x

Candi Selogriyo Magelang

Iklan

Muhammad Nurul Huda

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 15 Desember 2021

Sabtu, 18 Desember 2021 15:47 WIB

Candi Selogriyo: Indah dan Bukti Kebencian Manusia

Candi Selogriyo Magelang

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Biasanya candi Hindu dan Buddha di pulau Jawa berada di daerah lereng gunung ataupun bukit yang sulit dijangkau. Begitu pula dengan candi Selogriyo yang berada di lereng Gunung Giyanti (kaki Gunung Sumbing) tepat berada di Desa Kembangkuning Kecamatan Windusari Kabupaten Magelang. Candi ini berjarak kurang lebih 25 KM dari candi Borobudur, sebelum sampai ke candi Selogriyo pengunjung harus berjalan kali melewati persawahan namun jangan sedih ada juga jasa ojek yang siap mengantar ke gerbang utama candi ini.

Sebagaimana candi-candi di Jawa Tengah, candi Selogriyo menghadap ke arah timur yang menandakan candi ini adalah candi Hindu. Candi ini memiliki ukuran yang kecil tingginya kurang lebih 5 meter namun jangan salah candi ini masih memiliki bagian candi yang masih komplit. Bagian bawah candi yang disebut purloka melambangkan makhluk yang berdosa, badan candi yang disebut puwarloka yang berarti orang-orang suci, dan atap candi yang disebut suwarloka atau tempat para dewa.

Uniknya Selogriyo tidak memiliki ukiran di setiap bagiannya namun memiliki arca yang masih berada di tempatnya. Seperti arca Mahakala disebelah timur yang membinasakan dengan senjatanya trisula. Selanjutnya di sisi selatan terdapat arca Siwa Mahaguru yang sebagai pengajar. Di sisi barat terdapat arca Ganesa sebagai menolak balaka dan kesialan. Berikutnya Durga yang menaklukan kerbau yang selanjutnya keluar raksasa kerdil disampingnya. Dan yang terakhir Nandiswara aspek siwa yang natural.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Candi Selogriyo menganut ajaran Siwa Hindu dilihat dari arca-arcanya. Hiasan atas candi ini berbentuk kerucut berpola giometri yang selanjutnya diserap oleh masjid islam terutama masjid Agung Demak. Atapnya melambangkan kekuatan dewa Siwa dan sebagai singgasananya.

Lantas apa saja kebencian manusia terhadap candi ini. Candi Selogriyo pertama kali ditemukan oleh residen Hardman pada tahun 1835 M seorang berkebangsaan Belanda yang cinta akan sejarah tanah Jawa. Setelah menemukan candi selogriyo berselang 7 tahun ia menemukan stupa utama candi Borobudur yang kita kenal. Penemuan pertama candi Selogriyo berupa batuan candi yang telah hancur berserakan, selanjutnya dilakukanlah pemugaran oleh BPCB Jawa Tengah dan Jogjakarta.

Kebencian pertama yang dapat kita lihat yaitu Ikonisme atau hilangnya semua kepala arca yang dilakukan oleh orang yang benci atau marah dengan candi ini. Hampir semua kepala arca ini dihilangkan dengan sengaja serta ada yang terpotong lehernya saja kemungkinan besar pelaku sudah kecapekan dan tidak melanjutkan. Dalam sebuah teori candi ini dibangun abad ke 8 oleh raja Sanjaya yang juga membangun candi Prambanan. Teori lain menyebutkan bahwa candi ini dibuat untuk menyepi Raja Rakai Pikatan karena hutan-hutan di lereng Sumbing adalah petapan atau tempat untuk bertapa raja-raja Mataram Kuno.

Kebencian kedua yang bisa kita lihat adalah vandalisme boleh dibilang badan candi ini memiliki banyak sekali vandalisme yang dilakukan oleh manusia secara liar. Grafiti ini sangat disayangkan terutama bagi pecinta sejarah dan kebudayaan, karena kesakralan dan kemitisan suatu tempat saja tidak cukup melindungi dari tangan-tangan jahil, pelakunya harus diberi hukuman yang setimpal. Mari kita tularkan kecintaan kepada sejarah dan budaya sendiri pada orang-orang terdekat. Karena disaat kita berhenti dengan budaya sendiri pelan tetapi pasti kekosongan itu akan di isi oleh budaya-budaya beda yang tidak sesuai dengan jati diri bangsa Indonesia.

Ikuti tulisan menarik Muhammad Nurul Huda lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler