x

Iklan

Retha Rehyta

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 17 November 2021

Rabu, 17 November 2021 15:52 WIB

Cinta dan Waktu

Aku selalu mengagumi tentang konsep waktu. tidak ada satu apapun yang bisa menahan, menambah, atau mengurangi lajunya. tapi, waktu justru terus mengalir membawa segalanya, termasuk perasaan. saya sangat ingat bagaimana saya dulu pernah hancur karena satu hal bernama cinta. dan saat ini, hal yang dulu membuat saya hancur justru menjadi hal yang bisa saya tertawakan. 

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Sebagai seorang perempuan yang mendambakan kisah cinta ala sinetron dan novel, aku pernah berada di titik terbodoh mencintai. yaitu saat aku berusaha berubah untuk memuaskan keinginan pasanganku. kupikir dengan perubahanku, dia akan semakin mencintaiku. tapi nyatanya, apa yang bukan milikku tidak akan pernah menjadi milikku.

singkatnya, ini terjadi saat aku masih mengenakan seragam putih abu-abu. sepertinya, itu adalah masa dimana aku paling mendambakan cinta. mencintai dan dicintai, itu adalah hal yang paling mendominasi pikiran selain rumus molekul kimia dan hukum kepler. Bisa dibilang, aku berhubungan dengan seorang laki-laki baik. 

tidak bisa dibilang kami pacaran. itu adalah konsep cinta yang cukup populer saat itu. hubungan tanpa status. intinya, kami saling bertukar pesan dan ucapan sayang, tapi tidak ada status pasti diantara kami. dalam pikiran remajaku yang naif, itu sangat indah.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

awalnya, hubungan kami berjalan mulus. walau tanpa status, semua orang di sekolah tau kalau kami bersama. kami sering berangkat dan pulang bersama. terkadang, kami juga makan di kantin bersama. pokoknya, apa-apa dilakukan bersama. aku sangat mencintainya, jadi aku menikmati semua itu walau beberapa orang sering menatap kami dengan pandangan yang tidak menyenangkan. 

"jangan dipikirkan, yang menjalani hubungan kan kita. orang lain mau komentar apapun, apa pengaruhnya?" itulah apa yang dia ucapkan ketika aku menjelaskan kerisauanku. dalam logikaku, hal itu masuk akal. jadi aku menurut dan mengabaikan apa yang terjadi di dunia luar. yang ada, sekarang dia adalah duniaku.

pada zaman aku masih SMA, make up masih merupakan sesuatu yang 'haram' di sekolah. karena itulah aku tidak pernah menggunakan polesan apapun selain bedak. kebiasaan itu terbawa bahkan sampai luar rumah. bahkan sampai UN tiba, saya tidak memiliki make up apapun selain bedak tabur biasa.

suatu hari, sebuah film baru keluar. selayaknya pecinta seni perfilman, aku mengajak dia untuk menonton bersama. sekalian juga kencan. awalnya kami berjanji untuk menonton di hari jumat agar tiketnya lebih murah. tapi karena dia ada urusan dengan organisasinya, kami menunda janji itu sampai hari minggu. normal kan?

ketika hari minggu tiba, dia menjemput saya dengan motornya seperti yang sudah dijanjikan. saya keluar dari rumah dengan pakaian seadanya. saya waktu SMA, tidak terlalu memikirkan soal fashion. dia menyambut saya di depan rumah dengan alis berkerut dan pandangan mata yang tidak biasa.

"kenapa?" tanya saya sambil mengenakan helm dan bersiap untuk naik ke boncengannya.

"nggak apa-apa" katanya pelan "kamu nggak mandi?"

"huh?" saya keheranan dengan pertanyaan yang sangat diluar ekspetasi. "mandi kok. yakali jalan bareng kamu aku nggak mandi" 

"kok nggak pake make up?" tanyanya "kamu cantik lho, kalo pake make up"

pujian terakhir tentu saja membuat saya melayang.

karena pengalaman itu, akhirnya saya memutuskan di kencan berikutnya saya memakai sedikit polesan. tidak terlalu banyak, hanya tambahan lipcream berwarna natural. saat itu, dia tersenyum menyambut saya.

"gini dong, cantikku" katanya "apalagi kalau pake rok. kamu bakal jadi istriable banget"

termakan angan-angan bahwa kami akan bersama seterusnya, membuat saya bertekad untuk mulai rajin menggunakan rok selain di sekolah. sayangnya, ini tidak bertahan lama. rok untuk seragam sekolah memang sudah terbiasa. tapi jika di luar jam sekolah memakai rok, saya merasa tidak nyaman. akhirnya saya memutuskan untuk memakai jalan tengah. jadi saya akan memakai dress tunik selutut dengan tambahan celana. cukup modis di waktu itu. tapi, dia justru menunjukkan ekpresi tidak suka saat melihat saya.

"padahal aku suka banget perempuan pakai rok panjang"

perkataannya membuat saya merasa bersalah karena tidak bisa mengabulkan ekspetasinya. tapi rok di luar sekolah benar-benar tidak nyaman, jadi saya tetap keras kepala dengan keputusan saya. 

suatu hari, saya mengobrol dengan teman saya tentang teori konspirasi. topik yang cukup aneh, tapi saya menyukainya. karena terlalu tenggelam dalam kesenangannya, saya mencoba membicarakan topik yang sama pada dia. sayangnya, saya tidak mendapat reaksi yang saya harapkan.

"kamu ngapain sih mikir hal-hal aneh? risih tau"

Penolakan ini membuat saya sedikit sakit hati. tapi itu sama sekali tidak mengurangi rasa cinta saya. akhirnya, saya memutuskan mengobrolkan hal ini dengan teman yang lain yang memiliki ketertarikan serupa. kebetulan, teman saya itu laki-laki.

"kamu ngapain ngobrol terus sama dia? aku cemburu tau"

Kalau dipikir sekarang, itu sangat posesif. tapi waktu itu, aku justru sangat senang. di mataku, dia yang cemburu dengan temanku terlihat sangat menggemaskan. cemburu membuat saya seolah-olah bisa merasakan cintanya pada saya. tanpa sadar, saya ingin melihat itu lebih banyak dan justru semakin berani menantang.

tapi sepertinya, saya kelewatan.

"kamu suka sama dia? kalau suka gapapa. kita akhiri" 

ucapannya langsung membuat saya panik. puluhan kata maaf langsung saya lontarkan. saya bahkan sangat khawatir dan sempat menangis saat itu. akhirnya, dia memaafkan saya dan kami kembali baik-baik saja.

sejak saat itu, saya berhenti bicara dengan lawan jenis selain dia. kecuali untuk hal penting seperti pelajaran dan tugas.

saat pelajaran BK, guru menanyakan pada kami tentang orientasi kami setelah lulus SMA mau apa. sebagai contoh, guru menunjuk beberapa siswa untuk memberikan contoh tujuan setelah lulus mereka. kebetulan, salah satunya saya.

"saya ingin kuliah, mungkin teknik informatika" jawab saya.

guru saya memuji karena itu pilihan yang 'berani' untuk seorang perempuan masuk ke teknik. beberapa teman menganggap itu wajar karena saya juara OSN komputer dalam kota. satu-satunya yang tidak senang dengan hal ini justru adalah dia,

"perempuan mau masuk teknik? kayak cowok aja" katanya.

saya tau dia tidak bermaksud apa-apa dalam komentarnya. tapi kata-katanya menyakiti saya. diantara semua orang, saya berharap dialah yang akan paling depan mendukung saya. tapi apa? dia justru bertindak seolah saya tidak pantas. itu adalah pertama kalinya dia membuat saya marah.

"terus kenapa?" tanyaku menantang.

sepertinya dia sadar kalau saya marah. dia langsung menghujani saya dengan kata maaf dan lainnya. akhirnya saya memaafkan dia dan kami kembali bersama.

sampai sini, mungkin cerita ini akan terasa sangat membosankan. itu adalah waktu dimana hubungan kami sangat stagnan. berbuat kesalahan-minta maaf-selesai. itulah alur yang tercipta setiap kali kami memiliki pendapat yang berbeda. aku sangat menghindari adanya pertengkaran besar diantara kami untuk menjaga hubungan, dan sepertinya dia juga sama. karena itulah hubungan kami terasa kian membosankan dari waktu ke waktu. 

sampai satu titik, dia meminta untuk break.

Tentu saja saya awalnya keberatan. untuk apa? itulah pertanyaan yang saya lontarkan. tapi dia memberikan seribu alasan untuk kami 'istirahat sejenak'. salah satunya, karena dia sibuk dalam organisasinya. alasan lain, karena itu mulai mendekati masa ujian tengah semester. 

Akhirnya saya mengabulkan permintaannya. bukan karena alasan-alasan yang dia sampaikan, tapi karena saya mencintainya. saya rela melakukan apapun agar dia senang. dan dalam pikiran saya, dia akan kembali dengan perasaan yang sama.

sayangnya saya salah.

Saya sangat sabar menunggu dia. tidak terasa, satu bulan break sudah terlewati. tidak ada tanda-tanda dia akan kembali. pesan dan chat saya kebanyakan diabaikan. bahkan saat di sekolah, dia menjawab sapaan dan ajakan mengobrol saya dengan dingin. kami tidak seperti pasangan lagi. beberapa teman menanyakan tentang hubungan kami. tentu saja saya menjawab bahwa kami belum berpisah dan hanya istirahat saja.

sampai ketika, ada nomor baru mengirim saya pesan.

'kamu kenapa masih menempel sama dia? bukankah kalian sudah putus?'

setelah ditelusuri, rupanya pemilik nomor itu adalah anak kelas sebelah. katanya, dia mendapat nomor saya dari teman sekelas saya. dia sangat penasaran dan memutuskan untuk menghubungi saya secara langsung.

Setelah mengetahui identitas pengirimnya, saya langsung menjawab : 'kata siapa putus?'

jawaban dari pesan saya langsung datang dalam beberapa menit : 'kata orangnya langsung. bukankah dia sudah pacaran dengan anak dari sekolah lain?'

membaca kalimat itu, saya merasa seperti terserang petir. tangan saya yang memegang ponsel langsung gemetar. jantung saya berdebar takut. Hati saya menolak untuk percaya, tapi satu sisi dalam diri saya menganggap semua sikapnya belakangan ini menjadi wajar jika berita ini benar.

dengan jari yang terasa dingin, saya mengetik pertanyaan 'kamu dengar berita ini dari siapa?' 

'dari dia langsung. dia sendiri yang cerita, katanya kalian sudah putus'

saya tidak ingat banyak apa yang saya lakukan saat itu. yang jelas, saya menangis dan teman dekat saya menenangkan saya. emosi saya bercampur aduk antara percaya dan tidak percaya. saya terlalu 'hancur' untuk melakukan apa-apa. akhirnya, teman dekat saya berinisiatif untuk pergi ke kelas dia dan bertanya langsung sepulang sekolah. 

sembari teman saya pergi untuk mewakili saya bertanya langsung, saya menunggu dengan sangat takut di bangku kelas bersama teman saya yang lain. tidak ada siapapun disana karena murid lain sudah pulang lebih dulu. teman saya mencoba menenangkan saya dari bangku sebelah. puluhan kata-kata seperti 'tenanglah, dia tidak akan kemana-mana jika dia mencintaimu" seolah menjadi kata-kata kosong yang lewat di telinga saja. pikiran saya kalut.

semuanya selesai ketika teman saya kembali dengan wajah emosi. saya terkejut karena teman saya membawa sebuah tas hitam yang saya kenali sebagai tas milik dia. tidak butuh waktu lama, dia kemudian muncul dengan ekspresi marah.

"kembalikan" katanya meminta.

"jelasin dulu!!!" kata teman saya dengan nada membentak emosi "apa maksudnya kamu jadian sama siswi sekolah lain?! kamu nggak mikir perasaan temanku?" 

saya sempat melihat ekspresinya jadi muram. dia melirik saya sekilas.

"kenapa? kita kan gak pacaran? apa salahnya kalau aku jadian sama orang lain? sah-sah aja kan?"

kata-katanya menjadi pisau yang menusuk hati saya.

saya tidak ingat banyak tentang kejadian itu. yang jelas, tangisan saya pecah. 

waktu yang lalu selama kami masih bersama terlintas dalam pikiran. lalu semua itu apa? apa hubungan kami memang se-enteng itu? apa kesalahan saya?

dua teman saya membantu saya pulang ke rumah sementara dia langsung pergi setelah merebut tas miliknya. saya tidak tau bagaimana reaksi bunda yang melihat saya pulang menangis hebat. yang jelas, dua teman saya menemani sampai menginap. hati saya marah. saya merasa dunia saya hancur. bahkan keesokan harinya, rasanya semuanya hampa saat saya tidak menerima pesan selamat pagi darinya.

hari-hari berikutnya benar-benar berat. tidak ada satu jam-pun terlewat tanpa saya tidak mengecek apakah ada pesan masuk dari dia atau tidak. saya sangat berharap bahwa semua itu hanya mimpi atau prank saja. saya berharap dia akan kembali meminta maaf dan mengatakan berbagai alasan. apapun alasannya, akan saya terima.

tapi harapan itu pupus. dia tidak pernah kembali.

teman-teman saya membantu saya untuk bangkit. bukan cuma dua teman dekat saya, tapi teman-teman yang lain juga. kebanyakan dari mereka tau ceritanya dari orang-orang yang melihat saya pulang dalam keadaan menangis. jujur saya merasa bahwa kondisi saya sangat menyedihkan. tapi saya tidak bisa menolak.

teman yang dulu saya hindari agar dia tidak cemburu kini sering menceritakan hal-hal berbau konspirasi yang mengalihkan pikiran saya dari dia. teman saya bahkan menyuruh saya bergabung dengan grup pecinta konspirasi dan mengenalkan saya pada beberapa teman dengan hobi yang sama. saat saya sedang asyik mengobrol tentang isu terbaru, saya kemudian berfikir:

apa yang dulu dia anggap 'aneh', kini membawa teman baru untuk saya.

satu hal itu membuat saya merasa sedikit lebih lega.

alat make up yang biasa saya pakai setiap kali ingin kencan kini terlantar. tidak ada lagi alasan untuk saya memakai make up. tidak ada yang akan protes dengan wajah berminyak saya. bahkan, wajah saya terasa lebih ringan dan berhenti berjerawat.

baju-baju dress tunik masih beberapa kali saya pakai. namun, saya merasa lebih bebas. saya bisa berlarian setiap meliput berita atau mengambil foto. saya lebih aktif dalam kegiatan mading dan majalah sekolah. sebisa mungkin, saya ingin memperbanyak pekerjaan untuk mengalihkan pikiran saya.

dalam beberapa minggu, saya sudah terlepas dari fase patah hati. saya bisa merasakan banyak hal positif yang ditawarkan sekitar saya. bahkan, saya merasa bahwa 'mata saya lebih terbuka' pada dunia. contohnya, saya baru tau kalau teman saya sangat suka membuat kue dan menawarkannya di kelas setiap istirahat. kalau dulu, setiap istirahat saya akan buru-buru ke kelas dia untuk ke kantin bersama. boro-boro makan kue buatan teman saya, tau teman saya pintar membuat kue saja tidak. dalam beberapa aspek, saya bersyukur.

dengan adanya kejadian ini, saya membuat sebuah konsep cinta dalam diri. bagi saya, dia yang saya cintai adalah dunia. saya akan terpaku pada dunia itu setiap saya mencinta. namun saat saya kehilangan dia, dunia itu runtuh dan dunia lain yang lebih besar siap menyambut saya. 

saya tidak menyesal patah hati. dari sana, saya tau bahwa ada dunia lain yang siap menyambut saya setiap kali dunia dia mulai runtuh. mungkin rasa sakitnya akan tetap ada, tapi waktu yang akan menyembuhkannya. 

Bicara soal waktu, hal itulah yang paling membuka mata saya. Saat ini, saya sering menertawakan ingatan tentang patah hati saya hari itu. rasanya lucu sekali jika memikirkan saya sekarang menertawakan apa yang dulu saya tangisi. bahkan saat berkumpul dengan teman-teman, kami sering tertawa bersama mengingat kejadian itu. sudah tidak ada luka yang terbuka saat menyinggung masa itu.

tidak ada yang saya sesali. kesalahan saya di masa lalu sekarang menjadi pembelajaran untuk saya di masa ini. dan sekarang, kesalahan saya di masa ini mungkin akan menjadi pembelajaran di masa depan. saya sangat berterimakasih pada teman-teman yang membuat saya kuat. tapi, saya paling berterimakasih pada diri saya sendiri di masa lalu yang masih mau bertahan. sebenarnya, sempat ada sedikit keinginan untuk mengakhiri hidup karena saya tidak pernah memikirkan hidup tanpa dia. tapi sekarang, saya bersyukur tidak melakukannya.

Terimakasih untuk semua yang sudah menguatkan saya. terimakasih pada rumput dan daun yang masih hijau. terimakasih pada langit yang masih biru. terimakasih untuk orang-orang di sekitar saya. terimakasih untuk semuanya. 

Ikuti tulisan menarik Retha Rehyta lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

1 hari lalu

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

1 hari lalu