x

Iklan

Vaesnavadeva Adhyatma

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 4 Oktober 2020

Senin, 29 April 2024 08:19 WIB

Dampak Kenaikan Suku Bunga Indonesia

Kenaikkan suku bunga Bank Indonesia telah mengejutkan pasar. Setelah para analis memprediksi bahwa Bank Indonesia akan mempertahankan suku bunganya, kini Bank Indonesia justru memutuskan untuk menaikkannya. Lantas, apa dampaknya bagi masyarakat Indonesia?

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Pada April 2024, Bank Indonesia menaikan suku bunga sebanyak 25 basis poin menjadi 6,25%. Kenaikkan ini menimbulkan kebingungan diantara pengamat ekonomi. Alasannya? Banyak analis yang memprediksi bahwa Bank Indonesia akan tetap mempertahankan suku bunga-nya, mengingat kondisi ekonomi-geopolitik global yang sedang tidak stabil. Namun Bank Indonesia bergerak tidak sesuai dengan prediksi pasar. Bank Indonesia memutuskan untuk menaikan suku bunganya.

Hasilnya, sejak pengumuman kenaikkan suku bunga pada 24 April 2024, IHSG bergerak turun 1,6%. Menunjukkan respon pasar yang kurang positif.

Namun kenaikan suku bunga ini sebenarnya dapat dimengerti. Dalam beberapa kuartal terakhir, dunia dan juga Indonesia mengalami gonjang-ganjing kondisi ekonomi-politik yang tidak stabil. Walaupun Pilpres telah usai, dan lambat laun perekonomian mulai bergerak dengan bebas, kondisi eksternal dan internal memaksa Bank Indonesia mengetatkan kebijakan moneternya.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Kita semua tahu perang Ukraina-Rusia belum juga usai, ditambah konflik Israel-Palestina yang juga merembet ke perseteruan antara Israel-Iran. Kondisi ini menyebabkan ketidakpastian ekonomi, dan juga perlambatan ekonomi di beberapa negara, termasuk ke Indonesia.

Di internal, harga beras secara tahunan naik sekitar 16%. Kita ingat bagaimana harga beras yang naik cukup tinggi menyebabkan masyarakat mengantre di operasi pasar murah. Selain itu, harga bawang juga meroket hingga 100%. Dan yang terbaru, harga gula yang naik cukup tinggi menyebabkan langkanya Gula dari pasaran, beberapa minimarket bahkan membatasi pembelian gula. Banyaknya kenaikkan harga komoditas dan kebutuhan rumah tangga memberikan sinyal bahwa inflasi mungkin akan lebih tinggi secara MoM.

Selain itu, Rupiah yang terus melemah juga menyebabkan Bank Indonesia harus bergerak cepat agar Capital Outflow tidak terus keluar. Bank Indonesia perlu memastikan bahwa Rupiah, dan juga Obligasi yang dikeluarkan oleh Pemerintah Indonesia tetap menjadi aset menarik bagi investor.

Hal-hal ini menyebabkan Bank Indonesia memutuskan untuk menaikan suku bunga ke angka yang diluar analisis pasar. Hal yang sebenarnya bagi saya tidak begitu mengejutkan, karena dengan demikian, kita tahu bahwa Bank Indonesia berharap dengan pengetatan suku bunga ini, diharapkan tingkat konsumsi masyarakat akan menurun sehingga menurunkan inflasi, meminimalisir Capital Outflow, dan memastikan bahwa nilai tukar Rupiah tetap terjaga.

Namun hal ini bukan berarti tanpa risiko. Dengan kenaikan suku bunga, ini artinya beban masyarakat akan semakin besar karena beban bunga yang harus dibayarkan akan semakin tinggi. Perusahaan-perusahaan akan menahan diri untuk mengambil pinjaman. Dan perlambatan investasi dan ekspansi bisnis mungkin saja bisa terjadi.

Lalu apakah kenaikan suku bunga ini bisa berdampak langsung kepada masyarakat? Dalam jangka pendek mungkin tidak. Konsumsi mungkin akan turun, tapi tidak terlalu signifikan. Namun apabila Bank Indonesia memutuskan untuk menaikkan suku bunganya kembali, atau mempertahankan tingkat ini dalam jangka panjang. Masyarakat bisa saja merasakan dampak langsungnya.

Kita mungkin akan melihat masyarakat mulai mengurangi budget pengeluaran mereka, karena jumlah beban bunga cicilan yang harus dibayarkan akan meningkat. Penurunan permintaan barang bisa saja terjadi, dan perusahaan mau tidak mau harus mengurangi operasional mereka. Namun hal ini bisa mengurangi tingkat inflasi, dan apabila dieksekusi dengan baik  saat target inflasi telah tercapai, Indonesia akan mencapai tingkat konsumsi dan kredit yang positif.

Ikuti tulisan menarik Vaesnavadeva Adhyatma lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler