x

Iklan

Muhammad Nurul Huda

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 15 Desember 2021

Jumat, 17 Desember 2021 13:03 WIB

Secuil Manakib Ulama dari Tanah Magelang, Mbah Siroj Romo Agung

Kisah ulama asal Magelang

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Secuil Manakib Ulama' Dari Tanah Magelang

        Mbah Siroj bin Abdurrasyid  atau yang lebih di kenal dengan nama Mbah Romo Agung ,adalah ulama` yang terkenal dengan perjuangan dan karomahnya. Nama ayah beliau KH.  Abdurrasyid. Mbah romo Agung mempunyai 4 isteri, yaitu:Siti Fatimah, Shafiah,Sumini,Istiqamah.Beliau memilki banyak keturunan salah satunya KH. Anwari Romo Agung.
 
     Riwayat pendidikan Beliau, yaitu:                 
- Pendidikan pertama beliau di Payaman ,Secang, Magelang
- Kemudian melanjutkan ke Temaggung. Akan tetapi, penulis belum tahu pasti dimana beliau belajar.
- Setelah dari Temanggung beliau pergi ke Punduh, Tempuran , Magelang, untuk belajar kepada KH.Ma`sum (paman beliau)
- Setelah itu pergi ke bangkalan, disana beliau belajar kepada KH. Khalil Bangkalan, Mbah kholil juga ulama` yang      terkenal karomahya. Banyak santri pernah belajar bersama beliau seperti: KH Asy`ari (pendiri jamiah NU) oleh karenanya, dari orang besar mengahasilkan orang besar pula.
- Kemudian setelah dari Bangkalan, melanjutkan ke Mekah Al-Mukarromah, selama 8 tahun.
Keilmuan Mbah romo Agung sudah tidak di pertanyakan lagi. Buktinya, karya beliau masih terkenal sampai sekarang, diantaranya: erang-erang sekar panjang, Tafsir Surat Yasin. Beliau juga kyai di Magelang yang pertama kali mengadakan pengajian keliling, masyarakat menyebutnya dengan Nasehat. Pengajian Mbah Romo Agung ini mencakup  wilayah Jogja, Temanggung, Magelang, Wonosobo, Kendal, sampai Semarang.
 
Karena melihat penjajah Belanda semena-mena terhadap rakyat, beliau pernah menantang penjajah Belanda dan akhirnya beliau di tahan di Purworejo. ”Tidak ada kyai yang diam melihat rakyat menjerit” begitulah kata KH.Halim Abdul Rohman, salah satu keturunan Mbah Romo Agung.
 
KAROMAH MBAH ROMO AGUNG
     Suatu ketika Mbah Romo Agung sedang mengisi pengajian Di Parakan, Temanggung . kemudian, setelah selesai beliau pulang menggunakan dokar. Akan tetapi sang kusir ragu karena belum sholat ashar.  ”mbah kyai mau sholat di Parakan atau dimana?” kata kusir. ”di Payaman saja!” jawab Mbah Romo Agung Mendengar jawaban beliau, sang kusir itu heran karena tidak mungkin mencukupi waktu sholat ashar di Payaman,  mengingat jarak sampai Payaman sangat jauh. Sesampainya di Payaman sang kusir mendengar adzan ashar yang membuat dirinya tambah bingung dan keheranan.
 
Pada tahun 1935, Gunung Merapi meletus,dikwatirkan banyak korban yang meninggal karena letusan merapi, melihat kondisi ini, Belanda mencari bantuan kepada para kyai, kemudian oleh Danu Sugondo bupati Magelang yang masih keturuna Basyaiban menyarankan agar meminta bantuan kepada Mbah Romo Agung, Lalu mbah Romo Agung memberikan saran agar mengadakan acara membaca kitab Sahih Bukhari. Kemudian acara ini di adakan di Masjid Agung Magelang dengan dihadiri ratusan kyai. Dengan izin Allah, Gunung Merapi berhenti meletus. Kemudian budaya membaca kitab Bukhari di lestarikan oleh pesantren-pesantren. Pada tiap hari selasa Mbah Romo Agung mengakan pengajian akbar. Suatu ketika acara itu dicurigai oleh Belanda sebagai tempat diskusi melawan penjajah. Kemudian Belanda dengan pesawatnya datang ke Payaman untuk mengebom payaman, ketika Payaman di bom dan ditembaki dari udara, banyak jama'ah yang ada didalam masjid panik dan mbah Romo Agung hanya berzikir, banyak pohon yang tumbang, namun anehnya tidak ada korban nyawa dari serangan tersebut, hanya bagian atap masjid saja yang mengalami kerusakan.
 
 BAMBU RUNCING
      Setelah Indonesia merdeka, selang beberapa waktu datang Belanda denga sekutu-sekutunya di Surabaya. Kemudian ,KH.Hasyim Asy`ari mengeluarkan Resolusi Jihad pada tanggal 22 Oktober 1945. Kemudian KH. Subki (ketua Ormas NU di Temanggung) bertekad untuk berjuang melawan Belanda. Tetapi cara berjuangnya para kyai berbeda halnya dengan para penjajah Belanda,  yaitu santri ikut berjuang karena minimnya senjata. KH.Subki menggunakan bambu runcing sebagai senjata. Akhirnya berita itu menyebar ke penjuru Nusantara. Kemudian, sebagian besar santri yang ingin ikut berjuang datang ke Parakan terutama Jendral Sudirman yang datang dengan persenjataan lengkap. Karena banyak yang datang ke Parakan untuk meminta do'a dan sebagainya, membuat KH.Subki tidak sanggup lagi dan berkata ”mengapa mesti saya? kenapa kalian tidak datang ke KH Siroj Payaman atau KH. Dalhar Watucongol yang lebih tinggi derajatnya, mereka adalah waliyullah. Kemudian, kedua kekuatan itu disatukan untuk nyuwuk (mendoakan) orang yang berdatangan”.
 
AMALAN MBAH ROMO AGUNG
Di dalam dunia pesantren ada yang namanya riadlhoh atau biasa disebut tirakat. Biasanya kyai atau santri mempunyai amalan-amalan untuk meningkatkan ketaqwaan kepada Allah SWT.Adapun amalan yang dilakukan Mbah Romo Agung adalah tidak tidur selama 10  tahun dan banyak berdzikir. Tidak heran kalau Mbah Romo Agung menjadi ulama yang disegani oleh orang banyak karena kesholehan dan kewibawaan beliau. 
 
     Mbah Romo Agung meninggal pada tahun 1958 pada usia sekitar 70 tahun dan beliau dimakamkan di belakang masjid agung Payaman.

Ditulis oleh : Muhammad Nurul Huda dan Rifiyanto
Narasumber : KH. Halim Abdurrohman (Cucu Mbah Siroj Romo Agung)

Ikuti tulisan menarik Muhammad Nurul Huda lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

4 hari lalu

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

4 hari lalu