Spardi Djoko Damono atau yang biasa dikenal dengan SDD adalah salah satu penyair, kritikus satra dan pakar sastra yang sudah menerbitkan puluhan bahkan ratusan puisi yang dikenal se Tanah Air Indonesia. Spardi Djoko Damono (SDD) dipanggil sebagai Maestro karena mampu menerbitkan karya dengan kata-kata yang sederhana namun memiliki arti yang sangat menyentuh dan mengena pada hati. Maestro ini lahir di Surakarta pada tahun 1940-an.
Puisi adalah salah satu bentuk karya sastra yang bermakna. Penulisan puisi sering kali didasarkan pada pengalaman, penglihatan, perasaan, dan keadaan dari penulis saat itu. Tipografilah yang menjadi ciri khas puisi dan membedakannya dari karya sastra lainnya.
Tipografi puisi sangat unik dan sebebas penyair. Ketika penulis mengatakan puisi, puisi disebut puisi. Puisi dan puisi adalah sama. Banyak yang mengatakan bahwa Pantun adalah teks puisi tertulis, dan puisi adalah teks puisi yang dibaca.
Puisi berdasarkan penulisan puisi sangat dipengaruhi oleh keadaan pengarang, dan makna serta pesan yang ingin disampaikan pengarang sering kali sangat mendalam. Puisi juga memiliki banyak arti. Mereka berbicara tentang kehidupan, politik, cinta, hubungan, hubungan hewan, hubungan alam dan banyak lagi.
Pemilihan kata yang sederhana, namun memiliki makna yang mendalam. Butuh berapa kali pengulangan untuk bisa memahami kata-kata sang maestro walaupun sebenarnya ia bilang bahwa puisi bukan untuk dipahami, tapi dihayati. Salah satu puisinya yang berjudul“Pertemuan". Puisi ini bercerita mengenai seorang wanita dan seorang pria yang sedang merindukan satu sama lainnya.
Puisi Pertemuan
Perempuan mengirim air matanya
ketanah-tanah cahaya, kekutub-kutub bulan
kelandasan cakrawala; kepalanya di atas bantal
lembut bagai bianglala
Lelaki tak pernah menoleh
dan di setiap jejaknya; melebat hutan-hutan,
hibuk pelabuhan-pelabuhan; di pelupuknya sepasang matahari
keras dan fana
dan serbuk-serbuk hujan
tiba dari arah mana saja (cadar
bagi rahim yang terbuka, udara yang jenuh)
ketika mereka berjumpa. Di ranjang ini.
Dalam puisi ini Sapardi Djoko Damono menggambarkan seorang wanita yang sedang merindu pada kekasihnya, wanita tersebut menangis, air matanya jatuh ketanah dan membasahi pelupuk pipinya. Sedangkan Sapardi Djoko Damono menggambarkan seorang pria yang sedang menapaki jejak melewati lebatnya dan kerasnya perjalanan hidup.
Seorang pria dan wanita ini sebenarnya ingin bertemu, namun apa boleh dikata mereka terpisahkan sementara, dikarenakan suatu hal. Namun, dikarenakan penantian yang panjang baik serta tulus dari wanita, dan juga sang pria yang tetap memiliki jati diri dalam dirinya, hal ini memberikan dampak/efek yang baik bagi sepasang kekasih ini. Hal ini dikarenakan mereka akhirnya bertemu juga dalam suatu pertemuan yang tidak terduga yang membuat mereka dapat melepaskan rindu satu dengan lainnya.
Ikuti tulisan menarik Mira Azzahra lainnya di sini.