x

Merdeka Belajar Menghapus Miskonsepsi tentang Belajar

Iklan

Atika Dewi

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 25 November 2021

Selasa, 30 November 2021 08:51 WIB

Transformasi Guru di Era Merdeka Belajar

Kebijakan merdeka belajar dan kondisi pandemi virus Covid-19 menjadi alasan utama guru perlu melakukan transformasi. Tujuannya tidak lain adalah untuk dapat menciptakan pembelajaran yang merdeka dan menyenangkan bagi siswa sesuai dengan kodratnya serta mampu mengikuti perkembangan teknologi dan zaman dan dapat mewujudkan Profil Pelajar Pancasila.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Masa pandemi Covid-19 serasa menjadi titik balik bagi dunia pendidikan. Pembelajaran yang sebelumnya dilaksanakan secara tatap muka dengan memanfaatkan berbagai fasilitas sekolah dalam pelaksanaannya, kini harus dilaksanakan secara jarak jauh dengan fasilitas seadanya bagi para siswa di rumah. Tidak hanya orang tua yang dituntut untuk dapat mendampingi anak-anak belajar di rumah, namun guru juga dituntut untuk kreatif dan inovatif dalam menciptakan pembelajaran yang bermakna serta menyenangkan meskipun terhalang oleh jarak dan waktu.

Langkah terbaik dalam mewujudkan pembelajaran jarak jauh yang efektif adalah memanfaatka TIK dalam pembelajaran. Pemanfaatan TIK atau yang disebut literasi digital merupakan salah satu bentuk perwujudan kebijakan merdeka belajar, dimana tujuan dari kebijakan ini adalah untuk menghasilkan sumber daya manusia unggul yang memiliki karakter Profil Pelajar Pancasila. Merdeka belajar secara umum diartikan sebagai kebebasan bagi guru untuk menciptakan pembelajaran yang inovatif, kreatif, serta menyenangkan sesuai dengan budaya sekolah dan masyarakatnya, dan kebebasan bagi siswa untuk belajar sesuai dengan karakter dan kodratnya sebagai anak dalam mengikuti perkembangan zaman.

Penerapan kemerdekaan dan kebebasan dalam berpikir seyogyanya dimulai dari guru. Pola pikir dimana guru adaah satu-satunya sumber belajar bagi siswa dan pemeran utama dalam kegiatan pembelajaran diubah menjadi student centered dimana siswa yang menjadi pusat dalam pembelajaran. Memperkaya pengetahuan dengan literasi digital, menerapkan pembelajaran di luar kelas sebagai alternatif kegiatan belajar, serta memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk merancang pembelajaran digital yang interaktif.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Mengubah pola ajar dari teacher centered menjadi student centered dapat dimulai dari menerapkan model dan metode pembelajaran yang variatif seperti PBL, PjBL, inkuiri, dan sebagainya yang dapat menggali potensi siswa adlam belajar serta menuntut siswa untuk berperan aktif dalam kegiatan pembelajaran. Guru yang sebelumnya menjadi aktor utama dalam kegiatan belajar, beralih menjadi pembimbing, pendamiping, dan fasilitator yang mampu mengarahkan pembelajaran agar dapat mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan. Pembelajaran yang sebelumnya monoton dilaksanakan di dalam  kelas, perlu dijadwalkan pula untuk dilaksanakan di luar kelas. Selain untuk mengurangi kebosanan siswa, mereka juga dapat belajar secara langsung dari alam dan masyarakat sehingga tercipta pengalaman belajar yang nyata dan berkesan. Dalam masa pandemi ini, pembelajaran di luar kelas dapat dilaksanakan siswa secara mandiri di lingkungan sekitarnya dengan arahan dan bimbingan dari guru.

Sayangnya, tidak semua guru mampu mengimplementasikan literasi digital atau pemanfaatan TIK secara mudah. Perlu adanya persiapan infrastruktur serta SDM guru yang memadai untuk dapat menciptakan lingkungan belajar digital yang baik. Peyediaan prangkat pendukung pembelajaran daring seperti smartphone, tablet, laptop, dan komputer, serta jaringan internet adalah kunci terlaksananya pembelajaran digital. Kemampuan guru dalam mengoperasikan serta menguasai TIK juga perlu ditingkatkan agar mampu merancang konten belajar yang interaktif dan menarik.

Ada beberapa cara yang dapat ditempuh dalam rangka meningkatkan literasi digital guru. Pertama, guru dapat mengikuti pelatihan-pelatihan pemanfaatan TIK dalam pembelajaran seperti yang telah diselenggarakan oleh beberapa platform seperti Refo Indonesia dan Google, Microsoft Indonesia, Canva, Quizizz, dan sebagainya. Kedua, dengan memulai dari hal-hal yang mudah, seperti merekam video diri untuk disajikan sebagai media mengajar, mengajak siswa bertatap muka secara daring menggunakan aplikasi panggilan video, membuat soal online untuk asesmen, atau mengirimkan konten-konten belajar yang variatif kepada siswa jika belum mampu menciptakan sendiri.

Transformasi guru tidak semata dilakukan untuk meningkatkan kemampuan mengajar di era merdeka belajar. Guru juga perlu mempertimbangkan keberagaman karakter dan kondisi siswa. Guru tidak dapat menyamaratakan kemampuan semua siswa, termasuk dari segi ekonomi orang tuanya. Terlebih dimasa pandemi ini dimana perekonomian turut terpuruk. Tidak semua orang tua mampu menyediakan gawai, atau hanya sekedar kuota internet untuk belajar anaknya. Agar transformasi guru dapat berdampak pada siswa, guru juga perlu kreatif dalam merancang pembelajaran yang ramah anak dan ramah orang tua.

Ikuti tulisan menarik Atika Dewi lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

4 hari lalu

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

4 hari lalu