x

Ilustrasi anak dan orang tua. Freepik.com/Prostoleh

Iklan

Alin FM

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 30 Maret 2020

Rabu, 15 Desember 2021 12:56 WIB

Ibu Sang Santan kehidupan

Oleh Alin FM Praktisi Multimedia dan penulis

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Oleh Alin FM, Praktisi Multimedia dan penulis

Menjadi seorang ibu bukanlah hal yang mudah. Ada perjalanan panjang untuk membersamai buah hati menuju gerbang kehidupan mandiri. Pengorbanan yang luar biasa tiada henti demi kelangsungan hidup si buah hati.

Ibu bagaikan santan kehidupan anaknya. Bagaimana tidak, ibu harus rela mengandung 9 bulan dengan kondisi kelelahan yang bertambah-tambah. Dari morning sickness, pusing, susah tidur, dan lain-lain. Kemudian melahirkan dengan kontraksi dari 12 jam sampai 48 jam. Tenaga terkuras, mental ditempa, pikiran setenang mungkin menghadapi proses persalinan.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Semua otot pinggang, tulang pinggul, tulang ekor, syaraf yang ada di daerah rahim dan darah bersatu untuk memperlancar proses persalinan. Di atas Ambang batas rasa sakit manusia normal, ada ketika seorang ibu melahirkan. Wajar jika seorang ibu peluh membasahi tubuh untuk menahan rasa sakit yang luar biasa. Jika ia mengeluh, itu bukan malah mengobati malah rasa sakit akan bertambah karena keluhannya.

Mental pun diuji menjelang proses persalinan tiba. Rasa takut pada proses persalinan pun pun dan itu alamiah. Karena seorang ibupun mempunyai hormon adrenalin pemicu rasa takut. Namun rasa takut rasa diatasi dan dikendalikan pada Sang pemilik kehidupan. Ia yakin amanah yang diberikan Sang penciptanya adalah tugas mulia. Suatu kehormatan tersendiri jika itu adalah tugas dari Allah SWT.

Proses persalinan pun tiba. Kepala akan berusaha keluar atas izin Tuhannya. Ia diperintahkan untuk keluar pada waktu yang ditentukan. Kepala yang besar keluar dari rongga vagina dengan bersimbah darah.

Setelah itu tibalah hormon oksitosin bekerja untuk merangsang air susu. Karena dengan itulah ia akan mendapatkan asupan pertama sampai 6 bulan. Menyusui bukanlah perkejaan yang mudah. Ada yang belum ada ASI setelah melahirkan dan ada juga ASI sudah banyak setelah atau sebelum melahirkan.

Ketika teknik menyusui tidak tepat, maka resiko masitis menghadang. Ada pernah merasakannya?? Rasa luar biasa sakit. Kenapa? Karena bagian punting luka ketika menyusui bayi. Tingkat keparahan tergantung penanganannya setelah punting luka. Jika tidak ditangani dengan tepat maka seorang ibu akan mengalami kesakitan yang luar biasa bahkan bisa demam tinggi. 

Namun ada seorang ibu di zaman sekulerisme liberal ini tidak mau menyusui anaknya dengan berbagai alasan. Padahal alangkah ruginya ibu tersebut di akhirat kelak 
Rasulullah SAW bersabda: "Kemudian Malaikat itu mengajakku melanjutkan perjalanan, tiba-tiba aku melihat beberapa perempuan yang payudaranya dicabik-cabik ular yang ganas. Aku bertanya: Kenapa mereka? Malaikat itu menjawab: Mereka adalah para perempuan yang tidak mau menyusui anak-anaknya (tanpa alasan syari)". (HR. Ibnu Hibban dalam shahihnya 7491)

Menyusui adalah kewajiban seorang ibu muslimah. Dan tertulis jelas dalam ayat cinta Yaitu Al-Quranul kariim di dalam surat Al Baqarah : 233

Allah berfirman ; 
”Dan bagi para ibu hendaklah menyusui anak-anaknya selama dua tahun penuh, yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan

Mulianya aktivitas penyusui juga ada pada sabda Rasulullah Saw.
bersabda, "Ketika seorang wanita menyusui anaknya, Allah membalas setiap isapan air susu yang diisap anak dengan pahala memerdekakan seorang budak dari keturunan Nabi Ismail, dan manakala wanita itu selesai menyusui anaknya malaikat pun meletakkan tangannya ke atas sisi wanita itu seraya berkata, Mulailah hidup dari baru, karena Allah telah mengampuni semua dosa-dosamu."

Dan banyak kemuliaan-kemulian lain dari aktivitas menyusui. Lalu membersamai buah dari membersihkan air kencing nya , bannya. Belum lagi mencuci pakaian serta asupan nutrisi bagi anak. 

Kemudian ada fase toilet training yang menguji kesabaran dan ketahanan dari seorang ibu. Jika ibu tak sabar maka proses toilet training pun tidak akan berjalan lancar. 
Fase tumbuh kembang anak terus diperhatikan dan dikawal sampai bisa makan dan mandi sendiri. Lalu bisa membantu ibunya dari membersihkan tempat tidur, menyapu, mengepel, dan lain-lain. Aktivitas motorik dan kognitif anak juga selalu diperhatikan. 

Maka dari itu saya menulis, ibu adalah sang kehidupan karena seorang ibu itu sama halnya seperti santan. Untuk menghasilkan santan, sebutir kelapa harus melalui perjalanan panjang yang menyakitkan. 

Dimulai dari sang kelapa harus jatuh dari ketinggian pohon dan membentur tanah dengan keras. Setelah jatuh sang kelapa kemudian dikuliti. Dipisahkan dengan sabutnya dengan menggunakan linggis. Apakah kemudian santannya sudah ada? Jawabnya belum "not yet".

Sang kelapa kemudian harus dibelah. Selesai dibelah, ia dicongkel menggunakan pisau yang tajam. Selesai dicongkel, sang kelapa harus diparut. Selesai diparut, disiram air lalu diperas. Baru santan itu keluar.

Maka setelah santan keluar, berbagai macam makanan dapat terhidang enak. Gulai, rendang, soto Betawi, empal gentong, berbagai macam sayuran. 

Seperti itulah kehidupan seorang ibu seperti santan. Kesulitan dan tantangan itu memang sunatullah selalu ada. Santan kehidupan akan dinikmati oleh anak-anaknya untuk mengarungi samudera kehidupan. Maka dari itu betapa mulianya tugas seorang ibu dalam Islam.

Sebagai seorang ibu memang harus melalui berbagai macam tantangan dan cobaan apalagi yang mempunyai anak banyak. Ia harus mengerahkan segala upaya Hingga potensi terbaik yang dimilikinya. Hingga kualitas imannya pun ditempa. Belum cibiran ketika anak banyak. Waduh!

Jika hari ini ibu kehidupannya serasa berliku dan penuh perjuangan, mari terus bersemangat. Dekati Allah sedekat - dekatnya. Allah sedang membimbing kita mengeluarkan santan terbaik. Potensi terbaik untuk menjadi yang paling baik  amalnya Ahsanu amalaa.

Jika hari ini ibu merasa hidupnya seperti rolli coster, maka bergembiralah. Bisa jadi Allah sedang melihat kehidupan kita dan mengirim Malaikat-malaikat untuk mengurus kita. Tetap semangat berproses. Semangat memperbaiki iman dan taqwa. Semua orang pernah melakukan kesalahan. Tapi yang paling terbaik adalah yang banyak bertobat dan tidak pernah menyombongkan diri.

Ikuti tulisan menarik Alin FM lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

Sabtu, 27 April 2024 14:25 WIB

Terkini

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

Sabtu, 27 April 2024 14:25 WIB