x

rekomendasi kota liburan murah cocok untuk mahasiswa

Iklan

Acha Hallatu

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 23 November 2021

Minggu, 28 November 2021 15:21 WIB

Kita Pernah Diuji oleh WIB dan WITA

Sebuah cerita pendek tentang seseorang yang sedang diuji oleh jarak dan waktu dengan kekasihnya untuk pertama kalinya. Setiap sudut Kota Medan adalah kita. Kini Bali pun ikut menjadi saksinya.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Malam itu aku melihat jam tanganku menunjukkan pukul sembilan malam. Biasanya pada jam segitu aku sudah berada disekitar rumah sakit tempat kamu bekerja kalau kamu dinas sore pada hari itu. Singgah sebentar ke sebuah minimarket untuk membeli segelas susu kedelai kesukaanku. Dan hal itu selalu tersimpan di dalam memori ingatanmu. Karna kamu tahu aku menyukai susu kedelai. Hingga akhirnya ponselku berbunyi, satu pesan masuk darimu.

“Sayang… Dimana?”

“Tempat biasa…”

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Aku tersadar bahwa disana masih pukul delapan malam. Sedangkan disini sudah pukul sembilan malam. Bali lebih cepat satu jam dari Medan. Walau terasa berat namun tidak ada yang berubah dari kita.

Awalnya berat saat harus meninggalkanmu. Namun aku percaya, jika ingin hubungannya naik level kita memang harus menghadapi ujian. Teringat dulu bibirmu pernah berucap, “Aku sebenarnya manja orangnya. Bahkan aku tidak bisa ditinggal jauh.”

Dan sekarang kata-kata itu selalu terngiang di dalam kepalaku. Mau ninggalin karna alasan syuting di luar kota jadi mikir berjuta-juta kali. Lebay sih tidak sampai berjuta kali juga sih mikirnya…

Memang betul, bandara adalah tempat yang selalu penuh kenangan. Kakiku terus melangkah namun hatiku tidak mampu beranjak. Tertinggal seolah tidak rela meninggalkan. Melihat penumpang yang lainnya diantar oleh keluarga maupun pasangannya, hatiku semakin meringis. Aku berjalan sambil menguatkan diriku, mereka sibuk bukan berarti tidak peduli.

Satu per satu ide bermunculan saat aku duduk sambil memandang keluar dari jendela pesawat. Salah satunya adalah tulisan ini. Lalu saya lanjutkan disela-sela kesibukan syuting. Malam itu aku hanya sendirian di balkon salah satu hotel bintang lima di Bali. Ditemanin secangkir teh, untungnya aku segera tersadar bahwa aku tidak bisa minum teh karna punya riwayat asam lambung. Terakhir kali mual dan muntah-muntah karna minum teh. Hehehe…

Menatap layar laptop dan membaca ulang lagi tulisanku. Tiba-tiba angin berhembus seolah membawa pesan. Jadi teringat dengan trend sekarang, memandang ke langit sambil berucap, “Angin? Bisakah kau sampaikan rinduku padanya disana? Aku rindu ingin pulang.”

Hahahaha…

Chrisye judul lagu cintaku adalah lagu yang biasa kita putar. Bahkan saat kita berkunjung ke salah satu mall termegah yang ada di Kota Medan, aku meminta pemain biola itu memainkan lagu ini untuk kita. Menatapmu secara diam-diam. Melirik lalu membuang pandanganku saat dirimu berhasil menangkap mataku. Jantungku berdegup kencang saat itu. Kamu tahu kalau aku punya gangguan kecemasan. Semakin aku merasa cemas, semakin aku merasa mulas. Kamu hanya tertawa manis.

Andai kamu tahu…

Cinta ini semakin bertambah setiap kali kamu meninggalkanku sendirian dirumah untuk menjalankan jadwal dinas malammu. Cinta ini semakin bertambah setiap kali menemukan dirimu telat tiba dirumah karna mungkin ada banyak yang harus kamu kerjakan dirumah sakit. Cinta ini semakin bertambah setiap kali aku harus mengalah dengan jadwal dinasmu. Cinta ini tidak pudar meski kamu tidak mengabariku. Cinta ini tidak pudar disaat kamu harus lebih fokus menyelamatkan nyawa seseorang.

Sampai akhirnya dia memberitahuku bahwa semua hal di atas hanya bisa dilakukan oleh orang berkelas.

Masih ingat malam itu Kota Medan sedang diguyur hujan deras? Aku menunggumu di depan minimarket tempat biasa aku membeli segelas susu kedelai kesukaanku sambil menantimu keluar dari rumah sakit. Kita pulang berdua dengan motormu yang sering kita sebut Harley Davidson. Tunggangan kita yang membawa kita berdua kemana saja.

Hanya ada satu jas hujan dan aku selalu sengaja menyuruhmu untuk memakainya. Walaupun dirimu terus memarahiku dan mengingatkan untuk melanjutkan perjalanan kita saat hujan reda, aku tetap membangkang. Tidak ada prestasi yang ingin kubanggakan pada teman-temanku selain basah kuyup karna mengantar dan menjemputmu dinas.

Malam semakin larut, aku tahu kamu pasti sudah lelah bekerja dan ingin beristirahat. Itulah kenapa aku selalu ingin mengantarmu pulang secepat mungkin dan tidak pernah mengganggumu karna kamu pasti sangat butuh istirahat, begitu pikirku. Meski selalu dianggap cuek, tidak masalah. Cinta tidak selamanya harus dijelaskan oleh lisan.

Dan kamu tertawa saat membaca tulisan ini, aku tahu itu.

Semua kita lalui berdua. Hingga dirimu tidak pernah melupakan salah satu ucapanku, “Apapun yang terjadi itu bukan salahmu apalagi salahku. Kita berhenti mencari siapa yang salah, karna ini salah kita berdua. Apapun itu kita harus hadapi berdua.”

Dirimu mengatakan bahwa kamu belajar artinya bertanggung-jawab dari sikapku yang tegas dan sedikit keras ini. Tapi kamu selalu percaya karna sudah melihat bahwa aku pribadi yang lembut serta penyayang.

Ku tulis untuk seorang wanita dewasa yang berada di Kota Medan. Apapun yang akan menguji kita nanti, ingatlah bahwa kita pernah diuji oleh WIB dan WITA. Bali dan Medan menjadi saksinya.

Ikuti tulisan menarik Acha Hallatu lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terpopuler