x

Iklan

IIS MASITOH

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 18 November 2021

Rabu, 8 Desember 2021 07:56 WIB

Cerita Pendek

Naskah Cerita Pendek, Lomba Cerpen Indonesiana

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

OUT

 

“Adri !!“ seorang perempuan berkata sambil mencolek pundakku
“Kenapa? Kok bengong terus?” tanyanya
Aku yang sedang tertegun berusaha menelan ludah sembari mulai berkata 
“Nggak kenapa-napa bu”
“Haduhhh driii, Ibu perhatikan akhir akhir ini Kamu bengong terus, mengurung diri di kamar, Coba kamu lihat itu azis anak tetangga, dia bisa berbaur dengan kawan sebayanya. Kamu beneran bakalan diem aja dikamar dan mainin buku-bukumu terus?” ucap ibu sambil terus mengomel
Begitulah ibuku, aku mengerti apa sebenarnya maksud dari perkataan yang ibu lontarkan..
Sebenarnya akupun lelah jika harus terus mengurung diriku dikamar dan berdialog dengan pikiranku saja. 

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

“Buuu...” ucapku mencoba untuk memulai percakapan
“Hmmm..” respon ibu singkat
Akupun bertanya, kataku “Menurut ibu, apakah setiap dari kita telah ditakdirkan untuk bahagia? Seperti alur cerita film-film yang selalu ibu tonton “
Ibu diam tak menjawab
Aku kembali bertanya, “apakah kebahagiaan merupakan tujuan dari kehidupan kita?” 
Ibu menjawab dengan nada kesal “kamu tuh kenapa tanya tanya hal yang ga jelas, makan sana” 

Sikap ibu seperti tadipun sudah menjadi sebuah alasan yang kuat mengapa aku merasa nyaman berdialog dengan diriku sendiri,.. tidak ada seseorang yang dapat menjadi teman bagiku untuk menjawab setiap pertanyaan yang muncul dalam benakku...


---------------------


“Bangun dri, denger tuh ayam jago udah capek berkokok, kalau kamu telat lagi ibu pasti harus berurusan sama guru bk” teriak Ibu diruang tv yang berusaha membangunkanku 
Aku membuka mata dan menyadari hari sudah hampir siang, namun ada cukup waktu bagiku untuk bersiap-siap menuju sekolah.
“Adri berangkat dulu ya bu, Assalamualaikum” kataku sambil menutup pintu.
Ibu hanya menoleh ke arahku dan kembali menonton acara kesukaannya.

Aku berjalan menuju sekolah, kulihat segala hal yang kutemui. Pohon-pohon, aspal, orang-orang dan kendaraan yang berseliweran dijalan, dan hal lainnya.
Akupun berpikir “Bisa tidak ya kutemukan satu orang dari milyaran orang dibumi yang dapat mengerti tentang betapa gilanya pemikiranku ini”

Kulihat teman-teman sebayaku mulai menyapa para guru yang menyambut mereka di gerbang sekolah
“Pagi pak, bu” ucapku sambil tersenyum
“Ya” saut salah satu guru 
Kulihat wajah mereka memandangku dengan masam, berbeda dengan caranya memandang teman sebayaku yg lain.


*Triiiingggg* bel sekolah berbunyi, menunjukan sudah waktunya untuk memulai pelajaran. 

Kulihat Kelas sangat ramai, teman-teman sekelasku mengobrol dan saling bercanda satu sama lain.
Aku duduk dibangku belakang dan hanya mengamati keramaian yang ada dikelasku, kulihat ke sebelah kiri tempat duduk ku, kutemukan perbedaan antara keduanya. Ya! Dalam ruangan kelas yang begitu ramaipun aku masih sendiri.
“Apakah aku adalah orang yang aneh?”
“Apakah aku berbeda?” Tanyaku pada diri sendiri
Lalu kutimpali pertanyaanku sendiri dengan jawaban yang muncul dalam otakku
“ Kamu bukan orang yang aneh, ketika kamu tidak melakukan hal yang biasa orang lakukan kau tetaplah manusia, tak ada orang yang aneh, justru setiap orang itu unik dan perbedaan bukanlah hal yang benar maupun salah”
Aku selalu berusaha menjawab pertanyaan menyedihkan yang muncul, Aku diskusikan apa yang aku pertanyakan dengan diriku sendiri karena memang tak ada yang lebih mengerti kita daripada diri kita sendiri. 
Ku lihat guruku yang mulai membuka penutup spidolnya, dan ia berkata “yang kemarin nilai ulangannya kecil, silahkan remedial di perpustakaan ya”
“Adri” ucap guru itu, aku diam dan menunggu apa yang kemudian akan ia ucapkan , iapun berkata lagi “Silahkan ke perpustakaan sendiri” kata guru sembari tertawa sinis.
Teman-teman yang lain menertawakanku, lalu ada seseorang murid yang berteriak sambil berkata “padahal gampang ulangannya,  tinggal ngafalin doang!!”  Nada bicaranya seolah mengejekku sebagai seorang yang sangat bodoh 
Aku membawa kertas ujian baru dan keluar dari ruang kelas ..
“ ku rasa tak ada yang salah dengan jawabanku, aku menjawab dalam sudut pandangku sendiri, dan aku rasa pendapat yang keluar dibenakku itu tidaklah salah”
Aku memikirkan ucapan temanku dikelas tadi, dan aku berpikir “Apakah aku belajar untuk paham atau untuk hafal saja? Temanku yg mendapat peringkat 1 sangat pandai dalam menghafal. Sehingga jika guru menanyakan suatu hal, ia akan menjawab pertanyaan tersebut dengan akurat serta sesuai dengan apa yang tertuang dari dalam buku”
“Sebenarnya untuk apa kita melakukan ini, apakah kita tidak percaya akan kebenaran yang muncul dalam benak kita sendiri?? mengapa kita tidak berani untuk berpendapat? Apakah kita harus memaksakan seseorang berada dalam persepsi yang sama? Apakah kita disekolah hanya dituntut untuk menjadi robot yang mematuhi apa yang diperintahkan tanpa berpikir apa tujuannya, apa esensinya, apa yang kita dapat....”
“bentar lagi istirahat ya Aa, ulangannya masih belum selesai?’ tanya bu yuyun penjaga perpustakaan. 
“aku tersenyum, sebentar lagi bu Alhamdulilah” timpaku dengan kebohongan karena Aku tak sedikitpun mengisi pertanyaan yang ada.
“Kenapa aku harus sama dengan mereka, kurasa ideku tidak buruk untuk menjawab pertanyaan ini dengan pemikiranku sendiri..”
Sambil menghela nafas aku berkata“Okay, aku tak peduli jika harus remed lagi” aku berjalan menuju kelas dan kuberikan kertas itu kepada guruku
“Padahal tadi asik ya sebelum murid ini datang” ucap guruku yang sama sekali tak memandang ke arahku. 
Aku tak tahu ada masalah apa antara guruku dengan aku, Kurasa guru dan teman sekelasku sangat membenci kehadiranku.
Di sekolah, hanya satu orang yang selalu berkomunikasi denganku, namanya pak mamat yang merupakan tukang kebon di sekolah.
Tak banyak pula yang kita bicarakan, hanya hal-hal ringan dan basa-basi saja.

Terik matahari mulai terasa hingga ke atas kepala, suara adzan dzuhur berkumandang.
“Pelajaran dilanjutkan minggu depan, silahkan pulang” Ucap guruku sambil membereskan barang-barangnya.
Aku Jalan keluar kelas, melewati lorong-lorong dan tak sabar untuk meninggalkan tempat menyedihkan ini. Ku lihat di dekat gerbang sekolah, pak mamat sedang meneguk kopinya
“Adri!! Sini!” teriak Pak Mamat
Tanpa berpikir lama langsung ku hampiri Pak Mamat
“Iya pak, wah enak ya pak ngopi” ucapku sambil tersenyum
“Iya nih baru selesai beresin kebon, kemarin kenapa tak masuk sekolah?’
Belum sempat menjawab pertanyaan, Pak Mamatpun mulai berbicara lagi “guru-guru pada membicarakanmu, sepertinya kamu memang harus cepat lulus agar aman dari orang-orang seperti itu”
Pak mamat memang suka ke ruang guru, sering mengobrol pula dengan para guru. Mereka bersikap biasa saja ketika ada pak mamat, lagipula untuk apa mencurigai seorang tukang kebon.
“ Pak, adri orangnya aneh ya? Sebenernya guru guru bicarain apa disana? Apa sikap adri memang melanggar aturan yang ada?” tanyaku
“Gaada yang salah dengan kamu, justru kamu orang yang keluar dari kotak kedunguan, bukannya memang kita disekolah itu untuk mendapatkan ilmu pengetahuan?’’
“Bapak dengar, Ibu Arin gasuka sama kamu, dia bilang pemikiran kamu radikal, setiap apa yang diajarkan sama guru, selalu kamu pertanyakan. Dia bilang pertanyaanmu bodoh”
aku termenung dan aku berpikir, apakah ini adalah suatu kesalahan? Karena pertanyaan itu selalu muncul secara tiba-tiba dalam benakku dan aku butuh jawaban dalam segala hal yang aku pertanyakan
Pak Mamat memegang pundakku dan berkata “Kamu itu orang yang kritis, tapi tak semua orang siap dengan pertanyaan-pertanyaan hebat yang kamu lontarkan”
“ tapi pakk..” jawabku yang mulai mencoba untuk berargumen
“Ya, bukan berarti kamu harus berhenti mempertanyakan, kamu hanya perlu menemukan tempat yang bisa menerima kehebatanmu. Mungkin akan kamu dapatkan diluar sana”
Aku mulai mengerti dengan apa yang dikatakan Pak Mamat. Ku angkat badanku, berdiri dan mengucapkan
“Terimakasih pak, Adri izin pulang”
“Adri, Kamu murid yang sangat berbeda dengan yang lain, buktikan kalau kamu adalah orang terbaik, Jangan biarkan penilaian mereka tentang kamu mempengaruhi siapa kamu sebenarnya”
Aku pun tersenyum...


Aku sadar bahwa memang banyak keraguan di dunia ini, dunia yang tak pasti yang dibangun dari pemikiran akal manusia yang terbatas. Aku akan tetap berfikir dan mempertanyakan banyak hal didunia ini, walau yang kudapat mungkin bukanlah kebenaran yang sesungguhnya, tapi aku takan menyerah untuk selalu mencari tahu.

 

Ikuti tulisan menarik IIS MASITOH lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terpopuler