x

Iklan

David Utomo

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 12 November 2021

Senin, 15 November 2021 06:08 WIB

Sarang dalam Kepala


Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

...dalam kepalaku kau ciptakan sarang! maka aku akan membunuhmu.

     Seorang perempuan kini bersarang dalam kepalaku. Aku tidak mengerti kenapa dia bisa membuat sarang dalam tengkorak kepalaku, apakah dia pikir aku sebatang pohon berdaun rimbun? Ia harus dihukum karena membuat sarang tanpa persetujuanku. Meskipun itu mustahil, tak ada hukum untuk perkara seperti itu, sebab takdir burung-burung adalah bebas membangun sarang di mana saja mereka inginkan. Karena dia membangun sarang dalam kepalaku, suatu hari nanti aku akan memburunya sampai mati. Sekarang aku tidak tahu sudah seukuran apa sarang dalam kepalaku ini. Yang jelas peristiwa tersebut bermula setengah tahun yang lalu, saat ia masuk membawa jerami, ranting kecil kering, dan rumput ke dalam kepalaku. Entah lewat mana ia membawa semua itu. Aku juga merasakan angin berhembus dalam kepalaku yang mungkin terjadi karena kepakan sayap. Ia melompat-lompat ke setiap batang otak, serta mematuki saraf-sarafku. Kini, sambil menunggunya keluar dari dalam kepala, aku memasang perangkap yang tak mungkin bisa dihindari, bahkan makhluk paling gesit sekalipun, sebab perangkap itu berbahan benang sutra yang lembut namun mematikan seperti jaring laba-laba. Di tempat menunggu buruan yang bersarang dalam kepalaku itu, telah kusiapkan bedil, tombak, pedang, dan seratus anak panah beracun.

     Memang sudah berhari-hari dia tak muncul. Menurut perkiraanku, ia seperti binatang, instingnya untuk mengetahui keberadaan musuh yang mengancam, mengukur kekuatan musuh, kuyakin dia sangat ketakutan sekarang. Aku sangat lelah sejak awal rencana pembunuhanku itu, aku belum tidur sedetik pun. Senjata-senjata seperti bedil, tombak, pedang, anak panah beracun. Dengan semua senjata yang kubawa, aku merasa seperti seorang prajurit di medan perang. Bedanya, sekali saja aku belum menarik pelatuk pada bedil, mengayunkan pedang, menghunjamkan tombak, dan melesatkan anak panah. Tak pernah! Sebab buruanku belum menampakkan diri. Sementara itu, persedian bekal yang kubawa mulai menipis.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

     Aku harus mundur sebentar. Kalau tidak, aku akan mati sia-sia karena lapar dan rencana pembunuhan perempuan itu akan gagal. Permasalahannya jika aku mundur, siapa yang akan mengawasi gerak buruanku yang licik itu? Meskipun aku sudah memasang perangkap, sangat kecil kemungkinan akan berhasil. Aku sekarang sedang memikirkan caranya dan tunggulah sebentar sampai aku mendapatkan solusi untuk mundur sejenak. Aku sudah berada di atas angin, perempuan dalam kepalaku itu sebenarnya telah terpojok.

***

     Aku adalah perempuan yang telah membangun sarang dalam kepala lelaki itu. Kau yang melihatku terpojok dalam kepala ini, kumohon padamu, hantam kepala lelaki yang kubuat sarang dalam kepalanya itu dengan sebatang balok. Kalau kau berhasil, sungguh aku akan berlutut dihadapanmu nanti. Baiklah, jika engkau tak mampu memecahkan kepala lelaki yang memburuku itu, maka setidaknya kau mau membantu memikirkan siasat, otakku sudah hampir meledak memikirkannya.

     “Sayang sekali, aku harus meninggalkan sarang yang begitu indah ini.”

     Aku mengintip di sela-sela bola matanya. Jaring-jaring sehalus sutra itu merupakan perangkap yang sangat sempurna. Tapi, aku tidak akan mudah terperangkap dalam jebakan yang dia pasang. Jadi sebagaimana kau mengetahuinya, bekal lelaki itu sudah habis. Ia harus mundur mencari persedian bekal. Nah, itu adalah waktu yang tepat untuk kabur. Baiklah, sepertinya aku tak lagi membutuhkan bantuanmu, tanganmu masih bersih, untuk membunuh seorang manusia, kalau kau tak terbiasa, tanganmu akan gemetar melakukannya. Kau pasti bertanya-tanya kenapa aku membuat sarang dalam kepala lelaki itu. Biar aku beri tahu alasannya, aku sengaja memasuki kepala lelaki itu karena di dalam kepalanya ada sebuah dunia seperti tempat-tempat dalam dongeng. Aku juga tidak menganggapnya sebagai sebatang pohon yang rimbun. Aku sudah mendapatkan rencana untuk membunuhnya secara perlahan, kalian lihatlah baik-baik, jangan berkedip saat momen itu tiba. Kini, aku akan berbicara dengannya dan keluar dari dalam kepala ini, itulah rencana yang akan kulakukan.

***

     “Jika kau pergi, aku akan mengusai kepalamu,” kata perempuan yang bersarang dalam kepalaku itu.

     “Tidak akan kubiarkan begitu saja,” jawabku sambil bersiap menarik anak panah.

     Aku merasa dia yang tiba-tiba berbicara denganku sedang merencanakan sesuatu. Kalau kalian tahu apa kira-kira rencana perempuan sialan yang berani membuat sarang dalam kepalaku ini? Bocorkan rencananya padaku, dan kau akan mendapatkan apa saja yang kau mau. Aku harus mundur sejenak seperti yang kukatakan tadi, bekalku yang tersisa baru saja habis kusantap. Perempuan dalam kepalaku itu pada akhirnya keluar, rambutnya panjang dan berwarna merah pada ujung rambut, sedang kulitnya berwarna bagai kulit kentang yang habis dicuci. Dia berdiri kira-kira sepuluh langkah dariku, aku melesatkan anak panah tiga kali berturut-turut, dan sayangnya ia berhasil menghindari semua anak panah yang kulesatkan. Lalu, aku berlari ke arahnya, begitu berjarak selangkah dariku, ia mengambil langkah mundur. Saat ia melangkah mundur, aku melempar tombak ke arah dadanya. Sial! Dengan mudahnya ia menangkap tombak yang sudah tepat target itu jika dibiarkan, dan ia mematahkannya. Kemudian, karena jarak aku dan perempuan itu sudah tipis, dengan cepat aku menarik pistol yang kuletakkan di pinggang, sebelum sempat aku mengarahkan muncung pistol ke kepalanya, ia menahanku dengan cara menarik kedua tanganku ke belakang.

     “Jadi kau tak ingin aku tinggal dalam kepalamu, aku sangat mengingkannya,” kata perempuan dalam kepalaku itu.

     Aku tak menjawabnya. Berusaha keras melepaskan diri, aku menggigit bahunya, dan itu berhasil membuatku lolos dari cengkeramannya. Ia sangat kesakitan menahan gigitan itu, sambil menahan sakit ia berlari masuk ke dalam kepalaku. Dengan cepat, aku mengarahkan pistol ke buruanku itu, pada tembakan kedua, peluru tepat mengenai punggungnya. Aku terlambat sekian detik untuk menahannya kabur, salah satu benang perangkap yang kupasang menjerat salah satu kakinya. Ia benar-benar gesit, pemburu amatir akan mudah terkecoh pada setiap gerakannya, atau setidaknya untuk menangkap perempuan itu, mereka butuh seratus juta mata pemburu. Rasa lapar yang tadi melilitku, kini seakan terlupakan kalau perutku tidak mengingatkannnya kembali dengan berbunyi-bunyi. Darah yang keluar dari bahu perempuan itu, mengenai pakaianku sewaktu aku menggigitnya. Kuharap peluru yang menembus ke dalam dagingnya tak membuatnya mati. Aku mohon kalian berdoa untuk keselamatannya, jika ia sampai mati, tentu dalam kepalaku akan terdapat makam perempuan itu.

***

     Maafkan aku telah mengecewakanmu. Aku tak menyangka lelaki itu sebegitu niatnya untuk membunuhku. Sebenarnya saat aku menahan kedua tangannya tadi, aku bisa saja langsung menghilangkan nyawa lelaki pemburu itu. Aku berhasil melepaskan jerat yang melilit kaki seperti tumbuhan rambat, sedangkan darah masih mengalir dari punggungku yang terkena tembakan. Jika pendarahan di punggungku ini tak segera dihentikan, tentu aku akan mati dan menjadi mayat dalam kepala ini. Aku kesulitan mengeluarkan peluru yang bersarang di dalam daging. Dengan terpaksa aku mencabik sedikit pakaianku dan melilitkannya pada punggung yang ditembusi sebutir peluru itu. Ketika aku selesai membereskan luka di punggungku, aku melihat lelaki itu terkapar. Pada saat ia masih terkapar, aku akan keluar dari kepala ini sekarang. Aku akan membunuhnya dengan kecepatan yang melampui kilat. Saat aku berjalan keluar untuk menikam lelaki sedang terkapar itu, tiba-tiba terdengar bunyi tembakan meletus dua kali. Dugaanku saat mendengar bunyi tembakan itu ialah, lelaki itu telah bunuh diri karena putus asa. Ternyata dugaanku salah, makhluk berjubah putih datang menembakkan pistol ke kening lelaki yang sedang terkapar itu. Aku yang terlambat keluar dari dalam kepalanya juga tertembak tepat di jantung. Sarang yang selama ini kubangun hancur lebur.

Ikuti tulisan menarik David Utomo lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler