x

Iklan

Muhamad Hariun

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 25 November 2021

Senin, 29 November 2021 10:24 WIB

Pendekatan Terbalik Menuju Merdeka dalam PR

Artikel ini ditulis berdasarkan pemgamatan dan pengalaman penulis berkaitan dengan pola pemberian tugas atau PR kepada siswa. Solusi alternatif yang dihadirkan dari menganalisis sejumlah persoalan yang ditimbulkan oleh pola pemberian tugas yang selama terus terjadi dan terus berlangsung maka pendekatan terbalik sedikit dapat menjadi acuan bagi guru untuk mendukung program merdeka belajar yang berimplikasi lebih luas. Guru merdeka dalam mengajar dan jangan melupakan siswa butuh merdeka belajar yang salah satunya dapat diwujudkan lewat perubahan dalam pola pemberian tugas atau PR.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

PENDEKATAN TERBALIK MENUJU MERDEKA DALAM “PR”

 

            Inovasi dalam pembelajaran telah menjadi trend di tengah munculnya berbagai permasalahan pada tataran praktik di lapangan. Ada dua faktor utama yang secara simultan memberi dampak psikologis pada proses belajar dan mengajar. Faktor internal dan faktor eksternal berada di balik setiap permasalahan yang ada. Dengan demikian strategi yang ditempuh dalam inovasi tersebut dihadirkan untuk menciptakan kondisi pembelajaran yang menyenangkan, menuntun, dan mempertimbangkan kemampuan tiap individu peserta didik.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

            Seiring bergulirnya program merdeka belajar yang oleh kementrian pendidikan maka guru hendaknya lebih berkreasi dan menterjemahkan lebih lanjut arah dari kebijakan tersebut. Dari segi pembuatan perangkat pembelajaran, RPP telah mengalami penyederhanaan yang signifikan dari jumlah lembaran yang dikenal dengan RPP satu lembar. Bagaimana dengan komponen pendukung lainnya?

Salah satu komponen dalam pembelajaran yang menjadi bagian dari penilaian adalah  pekerjaan rumah yang biasa disingkat “PR”. Pekerjaan rumah yang biasanya diberikan pada akhir pertemuan dimaksudkan antara lain untuk memperoleh gambaran sejauh mana siswa telah memahami materi kajian yang telah dibahas. Maksud seperti tersebut di atas tidaklah keliru. Hanya saja, permasalahan yang timbul dari pemberian PR tersebut jarang mendapat perhatian. Mulai dari banyaknya tugas yang harus dikerjakan oleh peserta didik dan ditambah lagi dengan banyaknya jumlah soal yang harus diselesaikan dari masing-masing tugas yang diberikan oleh para guru mata pelajaran sampai pada adanya kecenderungan memaksa siswa untuk menyelesaikan tugas tersebut dalam waktu tertentu di tengah beragamnya latar belakang dan kemampuan peserta didik.  

  Jika RPP sebagai komponen perangkat dari aspek mengajar guru telah mengalami penyederhanaan bagaimana dengan penyederhanaan PR sebagai bagian dari aspek belajar siswa. Aspek belajar siswa tentu harus mendapatkan perhatian yang sama dalam artian bahwa siswa dapat menikmati suasana belajar yang menyenangkan dan tidak selalu merasa terbebani oleh tuntutan banyaknya tugas yang harus diselesaikan. Akibat dari banyaknya tugas yang harus diselesaikan, tidak jarang siswa didapati enggan masuk sekolah dan bahkan mendapat hukuman karena tugas yang tidak beres. Kemungkinan lain yang timbul adalah siswa cenderung hanya menyalin penyelesaian tugas dari temannya ataupun mengambil jawaban dari internet. Gejala kurang seriusnya siswa dalam menyelesaikan tugas tampak dari cara siswa menulis tugas atau dengan kata lain “asal menyalin dan asal tulis.” Kondisi demikian tentu sangat jauh dari harapan bahwa siswa-siswa bersangkutan telah memahami apa yang mereka salin dan tulis. Penyelesain PR hanya sekedar menggugurkan kewajiban dan menghindari hukuman. Untuk sedikit mengurai permasalahan berkaitan dengan pola pemberian PR sebagaimana tersebut di atas, maka salah satu alternatif yang dapat dilakukan adalah dengan menghadirkan pendekatan terbalik dalam pemenuhan tugas.

Istilah pendekatan terbalik cenderung berlawanan dan berbeda dengan kebiasaan saat guru memberikan tugas yang pernah ada pada umumnya. Pendekatan terbalik dapat dideskripsikan sebagai berikut:

  1. Siswa diberi kesempatan untuk memilih tugas sesuai dengan bahan kajian
  2. Jumlah soal cukup 1 nomor yang diambil dari berbagai buku sumber relevan
  3. Cara penyelesaian tidak harus sampai selesai (menyesuaikan dengan kemampuan siswa dalam menjawab soal yang dipilih)
  4. Jika siswa menemui kesulitan untuk menyelesaikan tugas sampai tuntas maka siswa diberi kesempatan untuk menuliskan permasalahan yang dialaminya.
  5. Selain mencoba untuk menyelesaikan soal yang dipilih, siswa juga diminta untuk merincikan konsep-konsep, istilah, simbol-simbol, dan variabel-variabel dalam rumus yang digunakan yang terdapat dalam kalimat soal yang dipilih dan selanjutnya menuliskan arti dari bagian-bagian pendukung soal tersebut.
  6. Mencantumkan nama pengarang, judul buku dan nomor halaman dari buku sumber yang digunakan
  7. Siswa diberi kesempatan untuk merevisi jawaban pasca pertemuan atau setelah mendapatkan penjelasan.

Dengan mencoba memberi ruang kepada siswa untuk memilih tugas sendiri diharapkan akan timbul rasa tanggung jawab dan kepercayaan dalam diri siswa, siswa terhindar dari tekanan akibat banyaknya tugas yang harus dituntaskan, siswa diajak untuk membiasakan diri mencoba cara penyelesaian dan tidak terhindar dari kebiasaan menggunakan kata “sulit” atau “tidak bisa”. Permasalahan yang timbul akibat ketidakmampuan siswa dalam menyelesaikan tugas/PR dapat berubah menjadi bahan yang mendasari siswa untuk mengajukan pertanyaan yang biasanya siswa cenderung diam ketika diminta untuk menanyakan hal-hal yang belum jelas dari penjelasan guru. Melalui pendekatan terbalik ini pula, guru secara tidak langsung telah mendorong semangat literasi di kalangan peserta didik yang akhir-akhir ini cenderung menurun. Melalui pendekatan terbalik ini guru mencoba memahami siswa dengan latar belakang kemampuan dan karakteristik masing-masing. Kebiasaan pemberian banyak soal dengan asumsi membuat anak banyak berlatih demi memenuhi semua target pencapaian kompetensi sudah saatnya dipertimbangkan kembali karena cenderung hanya menyisahkan tekanan dalam diri siswa. Siswa mengerjakan tugas dengan terpaksa dan tanpa memahaminya.   Sebagai salah satu cara pandang dan berpikir tentang prosedur pemberian tugas maka pendekatan terbalik ini hanyalah alternatif yang dapat diterapkan dan tentunya memiliki kelemahan sebagaimana penerapan model ataupun metode tertentu dalam pembelajaran pada umumnya.

Ikuti tulisan menarik Muhamad Hariun lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

4 hari lalu

Hanya Satu

Oleh: Maesa Mae

Kamis, 25 April 2024 13:27 WIB

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

4 hari lalu

Hanya Satu

Oleh: Maesa Mae

Kamis, 25 April 2024 13:27 WIB