x

Iklan

sangpemikir

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 6 Oktober 2021

Sabtu, 30 Oktober 2021 12:19 WIB

Burgreens, Tak Hanya Menawarkan Makan Enak Tapi juga Hidup Sehat

Istilah generasi milennial memang sedang akrab terdengar. Istilah tersebut berasal dari millennials yang diciptakan oleh dua pakar sejarah dan penulis Amerika, William Strauss dan Neil Howe dalam beberapa bukunya.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Melansir laman Kementerian Komunikasi dan Informasi disebutkan jika milenial generation atau generasi Y juga akrab disebut generation me atau echo boomers. Secara harfiah memang tidak ada demografi khusus dalam menentukan kelompok generasi yang satu ini. 

Namun, para pakar menggolongkannya berdasarkan tahun awal dan akhir. Penggolongan generasi Y terbentuk bagi mereka yang lahir pada 1980 - 1990, atau pada awal 2000, dan seterusnya. Awal 2016 Ericsson mengeluarkan 10 Tren Consumer Lab untuk memprediksi beragam keinginan konsumen. 

 

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Laporan Ericsson lahir berdasarkan wawancara kepada 4.000 responden yang tersebar di 24 negara dunia. Dari 10 tren tersebut beberapa di antaranya, adalah adanya perhatian khusus terhadap  perilaku generasi millennial. Salah satunya ialah minat kerja di bidang startup

 

Semenjak tren perusahaan rintisan startup digital mulai muncul beberapa tahun lalu, memberikan kesemptan seluas-luasnya bagi generasi milenial yang lekat dengan teknologi punya sebuah pilihan baru dalam hal karier mereka menjadi pendiri perusahaan rintisan (startup).

 

Melansir laman Cohive, perusahaan startuo adalah usaha baru ang berjalan dan menerapkan inovasi teknologi untuk menjalankan core business dan memecahkan masalah di masyarakat. Secara mudahnya dapat disebut dengan perusahaan yang memiliki sifat disruptive dalam sebuah industri bahkan menciptakan pasar yang baru.

Inovasi ini dinilai menarik karena sebagai generasi instan, milenial cenderung ingin melihat hasil dari pekerjaan yang mereka lakukan secara langsung. Ownership ini biasanya diikuti juga dengn fleksibilitas terhadap aturan kantor. Meskipun tidak persis sama, startup biasanya menawarkan kebijakan yang memungkinkan untuk bekerja secara remote, bekerja dengan jam kerja yang fleksibel dan semacamnya.

Alasan lain milenial ingin mengejar hasil atau impact adalah fenomena pencitraan melalui media sosial. Media sosial yang banyak digemari pengguna sosmed seperti Instagram misalnya, mendorong pengguna untuk membagikan konten yang unggul, keren dan menarik agar mendapatkan like sebanyak mungkin.

Sehingga tanpa disadari hal tersebut mengakibatkan para milenial akan memandang jejaring mereka yang mengunggah konten juga di Instagram sebagai individu yang lebih baik, lebih sukses, lebih bahagia, dan lain sebagainya, seperti yang terlihat di unggahan instagram mereka dibandingkan dirinya sendiri.

Padahal jika disadari, kebanyakan konten tersebut hiperbolis atau terlalu melebih-lebihkan. Realitanya, sangat mungkin jika jejaring mereka berada pada level yang sama atau mirip dengan si milenial tersebut. Namun, yang ada di benak si milenial itu adalah selalu merasa tertinggal sehingga ia akan terdorong untuk memperoleh achievement setinggi-tingginya termasuk di dalam karir.

Lantas nilai-nilai apa yang menguat yang bisa dijadikan role model dalam bisnis startup? Berikut di antaranya seperti yang dilansir dari laman Gramedia:

  1. Membentuk tim yang solid dan konsisten

Membentuk tim yang solid serta konsisten. Tanpa adanya sebuah tim yang solid pada sebuah bisnis startup maka perkembangan tidak akan terjadi yang dapat menimbulkan terjadinya kegagalan.

Dalam membentuk tim yang solid dan konsisten, kamu harus memiliki visi serta tujuan yang sama atau sejalan dengan tim yang ada. Kamu juga bisa menetapkan komitmen kepada setiap anggotanya, dimana jika ingin mengembangkan usaha yang ada harus konsisten. Dengan memiliki tim yang solid, sebuah brand yang akan dibentuk juga akan ikut terpengaruh berdasarkan citra atau pandangan baik dari pemberi dana atau investor.

  1. Terus bertanya, jangan berpuas diri

Tidak malu untuk terus bertanya dan mau berkembang terus serta tidak mudah puas akan diri sendiri. Dalam sebuah bisnis startup yang membedakannya dengan usaha lain adalah bagaimana seseorang dituntut untuk terus berpikir kritis serta inovatif sehingga dapat menemukan pasar baru yang tepat untuk melakukan usaha.

Kamu juga tidak boleh cepat untuk merasa puas akan hasil yang didapatkan. Dari hasil yang didapatkan tersebut, gunakanlah untuk menganalisis apa yang dapat dikembangkan dan mencari cela yang dapat diperbaiki untuk memenuhi kebutuhan pasar yang ada. Sebagai individu yang bekerja di bidang startup harus memiliki rasa penasaran dan keinginan untuk terus bertanya sehingga dapat menemukan jawaban baru yang tepat untuk permasalahan yang ada di tengah masyarakat saat ini.

  1. Memiliki kepercayaan terhadap diri dan usaha yang dikembangkan

Kamu juga tidak boleh cepat untuk merasa puas akan hasil yang didapatkan. Dari hasil yang didapatkan tersebut, gunakanlah untuk menganalisis apa yang dapat dikembangkan dan mencari cela yang dapat diperbaiki untuk memenuhi kebutuhan pasar yang ada. Sebagai individu yang bekerja di bidang startup harus memiliki rasa penasaran dan keinginan untuk terus bertanya sehingga dapat menemukan jawaban baru yang tepat untuk permasalahan yang ada di tengah masyarakat saat ini.

Burgreens, Startup yang Mengajak Gaya Hidup Sehat

Burgreens adalah rantai makanan nabati terkemuka di Indonesia yang mengkhususkan diri dalam masakan Asia dan Barat yang lezat. Mereka percaya bahwa apa yang dimakan berdampak langsung pada kesehatan kesejahteraan petani, dan kelestarian lingkungan. Mengutip laman Burgreens, jika Burgreens dimulai dengan sangat rendah hati pada November 2013 oleh pasangan muda vegan – Max & Helga – yang bersemangat untuk menjadikan gaya hidup sehat dan berkelanjutan sebagai arus utama di kampung halaman mereka; saat menguji model usaha sosial yang menggabungkan dampak sosial positif dan keberlanjutan finansial.

Inovasi kuliner dan pemberdayaan lokal adalah inti dari apa yang mereka lakukan. Anda dapat menikmati kenyamanan makanan favorit Anda dari Burger, Rendang, Bibimbap, hingga Vegan Boba - dibuat ulang 100 persen dari tumbuhan di Burgreeens.

Menerapkan gaya hidup sehat memang  sesuatu yang tidak mudah. Bahkan banyak orang merasa hal itu tidak perlu. Namun, Helga Angelina Tjahjadi sang pemilik Burgreens ingin memberikan gagasan dan terobosan mengenai pemikiran seperti itu.

Melansir laman Indystry, bersama sang suami, Max Elnathan Mandias, Helga sukses menjadi sociopreneur paling menginspirasi berkat restoran yang ia kelola sejak empat tahun lalu, Burgreens. Restoran cepat saji ini, berpegang teguh pada prinsip seratus persen bahan makanannya berbasis tanaman organik. Burgreens juga menerapkan konsep ramah lingkungan dengan menggunakan alat makan dari kayu, plastik berbahan dasar singkong, dan juga sedotan bambu.

Kesuksesannya saat ini, tentunya berawal dari kisah perjuangannya untuk menyembuhkan diri dari beberapa penyakit yang ia derita. Sejak kecil, Helga sering sakit seperti, sinusitis, eksim dan asma. Tak hanya sampai disitu, menginjak usia 15 tahun, ia mengalami masalah kesehatan pada ginjal dan livernya.

Beranjak dari situlah, Helga ingin memulai belajar mengenai nutrisi kesehatan, dan akhirnya memutuskan untuk menjadi vegetarian yang sehat. Ditambah lagi, Helga dan suami nekad meninggalkan zona nyaman mereka di Belanda untuk menjalankan passion-nya, yaitu menyebarkan gaya hidup sehat melalui makanan sehat.

Lewat Burgreens, Helga bersama suami banyak mengedukasi gaya hidup yang dilakukan melalui kegiatan movie screening, ikut serta dalam berbagai seminar, dan membuat event bersama yang melibatkan supplier dan konsumen setia untuk memperkuat hubungan mereka dengan Burgreens.

Tak hanya itu, Helga juga membuat program ‘Burgreens Go to School’ dan ‘Burgreens Go to Office’ dan menjangkau ribuan orang di 60 sekolah dan lembaga. Program ini mengajak gaya hidup sehat dan ramah lingkungan ini, keduanya mengajarkan menanam dan memasak makanan sehat. Saat ini, Burgreens sudah berkembang menjadi tim yang terdiri dari 70 orang dan mempunyai empat gerai di Jakarta.

Ikuti tulisan menarik sangpemikir lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler