepo, atau biarin, yang penting hepi sempat menjadi tren yang cukup dikenal kalangan remaja. Istilah tersebut tergantikan secara perlahan-lahan hingga saat ini muncul istilah gelay, istilah baru dari bahasa gaul yang diperkenalkan oleh penyanyi muda Indonesia, Nissa Sabyan. Istilah tersebut kembali menjadi tren pada kalangan remaja yang banyak menggunakannya dalam berkomunikasi. Hal ini tentu menjadi perhatian para penggiat bahasa ketika sadar akan kemungkinan pudarnya bahasa Indonesia karena generasi muda lebih banyak memakai bahasa gaul ketimbang bahasa Indonesia.

Menjamurnya Penggunaan Internet

Era globalisasi menjadikan informasi sangat mudah diakses oleh siapa saja, khususnya dalam penggunaan internet dan situs jejaring sosial. Hasil riset yang didanai UNICEF dan dilaksanakan oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika Indonesia mengungkapkan fakta mencengangkan bahwa sebanyak 79,5% atau sebanyak 30 juta anak-anak dan remaja Indonesia merupakan pengguna aktif internet dan media jejaring sosial menjadi pilihan utama sebagai sarana berkomunikasi. Gencarnya penggunaan media sosial ini sejalan dengan berkembangnya bahasa gaul di kalangan remaja yang secara tidak langsung turut berpengaruh pada kepudaran bahasa Indonesia yang seharusnya menjadi bahasa utama yang digunakan dalam berkomunikasi. 

Penggunaan bahasa gaul ini bisa dikatakan amat berdampak pada eksistensi bahasa Indonesia ketika remaja tidak mengetahui kaidah-kaidah penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Aktivitas berbahasa memiliki kaitan yang amat erat dengan budaya sebuah generasi. Bila generasi negeri semakin tenggelam dan tidak merasa sadar akan kemungkinan pudarnya bahasa Indonesia, maka akan dipastikan eksistensi bahasa Indonesia perlahan-lahan akan terpinggirkan dan digantikan oleh bahasa gaul.

Bermunculan Karya Sastra dengan Penggunaan Bahasa Gaul

Karya sastra menjadi salah satu media yang dapat dimanfaatkan dalam proses mempelajari bahasa. Tak dipungkiri, penggunaan bahasa gaul pun menjarah media cetak, seperti majalah, surat kabar, dan karya sastra seperti novel atau cerpen. Tren karya sastra yang kini bermunculan adalah teenlit atau teen literature, karya sastra populer yang muncul pada periode Angkatan Sastra tahun 2000. Sastra populer metropop ini memuat tema kehidupan remaja dan banyak menggunakan variasi bahasa gaul di dalamnya.

Tahun 2000-an merupakan tahun ketika karya sastra yang menggunakan bahasa gaul menjadi karya sastra yang paling diminati. Tahun 2018, seri Dilan - Dia Adalah Dilanku Tahun 1990 karya Pidi Baiq menjadi buah bibir masyarakat dan menjadi buku dengan kategori best seller. Novel ini menggunakan variasi bahasa gaul yang banyak digunakan remaja dan diminati karena penggunaan bahasa gaul tersebut dinilai lebih mudah dipahami dan sejalan dengan kehidupan remaja sehari-hari. Hal ini tentu amat berpengaruh pada identitas bahasa Indonesia sebagai bahasa yang seharusnya menjadi bahasa utama dalam sarana interaksi masyarakat.

Dua Sisi

Selayaknya mata koin yang memiliki dua sisi berbeda, begitupun bahasa gaul yang memiliki dampak baik dan buruk. Dampak baik yang dimiliki oleh bahasa gaul yang paling terlihat adalah munculnya kreativitas tanpa batas dari masyarakat yang menciptakannya. Hal ini mampu mendorong kemampuan berkomunikasi menjadi lebih berkembang karena menggunakan variasi bahasa yang unik dan dinilai sebagai bentuk inovasi dalam berbahasa. Tidak ada salahnya kita ikut menikmati perkembangan bahasa gaul yang bermunculan asalkan digunakan pada situasi dan kondisi yang tepat.

Penggunaan bahasa gaul juga memiliki dampak negatif, yaitu mempersulit pengguna bahasa dalam berbahasa Indonesia dengan baik dan benar. Kita patut prihatin karena keharusan menguasai keterampilan berbahasa Indonesia yang baik dan benar merupakan kunci utama dalam berkomunikasi dan bersosialisasi dalam kehidupan sehari-hari. Dalam dunia kerja, kemampuan berbahasa Indonesia yang baik dan benar amat diperlukan dalam memimpin tim, menyelesaikan konflik, membangun personal branding, dan sebagainya. Penggunaan bahasa gaul pun dapat menyulitkan penggunanya ketika dihadapkan pada situasi yang mengharuskan komunikasi formal. Selain itu, penggunaan bahasa gaul dapat mempersulit siapapun yang membaca dan mendengarnya karena tidak semua orang mampu memahami maksud yang hendak disampaikan. 

Bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan bangsa selayaknya selalu hidup di dalam hati kita, selalu menjadi bahasa yang paling utama. Sebagai warga negara Indonesia, kurangnya kesadaran dalam mencintai dan menggunakan bahasa Indonesia dapat menjadi momok menakutkan bagi eksistensi bahasa Indonesia.

Mampukah kita meneriakkan Bahasaku, Bahasa Indonesia! dengan begitu bangga dan lantang? Tentu saja, ketika kita sudah bisa menyadari bahwa bahasa Indonesia merupakan bahasa utama yang memiliki sejarah panjang dalam proses kelahirannya dan sudah selayaknya kita mengutamakannya dalam sarana berkomunikasi sehari-hari.

REFERENSI :

Mulyana, 2008. Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi. Rembang: Yayasan Adhigama.

Ikuti tulisan menarik 16choco25@gmail.com lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

1 hari lalu

Terkini

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

1 hari lalu