Oleh Devisyah, Nina Yuliana
Teori Kecemasan dan Ketidakpastian
Komunikasi adalah suatu alat yang sangat penting di keehidupan social ini, karna komunikasi adalah salah satu alat untuk menyampaikan pesan secara langsung maupun tidak, verbal maupun non verbal.
Berbagai macam jenis komunikasi diantaranya adalah komunikasi antar budaya . Apakah Komunikasi antar budaya itu ?
Menurut Samovar dan Porter (1976:4) berpendapat bahwa Komunikasi antar Budaya adalah komunikasi yang dimana penyampai pesan dengan penerima pesan memiliki latarbelakang budaya yang berbeda.
Berbagai jenis didalam komunikasi antar budaya tersebut, tetapi disini saya hanya akan membahas mengenai salah satu teori yang ada didalam komunikasi antar budaya yaitu Teori Kecemasan dan Ketidakpastian .
Apakah itu Teori Kecemasan dan Ketidakpastian??
Teori kecemasan dan ketidakpstian atau Anxiety / Uncertainty Manegement ini dikemukakan oleh Willian B. Gudykunst. Menurut pendapat Gudykunst menyatakan bahwa setidaknya salahsatu orang yang ada didalam sebuah perjumpaan antarbudaya adalah orang asing. Gudykunst berpendapat bahwa biasanya orang asing mengalami kecemasan dan ketidakpastian.
Beberapa penyebab terjadinya Kecemasan dan Ketidakpastian tersebut antara lain :
- Identitas diri
- Motivasi untuk berinteraksi
- Reaksi terhadap social pada orang asing
- Kategori social pada orang asing
- Proses situsioanal
- Koneksi dengan orang asing
Ada dua macam masalah yang biasa terjadi didalam teori tersebut :
- Manajemen Ketidakpastian , biasa terjadi karena ketidakmampuan dalam memprediksi kepastian
- Manejemen Kecemasan , mengalami perasaan yang gelisah,khawatir dsb,
Keduanya memiliki penyelesaian yang sama yaitu “Mindfulness” diartikan sebagai lebih fokus dalam suatu kondisi sekitar dan memperhatikan apa yang sedang terjadi sehingga bisa lebih mengontrol dan mengendalikan perasaan .
Contoh :
Ada seorang santri baru yang memasuki pondok pesantren yang dimana lingkungkan pondok pesantren tersebut menggunakan Bahasa berbasi arab. Nah, agar seorang santri tersebut dapat menyesuaikan lingkungannya, santri baru tersebut mulai belajar menggunakan Bahasa arab, agar komunikasi menjadi sejalan.
Ikuti tulisan menarik DEVISYAH DEVISYAH lainnya di sini.