Tujuh Penerapan Merdeka Belajar dalam PJJ

Selasa, 30 November 2021 22:31 WIB
Bagikan Artikel Ini
img-content0
img-content
Iklan
Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) benar-benar mengubah pola pikir saya tentang mengajar dan belajar. Praktik mengajar dan belajar ternyata tidak harus dilakukan pada jam-jam tertentu dalam sebuah ruangan dengan meja, kursi, papan tulis dan alat tulis lengkap lainnya. Praktik ini dapat dilakukan kapan dan di mana saja. Menilik pada kebijakan Merdeka Belajar, saya mencoba menerapkan esensi dari kemerdekaan tersebut ke anak didik saya dengan tetap berpedoman pada Pancasila.

Apa yang Anda pikirkan pertama kali tentang Merdeka Belajar? Kalau saya, saat itu memikirkan tentang kebebasan. Kebebasan dalam mengajar, kebebasan dalam menentukan asesmen, kebebasan dalam mengelola kelas dan kebebasan dalam mengembangkan kompetensi diri sebagai tenaga pendidik. Berangkat dari filsafat Ki Hajar Dewantara, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim yang dikutip dalam laman Tempo.co memang menyatakan bahwa konsep Merdeka Belajar adalah kemerdekaan dalam berpikir. Guru harus dapat berpikir secara mandiri dan merubah paradigma lama tentang proses pembelajaran yang masih dipusingkan dengan setumpuk berkas administrasi. Padahal, administrasi seperti RPP dan Silabus tanpa adanya praktik pembelajaran tidak akan pernah terjadi suatu proses pembelajaran. Setelah mengetahui esensi tersebut, saya sebagai tenaga pendidik merasa ada di sebuah oase setelah sekian lama terdampar di gurun pasir yang panas dan tandus.

Penerapan kebijakan Merdeka Belajar benar-benar dirasakan bersamaan dengan regulasi tentang pelaksanaan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) karena pandemi Covid-19. Sistem pendidikan yang berubah 1800 tak ayal membuat kelimpungan semua pihak, terutama guru dan siswa. Saat itulah, penerapan Merdeka Belajar benar-benar diuji. Guru dipaksa untuk keluar dari zona nyaman karena harus memikirkan cara-cara yang kreatif dan inovatif tentang apa dan bagaimana pelaksanaan PJJ yang tepat dan aman.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Bagaimana cara saya menerapkan konsep Merdeka Belajar saat PJJ?

Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) benar-benar mengubah pola pikir saya tentang mengajar dan belajar. Praktik mengajar dan belajar ternyata tidak harus dilakukan pada jam-jam tertentu dalam sebuah ruangan dengan meja, kursi, papan tulis dan alat tulis lengkap lainnya. Praktik ini dapat dilakukan kapan dan di mana saja. Menilik pada kebijakan Merdeka Belajar, saya mencoba menerapkan esensi dari kemerdekaan tersebut ke anak didik saya dengan tetap berpedoman pada Pancasila. Cara yang saya gunakan dalam menerapkan konsep Merdeka Belajar selama praktik PJJ adalah sebagai berikut:

  1. Melakukan Kesepakatan Kelas tentang Cara Belajar dan Fleksibilitas Waktu

Anak usia 7-11 tahun menurut Piaget memasuki tahap operasional konkrit yang di mana kemampuan anak dalam mengingat dan berpikir secara logis mulai mengalami peningkatan. Selain itu, mereka pun sudah mampu memahami konsep sebab-akibat secara tersetruktur. Penerapan PJJ saya lakukan dengan menggunakan media gawai dan internet dengan tetap meminta kerja sama dari orang tua/wali.  Oleh sebab itu, saya memberi kebebasan yang bertanggung jawab dengan mengadakan musyawarah untuk mencapai kesepakatan kelas pada siswa tentang metode dan fleksibilitas waktu belajar serta pengumpulan tugas selama PJJ menyesuaikan dengan kondisi siswa. Melalui proses musyawarah ini siswa dapat belajar mengutarakan pendapatnya serta memahami konsep tanggung jawab atas sebab-akibat yang akan mereka tanggung jika menaati atau melanggar kesepakatan tersebut.

  1. Proaktif dengan Memanfaatkan Fasilitas Pelatihan Pembelajaran Daring

Selama masa sekolah tatap muka dialihkan ke pembelajaran jarak jauh melalui metode daring, banyak sekali pelatihan tentang penerapan pembelajaran daring yang diselenggarakan baik dari pemerintah maupun pihak swasta. Berbagai pelatihan tersebut dilakukan demi mengatasi kesulitan guru dalam menerapkan metode pembelajaran daring. Maka, saya pun proaktif dalam mengikuti pelatihan-pelatihan yang banyak tersedia seperti di portal Guru Belajar dan Berbagi Kemendikbud, Refo Indonesia yang bekerja sama dengan Kemendikbud dan Google for Education, Zenius Education, Hafecs serta pelatihan lainnya yang dilakukan baik secara daring maupun luring.

  1. Memanfaatkan Berbagai Platform Pembelajaran Daring

Hasil dari mengikuti berbagai pelatihan mengenai penerapan metode pembelajaran daring adalah mengetahui solusi atas kendala yang terjadi selama proses pembelajaran. Kendala yang seringkali terjadi adalah kekurangaktifan siswa dalam menjalani proses pembelajaran. Pembelajaran yang hanya dilakukan melalui WhatsApp Group dirasa kurang efektif. Oleh sebab itu saya memanfaatkan berbagai platform daring seperti Google Classroom, Zoom, Quizziz, Youtube dan Blogspot.

  1. Merancang dan Menerapkan ADA (Asesmen Diagnostik dan Autentik)

Asesmen merupakan salah satu unsur penting yang harus ada dalam pembelajaran. Maka dari itu, dalam proses pembelajaran, saya melakukan asesmen diagnosis untuk mengetahui aspek kognitif dan non kognitif awal siswa. Hal tersebut penting dilakukan supaya saya dapat mengidentifikasi capaian kompetensi siswa dan menyesuaikan iklim pembelajaran di kelas dengan kompetensi rata-rata siswa. Selain itu, saya pun melakukan asesmen autentik agar terjadinya proses pembelajaran yang bersifat ilmiah sehingga diperoleh hasil belajar siswa secara menyeluruh (kognitif, psikomotor, afektif). Instrumen penilaian tersebut saya lakukan melalui angket, observasi, portofolio maupun tes tulis.

  1. Melatih Rasa Percaya Diri Siswa melalui Publikasi Karya

Siswa melakukan kegiatan yang dapat melatih sikap kreatif, konsisten dan rasa percaya diri mereka, seperti menulis pantun, puisi, cerita pendek serta berbagai kerajinan tangan. Karya mereka tersebut saya tampilkan di beberapa platform pembelajaran seperti Youtube, Blogspot dan WhatsApp supaya dapat diakses orang lain dan dapat memberikan kontribusi positif terhadap rasa percaya diri mereka.

  1. Menjalin Komunikasi yang Baik dengan Orang Tua/Wali

Kendala dalam pelaksanaan PJJ tidak hanya berkaitan dengan fasilitas gawai saja, namun juga keterlibatan orang tua dalam hal pengawasan. Dalam PJJ, siswa seolah dibebaskan untuk menggunakan gawai sehingga menjadikan mereka bebas dalam bermain game maupun melakukan aktivitas di media sosial selain pembelajaran. Akibatnya, mereka pun tidak katif dalam pelaksanaan pembelajaran dan abai dalam tugas. Oleh sebab itu, saya berusaha menjalin komunikasi yang baik dengan orang tua/wali untuk turut serta mengawasi siswa saat PJJ di rumah.

  1. Melakukan Kunjungan

Kegiatan PJJ tidak hanya saya lakukan via gawai, namun juga melalui home visit ke rumah siswa secara berkala. Hal tersebut dimaksudkan agar saya tahu kondisi riil siswa saat pelaksanaan PJJ sekaligus pemberian motivasi dan pengawasan secara langsung terhadap mereka.

Pelaksanaan PJJ memang bukan tanpa kendala. Namun, saya sebagau guru harus dapat memberikan pelayanan terbaik terhadap siswa supaya tujuan kompetensi  yang sesuai dengan kondisi mereka tetap tercapai. Pengawasan yang saya dan orang tua/wali lakukan bukan sebagai sikap otoriter dan pembatasan pada kebebasan siswa untuk belajar dan berkarya. Namun, pengawasan yang dilakukan adalah sebagai upaya controlling dan evaluating terhadap pelaksanaan PJJ dan metode yang diterapkan sesuai dengan kebijakan Merdeka Belajar.

Bagikan Artikel Ini
img-content
Ayu Rizki

Penulis Indonesiana

0 Pengikut

img-content

Tujuh Penerapan Merdeka Belajar dalam PJJ

Selasa, 30 November 2021 22:31 WIB
img-content

Merdeka Belajar yang Humanis

Jumat, 26 November 2021 08:27 WIB

Baca Juga











Artikel Terpopuler