x

Iklan

Sitti Nasibah

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 10 November 2021

Rabu, 17 November 2021 10:35 WIB

Selamat Tinggal

Terkadang, seseorang hadir di hidup kita bukan untuk menjadi bagian darinya, tapi adalakanya mereka hadir sekadar untuk menambah satu lagi warna di pelangi hidupmu.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Aku mengikuti gadis berambut lurus itu ke sebuah ruangan berukuran sedang di lantai 2. Sebuah kamar yang sangat rapi, dengan cat berwana putih tulang dan aksen coklat gelap di hampir semua perabotnya.

“Aku hanya ingin memberikan ini.” Ia menyerahkan selembar kertas yang dilipat unik. “Sepertinya kakakku sudah lama menulisnya, hanya saja ia  tidak pernah mengirimnya.” Gadis itu meneteskan air mata lagi yang membuatku  juga tidak bisa membendung air mataku sendiri.

Sesaat sebelum keluar ruangan, ia berbalik lagi, “Oh ya, kau juga bisa membaca buku yang ada di atas meja itu.” Mataku melirik sebuah buku tulis berwarna scarlet yang ia tunjuk. Ia sempat tersenyum sebentar  lalu menutup pintu dan meninggalkanku sendiri.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Aku membuka lipatan kertas itu dengan hati-hati, “Tulisan yang sangat jelek.” Batinku lirih.

Hei gadis musim hujan, apa kabarmu?

Aku biasanya sangat membenci kegagalan, tapi apa kau mau tahu kegagalan apa yang paling ku-syukuri dalam hidupku? Aku gagal masuk sekolah favoritku. Karena gagal di sana, aku jadi masuk ke sekolah ini dan bertemu denganmu.

Maaf karena sering membuatmu jengkel dan juga telah banyak meyusahkanmu selama ini. Kau tahu, aku melakukannya dengan harapan kau juga akan sering menyusahkanku dengan begitu aku bisa terus di dekatmu. Tapi tidak, ternyata kau gadis yang sangat mandiri. Meskipun aku menyusahkanmu puluhan kali, kau selalu bisa melakukan pekerjaanmu sendiri dan tidak pernah membutuhkanku,

Aku tidak tahu apakah aku harus memberitahumu tentang jutaan perasaanku padamu. Sejujurnya, berada di dekatmu saja sudah membuatku bahagia, aku takut jika kau tahu aku memiliki rasa yang lebih dari sahabat terhadapmu, kau akan menjauhiku. Jadi untuk saat ini, aku hanya akan menikmati setiap waktuku sebagai sahabatmu. Sampai nanti aku yakin tentang perasaanmu atau setidaknya sampai aku cukup berani untuk kehilanganmu.

Ryan

Kakiku menjadi lemas, aku duduk sebentar di pinggiran tempat tidur Ryan, berusahan untuk menahan suara yang dihasilkan oleh tangisanku.

Mataku melirik lagi buku berwarna scarlet itu, melangkah pelan menuju meja dan membuka lembarannya satu persatu. Halaman-halaman pertama buku itu kosong, putih tanpa coretan sedikitpun. Hingga tanganku berhenti di 3 lembar terakhir. Sesuatu tertulis di sana.

 

“Aku mencintaimu Ariska. Entah sejak kapan, tapi aku mencintaimu dulu, sekarang, dan mungkin sampai nanti, sampai waktu yang akupun tak tahu kapan itu.”

 

Tangisku semakin kencang saat aku melihat namaku tertulis di sana. Aku membuka halaman selanjutnya, mencari-cari pena di laci mejanya yang sepertinya sudah dibersihkan, dan tangaku yang sedikit gemetarpun menulis, sesuatu yang datang bukan dari otakku, tapi dari hatiku yang sepertinya akan meledak.

 

Namun sayang sekali, kita tidak berjodoh di dunia yang singkat ini. Pun tidak di akhirat yang kekal. Jodohmu adalah bidadari-bidadari surga-Nya yang milyaran kali lebih baik dariku.

Mungkin kau terlalu baik untukku. Itu kenapa, meski kita terlahir di dunia ini di hari yang sama, bertemu, berteman, dan saling menyimpan rasa begitu lama, tapi kau kembali ke keabadian lebih dulu.

Tapi mengetahui kau yang baik itu pernah mencintaiku begitu hebatnya, aku rasa itu sudah cukup. Meski hatiku ingin berteriak karena merindukan waktu yang mustahil diputar kembali.Karena menyia-nyiakan waktu di mana masih ada nafasmu di bumi ini.

Ikuti tulisan menarik Sitti Nasibah lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terpopuler