x

Pembelajaran Berbasis Riset untuk Menggali Keterampilan Abad 21 pada Mata Pelajaran Fisika SMA

Iklan

Yustina Jaziroh

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 30 November 2021

Kamis, 2 Desember 2021 17:27 WIB

Pembelajaran Berbasis Riset untuk Menggali Keterampilan Abad 21

Pembelajaran di masa pandemi menyebabkan terjadinya penurunanan capaian belajar dan learning loss pada murid. Hal ini perlu diperbaiki dengan penerapan pembelajaran yang mengakomodir keterampilan abad 21 yang harus dimiliki murid, yaitu Critical Thinking, Collaboration, Communication, dan Creativity. Salah satu model pembelajaran yang dapat diterapkan guru adalah Pembelajaran Berbasis Riset (PBR). PBR adalah model pembelajaran yang mengintegrasikan riset di dalam proses pembelajaran dalam rangka membangun pengetahuan dengan cara merumuskan hipotesis, mengumpulkan data, menganalisis, membuat kesimpulan dan menyusun laporan (Salimi, dkk. 2017). Syntax utama dalam PBR yaitu Problem Statement, Data Collection, Analysis, dan Conclusions. Melalui PBR, terlihat antusiasme murid dalam belajar karena mereka bebas memilih topik riset yang sesuai minat mereka. Antusias murid ini sebanding dengan hasil pembelajaran yang ditunjukkan dengan kenaikan nilai akhir dari sebuah proyek proposal penelitian dibandingkan dengan nilai awal murid saat mengerjakan LKPD sebagai gambaran awal murid tentang riset.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Pandemi Covid-19 adalah krisis kesehatan yang melanda hampir di seluruh penjuru dunia. Pandemi ini berdampak pada berbagai bidang, termasuk pendidikan. Kemudian Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) muncul di tengah pandemi sebagai salah satu pembelajaran yang efektif. Ya, efektif dalam mencegah anak-anak dari resiko terpapar Covid-19 namun kurang efektif dalam capaian tujuan pembelajaran. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Nadiem Makarim menuturkan perbedaan akses dan kualitas PJJ menyebabkan penurunan capaian belajar dan learning loss yang sifatnya permanen akan terus berkembang jika kita tidak mulai melakukan secara terbatas pembelajaran tatap muka (Jakarta, Kompas.com). Oleh karena itu, pemerintah berupaya menyelenggarakan Pembelajaran Tatap Muka Terbatas (PTMT) sesuai dengan protokol kesehatan yang mengacu pada SKB 4 Menteri.

Kebijakan PTMT secara bertahap mulai dilakukan dengan tetap mematuhi protokol kesehatan, termasuk di tempat saya mengajar, yaitu SMA Negeri 16 Garut. Persiapan dalam melaksanakan PTMT diantaranya dengan menyediakan sarana-prasarana kebersihan seperti tempat cuci tangan dan sabun, hand-sanitizer, pengecekan suhu tubuh, penggunaan masker, penerapan jaga jarak, serta penyediaan ruang kelas untuk maksimal 50% siswa. Strategi pelaksanaan PTM di sekolah dengan mengkombinasikan antara PTMT dan PJJ. Sekolah membagi murid menjadi dua kelompok, yaitu kelompok A dan kelompok B dengan masing-masing komposisi 50%. Kelompok A melakukan PTMT pada jadwal pagi, sedangkan kelompok B melakukan PJJ pada jadwal siang, dengan materi yang sama. Kemudian pada hari berikutnya dilakukan bergantian sehingga murid hanya dapat berinteraksi tatap muka langsung  dengan guru setiap dua minggu sekali. Tentunya, hal ini membuat kesempatan belajar efektif murid menjadi kurang optimal. Apalagi muatan Kompetensi Dasar (KD) pada mata pelajaran yang saya ampu, yaitu fisika, cukup banyak. Di kelas XI, terdapat 8 KD yang harus dikuasai murid dalam satu tahun pembelajaran. Sedangkan dalam 1 KD terdiri dari banyak sub materi. Sebagai contoh pada KD materi fluida mencakup fluida statis (tekanan hidrostatis, hukum Pascall, hukum Archimedes, kapilaritas, tegangan permukaan, viskositas) dan fluida dinamis (debit fluida, kontinuitas, hukum Bernoulli dan penerapannya). Dengan alokasi waktu yang sempit dan intensitas bertemu yang sedikit, guru mengalami kesulitan dalam upaya penyampaian materi utuh dan menyeluruh kepada murid yang sesuai tuntutan kurikulum.

Sebagai seorang guru, saya memiliki keinginan untuk bisa melaksanakan tugas utama dalam mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi murid secara komprehensif dengan segala keterbatasan yang ada di saat pandemi seperti ini.  Oleh karena itu, saya harus memulai dengan suatu perencanaan pembelajaran yang tepat sesuai kebutuhan murid dalam mempersiapkan diri di era perkembangan industri 4.0 yang menuntut keterampilan abad 21. Namun sayangnya, murid belum terbiasa dilatih untuk memiliki keterampilan abad 21 dalam proses pembelajaran. Disinilah peran penting seorang guru dengan mengenali 4C, empat keterampilan abad 21 yang harus dimiliki murid, yaitu Critical Thinking, Collaboration, Communication, dan Creativity. Oleh karena itu, saya mencoba mendesain sebuah pembelajaran yang mengakomodir 4C ini melalui model Pembelajaran Berbasis Riset (PBR).

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Dalam mendesain sebuah pembelajaran, seorang guru harus memahami dengan baik tugas pokok guru yang meliputi Merencanakan Pembelajaran, Melaksanakan Pembelajaran, Menilai Pembelajaran, Membimbing dan Melatih murid.  Mulai dari tahap perencanaan, saya mencoba merancang sebuah Pembelajaran Berbasis Riset (PBR) untuk menggali keterampilan abad 21 yang dibutuhkan murid. PBR adalah model pembelajaran yang mengintegrasikan riset di dalam proses pembelajaran dalam rangka membangun pengetahuan dengan cara merumuskan hipotesis, mengumpulkan data, menganalisis, membuat kesimpulan dan menyusun laporan (Salimi, dkk. 2017). Untuk melatih keterampilan abad 21 tersebut dibutuhkan suatu pendekatan pembelajaran yang kontekstual dan sesuai minat belajar murid. Oleh karena itu, saya membebaskan murid untuk memilih topik riset apa yang diminati mereka dan dibutuhkan sebagai pemecahan masalah di lingkungan sekitar. Agar dapat mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan, tentunya saya harus membuat syntax utama dalam PBR yaitu Problem Statement, Data Collection, Analysis, dan Conclusions.

Pada tahap pelaksanaan pembelajaran, saya membagi murid dalam 4 tim ilmuan hebat yang mempelajari tentang fluida, yaitu Pascall, Archimedes, Stokes dan Bernoulli. Tujuannya untuk menumbuhkan kolaborasi antar murid dalam bekerja sama, saling bersinergi, beradaptasi dalam berbagai peran dan tanggungjawab, bekerja secara produktif dengan yang lain, menempatkan empati pada tempatnya dan menghormati perspektif berbeda dalam tim riset. Namun, bagi murid, keterampilan melakukan riset adalah hal yang asing dan belum pernah dilakukan. Apalagi selama masa pandemi ini mereka hanya belajar melalui daring. Oleh karena itu, pertemuan pertama dilakukan dengan PTMT agar dapat berinteraksi langsung dan mengajak murid memposisikan diri sebagai ilmuan dengan menggiring mereka pada kerangka berpikir ilmuan dalam memecahkan masalah. Dimulai dari menanyakan masalah yang dialami murid hari itu untuk dipecahkan bersama-sama solusinya. Dari temuan masalah tersebut, saya mulai menuntun mereka untuk berpikir sesuai metodolgi dalam penelitian, yaitu murid mulai menuliskan rumusan masalah dan hipotesisnya di papan tulis. Tujuannya untuk menumbuhkan rasa ingin tahu murid melalui keterampilan bertanya sehingga mereka akan terdorong untuk mencari tahu dari berbagai sumber melalui kegiatan literasi (kajian teori) bagaimana cara mengatasi permasalahan tersebut. Kemudian saya memancing murid untuk memunculkan ide atau gagasan kreatif dari hasil kajian teori yang dibacanya. Tujuannya untuk mengasah keterampilan berpikir kritis yaitu kemampuan untuk memahami sebuah masalah yang rumit, mengkoneksikan informasi satu dengan informasi lain, sehingga akan muncul berbagai perspektif, dan menemukan solusi dari suatu permasalahan. Langkah selanjutnya adalah mengumpulkan data meliputi penentuan alat dan bahan, prosedur penelitian dan teknik pengumpulan data. Tentunya, hal ini akan melatih kreativitas siswa dalam mengembangkan dan melaksanakan gagasan baru melalui proses penelitian. Selanjutnya saya mengajak sharing bersama murid bagaimana cara melakukan analisis data yang baik sehingga dapat menarik kesimpulan yang benar terkait hasil riset. Setelah kerangka berpikir ilmiah murid terbuka, saya mengajak mereka menonton bersama sebuah video Archimedes dalam memecahkan masalah sampai menemukan hukum Archimedes. Tujuannya untuk memotivasi murid bahwa sebuah inspirasi bisa datang darimana saja dan kapan saja.

Pada tahap penilaian pembelajaran, saya memberikan otentik asesmen dalam bentuk Lembar Kegiatan Murid (LKPD) yang dikerjakan setelah menonton video dan dikumpulkan saat pertemuan pertama berakhir. Isi LKPD mencakup Masalah, Rumusan Masalah, Hipotesis, Kajian Teori, Menggali Ide Penelitian, Alat dan Bahan, Prosedur Penelitian, Pengumpulan Data, Analisis Data dan Kesimpulan. Tentunya, hasil LKPD ini akan menggambarkan kemampuan awal murid dalam merancang riset secara otentik karena dikerjakan dan dikumpulkan langsung. Selanjutnya pada pertemuan kedua dilakukan secara daring melalui Whatssapp Group (WAG) yaitu tahap membimbing dan melatih murid dalam menyusun proposal penelitian. Saya mengawali pembelajaran dengan mereview hasil pekerjaan LKPD pertemuan sebelumnya agar murid mengetahui letak kelebihan dan kekurangan mereka dalam menyusun sebuah riset. Kemudian saya memberikan contoh proposal penelitian yang pernah saya buat disertai dengan format penulisannya. Murid dibebaskan dalam memilih topik riset apa yang mereka minati terkait materi fluida dalam kehidupan. Hal ini sejalan dengan tujuan merdeka belajar dimana murid belajar sesuai kebutuhan dan minat mereka. Selama proses penyusunan proposal, saya memberikan kesempatan murid untuk konsultasi progres proposalnya kapanpun dan dimanapun. Murid dapat berkonsultasi langsung di sekolah, di luar jam sekolah, melalui chat maupun telepon. Tahap terakhir dari kegiatan PBR adalah presentasi proposal penelitian masing-masing tim sehingga pengetahuan utuh tentang materi fluida dapat tercapai. Presentasi juga bertujuan untuk melatih keterampilan komunikasi yaitu kegiatan mentransfer informasi, baik secara lisan maupun tulisan yang merupakan hal penting dalam peradaban manusia.

Hasil pelaksanaan Pembelajaran Berbasis Riset (PBR) pada materi Fluida menunjukkan antusias murid dalam menjalani setiap proses belajarnya. Mulai dari pertemuan pertama, murid diperkenalkan dengan metode ilmiah yang biasanya dilakukan oleh ilmuan dalam memecahkan masalahnya, namun kali ini saya mencoba menggali masalah kehidupan sehari-hari yang dihadapi murid untuk dicarikan bersama solusinya melalui langkah-langkah ilmiah. Keaktifan murid dalam berinteraksi dan tanya jawab pada kegiatan pendahuluan ini ditunjukkan dengan akumulasi cap pada buku murid yang saya berikan untuk setiap murid yang berani menjawab atau berpendapat.

Setelah murid mengenal dan memahami metode ilmiah dengan baik, saya menguji hasil pemahaman murid dengan memberikan otentik asesmen berupa pengisian LKPD langsung dan dikumpulkan saat itu juga. Pengisian LKPD diawali dengan menganalisis sebuah video Archimedes dalam memecahkan masalah yang dihadapinya sampai menemukan hukum Archimedes. Dalam LKPD, murid diminta bekerja dalam tim, bekerjasama dan berkolaborasi dalam menganalisis video tersebut sehingga dapat menyusun metode ilmiah yang dilakukan ilmuan berdasarkan hasil berpikir kritis dan kreatif bersama timnya. Nilai LKPD ini sebagai gambaran pengetahuan awal murid yang bersifat otentik karena langsung dikerjakan dan dikumpulkan saat itu juga usai pembelajaran, yang selanjutnya disebut dengan Nilai Awal.

Pada pertemuan kedua dilakukan secara daring melalui Whatssapp Group untuk mereview kelebihan dan kekurangan masing-masing tim hasil pengerjaan LKPD pada pertemuan sebelumnya sehingga murid dapat mengevaluasi kerja tim dengan baik. Kemudian saya lanjutkan dengan memberikan proyek penyusunan proposal penelitian yang harus mereka selesaikan dalam waktu 2 pekan. Selama 2 pekan tersebut, mereka dapat melakukan konsultasi proposal penelitian dengan guru kapanpun dan dimanapun, baik secara langsung maupun personal chat, saat jam pelajaran maupun di luar jam pelajaran fisika. Setelah 2 pekan berlalu, masing-masing tim mempresentasikan proposal penelitiannya melalui virtual meeting. Hasil proposal penelitian menunjukkan ide-ide luar biasa dari murid yang bahkan tidak pernah terpikirkan sebelumnya oleh saya, benar-benar out of the box. Nilai proposal penelitian ini selanjutnya disebut dengan Nilai Akhir.  

Dengan Pembelajaran Berbasis Riset (PBR), murid dapat menggali keterampilan abad 21 yang meliputi keterampilan 4C yaitu Critical Thinking, Collaboration, Communication, dan Creativity. Melalui Pembelajaran Berbasis Riset, saya juga dapat mengatasi learning loss dengan keterbatasan waktu PTMT dan kombinasi PJJ dengan pembagian topik fluida yang murid pilih sendiri sesuai minat mereka untuk kemudian dipresentasikan hasilnya sehingga semua murid memperoleh pengetahuan secara utuh tentang materi fluida. Selain itu, saya dapat menemukan ide-ide hebat dan kreatif dari murid, bahkan pemikiran out of the box yang membuat saya semangat untuk mengembangkan potensi luar biasa mereka pada tahap selanjutnya. Harapan dan tindak lanjut ke depan dari Pembelajaran Berbasis Riset ini, murid dapat mengikutsertakan proposal penelitian mereka dalam suatu perlombaan ilmiah sehingga menjadi pengembangan khazanah keilmuan baru.

Pembelajaran Berbasis Riset (PBR) dapat dilakukan pada mata pelajaran apapun, tidak hanya mata pelajaran IPA. Hal ini dikarenakan dalam model PBR yang ditekankan adalah keterampilan ilmiah dalam memecahkan suatu masalah yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, saya berharap Pembelajaran Berbasis Riset ini dapat diterapkan dan dikembangkan secara terus menerus oleh rekan guru di seluruh Indonesia, baik guru IPA maupun guru mata pelajaran lainnya demi mewujudkan Merdeka Belajar. Semangat Bapak-Ibu Guru Hebat Indonesia, mari bergerak bersama memajukan pendidikan Indonesia yang lebih baik lagi. 

Ikuti tulisan menarik Yustina Jaziroh lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Puisi Kematian

Oleh: sucahyo adi swasono

Sabtu, 13 April 2024 06:31 WIB

Terpopuler

Puisi Kematian

Oleh: sucahyo adi swasono

Sabtu, 13 April 2024 06:31 WIB