x

Gambar oleh Sasin Tipchai dari Pixabay

Iklan

Paulina Rian

Guru SMA Kolese De Britto Yogyakarta
Bergabung Sejak: 1 Desember 2021

Rabu, 8 Desember 2021 12:45 WIB

Memerdekakan Literasi, Memerdekakan NKRI

Merdeka belajar khususnya dengan berliterasi sama halnya dengan perjuangan rakyat Indonesia memerdekakan NKRI. Pembelajaran yang merdeka dan berdaya ubah patut diperjuangkan, namun juga perlu strategi. Maka pendidik menyiapkan siswa sebagai pasukan perang melawan penjajahan rasa malas dan kecetekan berpikir. Kepada mereka juga harus disediakan amunisi dan lapangan tempur.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Gambar Judul Artikel

Berebut perhatian siswa melawan kolonialisme rasa malas dan jumlah ‘suka’ pada media sosial. Ajak siswa menyelam lebih dalam! 

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

            Siapa yang tak kenal sosok Bill Gates? Pernah tercatat di jajaran orang terkaya di dunia pemilik Microsoft yang sampai saat ini produknya digunakan oleh banyak orang termasuk generasi muda masa kini. Tokoh lain, B.J. Habibie misalnya, mantan presiden Republik Indonesia ketiga tentu juga sangat dikenal oleh generasi muda Indonesia. Nyatanya, melalui pengalaman penulis yang merupakan seorang pendidik, memberikan materi biografi pada mata pelajaran Bahasa Inggris, setidaknya kedua tokoh ini menjadi salah dua figur yang dipilih oleh peserta didik untuk mengembangkan diri dan memperdalam pemahamannya dalam mempelajari pengalaman masa lampau beserta makna hidup seseorang.

           Hampir tak ada satupun siswa di kelas yang penulis ajar yang tak mengenal Bill Gates maupun B.J Habibie. Beberapa siswa juga mengungkapkan bahwa mereka tahu kebiasaan membaca yang dihidupi oleh kedua tokoh tersebut. Namun saat sesi diskusi, justru sebagian besar siswa mengaku kesulitan dalam menikmati proses membaca. Sebelum melakukan pembelajaran, penulis melakukan survei sederhana terkait hal yang terlintas saat mendengar kata ‘membaca’ bagi para peserta didik. Melalui survei tersebut, pendidik mendapat kesempatan untuk mendengar beberapa suara siswa seperti “We got overwhelmed even in the very beginning”. Seringkali siswa kesulitan menikmati proses membaca karena bacaan yang cukup panjang ditambah lagi sumber bacaannya menggunakan bahasa asing sehingga mereka lebih mudah terhipnosis oleh kata singkat penuh warna di media sosial.Berapa jumlah pengakuan publik dengan tombol ‘menyukai’ menjadi lebih populer ketimbang seberapa dalam informasi yang dapat diserap.

           Fakta ini tentu menggelitik setidaknya penulis sebagai pendidik. Jika tetangga sebelah, sebut saja media sosial, memiliki seninya sendiri yang mampu memikat hati generasi muda, guru juga perlu memperkenalkan seni membaca. Tantangan lain adalah kondisi pembelajaran daring yang mengharuskan pendidik dan peserta didik bekerja sama demi mengoptimalkan proses belajar yang seharusnya menjadi hak setiap peserta didik. Kesempatan untuk menggerakkan literasi dapat direfleksikan sebagai tantangan maupun peluang. Jangan sampai bacaan hanya menjadi pengantar dongeng tidur dalam pembelajaran. Membaca haruslah menjadi gerbang awal menuju kedalaman  berpikir dan berdiskresi.

           Sistem pendidikan di Indonesia yang mengarahkan pada merdeka belajar membantu dan mendorong pendidik dan peserta didik untuk memiliki pandangan yang terbuka untuk melihat dan menciptakan kesempatan. Penulis memandang merdeka belajar sama halnya dengan perjuangan rakyat Indonesia memerdekakan NKRI. Pembelajaran yang merdeka dan berdaya ubah patut diperjuangkan namun juga perlu strategi. Oleh karenanya pendidik menyiapkan siswa sebagai pasukan perang melawan penjajahan rasa malas dan kecetekan berpikir dengan menyediakan amunisi serta lapangan tempur.

***

Jika siswa ditantang dapat tampil sampai tataran mencipta, maka pendidik harus dapat menciptakan kesempatan bagi siswanya. Menyediakan amunisi dan lapangan tempur.

           Merujuk pada Taksonomi Bloom, tahap menciptakan merupakan tahapan tertinggi dalam proses belajar. Untuk mendukung proses pembelajaran, siswa perlu diberi kesempatan untuk dapat bertanggung jawab dan bangga dengan proses belajar dan pekerjaan yang dihasilkan. Namun seperti halnya ungkapan Jawa ‘guru iku digugu lan ditiru’, guru menjadi suri tauladan bagi siswanya maka guru juga harus mampu didengar dan diteladani, salah satunya dengan berani terlibat dan memberi contoh. Jika siswa diminta untuk dapat mengaplikasikan proses belajarnya pada tahap mencipta, maka guru pun juga harus mampu mencipta, menciptakan kesempatan bagi murid-muridnya untuk belajar dengan hati.

           Edisi belajar merdeka kali ini mengarahkan para siswa untuk melihat permasalahan yang ada di Indonesia kemudian diberi waktu untuk mencari dan berdiskresi menentukan sendiri isu yang menarik bagi mereka. Kemudian, siswa diberikan kesempatan melatih empati, melihat isu yang menggugah hati dan menajamkan mata, menerapkan seni literasi untuk menemukan sosok yang pengalaman dan nilai hidupnya mampu menginspirasi siswa untuk menciptakan aksi yang menggerakkan pada kasus serupa pilihannya. Penulis menyebut arena belajar tersebut dengan From A Life Concern to A Life Lesson  yang tujuan besarnya adalah memberi kesempatan pada siswa untuk secara merdeka memilih, mencoba, dan mempertanggungjawabkan proses belajarnya. Memberi kesempatan untuk mendesain aksi nyata dan makna hidup versi siswa yang lebih baik untuk mengatasi permasalahan yang menjadi keresahan di negeri sendiri. 

Membangun kebiasaan baik sederhana dan mudah sebagai hadiah jangka panjang pembelajaran.

Amunisi pertama ketekunan dari hal menyenangkan

           Sebagai bekal pertama, siswa diajak untuk mencoba mengamati model sederhana, kalimat past tense melalui gim. Setelahnya siswa diajak untuk merefleksikan ilmu yang didapat. Selain proses menuangkan kembali ilmu struktur kata yang siswa temukan selama bermain gim, kedalaman refleksi berujung pada nilai ketekunan untuk terus mencoba merangkai kata dengan tepat. Semakin tangguh siswa dalam bertahan dan bertanding dengan waktu, semakin banyaklah kosakata dan struktur kalimat yang makin kompleks ditemukan. Hal ini juga menjadi jembatan bagi para siswa mengenal rangkaian kalimat menuju arena baca selanjutnya. Nilai ketekunan adalah amunisi pertama yang diberikan pada siswa sebagai salah satu kunci penting agar siswa dapat menikmati dan akhirnya menemukan seni dalam membaca.

Amunisi 1

Amunisi kedua — rasa ingin tahu dan komunikasi kunci berkembang sebagai anggota pasukan perang

           Sebagai bekal kedua bagi para siswa agar dapat menikmati seni membaca, perlu ada ruang di mana para siswa dapat terbiasa memiliki rasa ingin tahu. Para siswa diajak untuk bertanya atas suatu gambar yang dibagikan oleh guru lalu proses dilanjutkan dengan percakapan bersama teman dengan saling bertukar gambar yang dianggap berkesan, saling bertanya dan menjawab berdasarkan apa yang ditanyakan oleh rekan lain. Proses ini mengantar siswa pada proses membangun kebiasaan baik yakni menciptakan rasa ingin tahu melalui cara sederhana sekaligus sebagai sarana berkomunikasi dengan rekan sebaya.

           Dinamika saling mengirim pesan antarteman menjadi sarana keluwesan siswa dalam mengetahui dan membentuk tim belajar yang saling melengkapi dan berpegang pada komitmen untuk saling berkontribusi. Situasi yang wajar terjadi, satu siswa mahir berbahasa Inggris, sedangkan siswa lain menaruh minat dan keahliannya pada bidang lain. Misalnya sejarah, budaya, teknologi, atau update berita terkini. Lalu bagaimana dengan siswa-siswa yang masih berusaha menemukan potensinya? Amunisi kedua ini memungkinkan para siswa untuk berkomunikasi secara positif membentuk komitmen untuk mau berusaha dan berkontribusi. Hal ini juga merupakan wajah konkret pendidikan yang memberi kesempatan. Pembelajaran menjadi bermakna ketika masing-masing pembelajar saling menyadari kemampuan dan potensi serta mengolahnya menjadi lebih dalam dengan tahapan berbagi dalam kelompok belajar. 

Amunisi ketiga — empati, belajar dari ingin belajar dengan hati

           Merefleksikan keresahan atas hal-hal yang belum ‘selesai’ di negeri sendiri. Antarsiswa diberikan kesempatan untuk saling berbagi pandang, menentukan satu permasalahan yang dirasa masih patut diperjuangkan, diselesaikan, atau setidaknya dipelajari untuk perencanaan generasi muda membangun kondisi yang lebih baik. Isu-isu yang menggelitik seperti kebersihan air di tempat terpencil, kebebasan berpendapat, kesehatan mental, pembajakan online, kesetaraan gender menjadi langkah awal siswa belajar dari rasa ingin. Melalui amunisi ini, masing-masing siswa mempunyai alasan untuk hadir dalam diskusi kelompok maupun kelas, mengetahui apa makna dan alasan dibalik apa yang sedang mereka kerjakan dan pelajari.

Amunisi 3

Amunisi keempat — repetisi, menikmati proses mencari dan menemukan sebagai seni membaca

           Fungsi penulis sebagai guru bahasa Inggris adalah memberi ruang dan pendampingan bagi siswa untuk dapat menguraikan proses belajar secara utuh. Jika pelabuhan akhir dari seni membaca adalah kedalaman  berpikir secara kritis, maka kapal yang perlu disediakan menuju pelabuhan tersebut adalah pendampingan membentuk kerangka berpikir agar siswa dapat memahami suatu bacaan secara utuh. Tentunya tiket untuk menaiki kapal tersebut bertuliskan “jangan menyerah sebelum berperang, tenang... kita punya strategi”. Strategi yang dimaksud merujuk pada kekuatan bahasa. Sebagai pembaca, siswa justru diajak untuk menempatkan diri sebagai penulis cerita. Mencari kata apa yang sering diulang, kata apa yang ditampilkan dengan kata lain, dan kata-kata apa yang dijelaskan secara lebih spesifik. Dengan menemukan kata kunci tiap paragraf, siswa dapat menjadi lebih percaya diri untuk melaju ke paragraf-paragraf setelahnya tanpa kehilangan esensi dari tiap bagian bacaan.

Salah satu kelompok mengkonsultasikan hasil kerjanya mengangkat isu sanitasi di daerah 3T.

Latihan Tempur — hari konsultasi

           Siswa diajak untuk bertanggung jawab dan berfokus pada proses dengan cara membagikan proses pekerjaan yang sudah dilakukan; bersikap terbuka atas kesulitan dan hal-hal baik yang ditemukan selama proses kepada rekan-rekan tim lain. Lalu sesungguhnya ruang apa yang sedang diciptakan oleh pendidik pada latihan tempur ini? Proses yang dimaksud ialah manajemen waktu dan pertanggungjawaban kualitas siswa dalam mencari jawaban atas pertanyaan yang ia ciptakan. Fungsi pendidik pada bagian ini adalah menghargai proses dinamika siswa yang berbeda tiap kelompok dengan memberikan umpan balik yang sesuai. Selebihnya, esensi pendidik kembali pada hakikat mencipta yakni memberikan ruang untuk menerapkan semangat kerendahan hati pada siswa untuk mau terus belajar dengan mendengar masukan, mendapat konfirmasi, dan merefleksikan proses berbagi dari kelompok yang lain.

Orientasi Medan Tempur — evaluasi refleksi

           Pembelajaran yang merdeka juga memberi kesempatan untuk memperbaiki dan meningkatkan versi diri yang lebih baik. Proses perbaikan membutuhkan proses refleksi dan evaluasi. Pada tahap evaluasi, penilaian haruslah menjadi milik bersama ya milik guru ya milik murid. Artinya, penilaian yang objektif turut ambil bagian menjadikan semangat kemerdekaan belajar konkret membantu siswa untuk merasa aman untuk terus berproses terhindar dari ketidakadilan penilaian subjektif.

Pertempuran — memperjuangkan kemerdekaan belajar berdaya ubah

           Pada akhirnya, pertempuran sesungguhnya terletak pada ”apakah siswa mau untuk lebih giat membaca?” karena tahap pertempuran dalam memperjuangkan kemerdekaan belajar tidak lagi hanya sebatas apa yang siswa pahami dari suatu bacaan, namun apakah proses belajar diruang merdeka mampu berdaya ubah. Sudah selayaknya penulis sebagai pendidik mendampingi para siswa melawan kolonialisme rasa malas membaca dan kedangkalan informasi dengan memberikan ruang melakukan kebiasaan baik dalam berpikir dan bersikap hingga mereka merasa mudah untuk melakukannya. Bukankah peran pendidik satu ini tak dapat terganti oleh kecanggihan teknologi model apapun?

Refleksi Siswa 1

Refleksi Siswa 2

Refleksi Siswa 3

Ikuti tulisan menarik Paulina Rian lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler