Mudahnya Apresiasi Karya Sastra dengan Pendekatan Pragmatik

Kamis, 23 Desember 2021 17:44 WIB
Bagikan Artikel Ini
img-content0
img-content
Iklan
Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

tulisan ini akan membuka mata masyarakat bahwa melakukan apresiasi karya sastra tidaklah sulit. Beragam pendekatan dibuat untuk memudahkan dalam mengapresiasi karya sastra, salah satunya dengan pendekatan pragmatik. apresiasi karya sastra dengan pendekatan pragmatik dapat dilakukan oleh semua orang. Dalam tulisan ini juga dihadirkan contoh penerapan dari pendekatan pragmatik.

Karya sastra seringkali dipahami sebagai suatu bacaan yang sulit untuk dimengerti. Bahasa yang digunakan dalam karya sastra mengandung beragam majas sehingga perlu ilmu dan pemahaman untuk bisa mengambil nilai dalam karya sastra. Namun, sebetulnya tidak sulit untuk mengambil nilai dalam karya sastra, bahkan orang awam mampu mengapresiasi karya sastra dengan mudah.

Apresiasi adalah kesadaran terhadap nilai seni dan budaya. Apresiasi karya sastra merupakan usaha menilai atau menghargai karya sastra. Sastra adalah ungkapan perasaan, pengalaman, dan pemikiran seseorang yang diungkapkan secara lisan maupun tulisan yang menghadirkan faedah atau manfaat, baik bagi pencipta maupun penikmat. Sastra mengandung nilai dan estetika yang dituang ke dalam sebuah karya yang dikenal dengan istilah karya sastra.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Karya sastra mengandung seluruh aspek kehidupan, baik sosial, ekonomi, politis, budaya, dan lain-lain. Karya sastra dapat dijadikan sebagai alat untuk menyampaikan kritik dan pendapat dengan tujuan untuk membuka pikiran pembaca. Maka dalam buku A Teeuw disebutkan bahwa karya sastra ikut serta dalam pembongkaran masyarakat. Artinya karya sastra dapat membuka pikiran masyarakat serta mengetahui pendapat masyarakat mengenai suatu permasalahan.

Dalam ilmu sastra, ada berbagai pendekatan yang dapat digunakan untuk mengapresiasi karya sastra, salah satunya dengan pendekatan pragmatik. Apa itu pendekatan pragmatik?

Pendekatan pragmatik merupakan suatu pendekatan yang menjadikan pembaca sebagai objek utama, pengertian ini diungkapkan oleh Abrams dalam buku berjudul “Sastra dan Ilmu Sastra”, Pragmatik adalah pendekatan yang menitikberatkan pembaca. Pendekatan ini menempatkan pembaca sebagai subjek yang sepenuhnya berperan dalam menilai dan memahami karya sastra. Terlepas dari benar atau tidaknya penilaian yang dilakukan oleh pembaca.

Keberhasilan pendekatan pragmatik terletak pada sejauh mana karya sastra berguna bagi pembaca ataupun masyarakat mengenai nilai moral, agama, budaya, dan nilai sosial lainnya. karya sastra tidak mempunyai keberadaan sampai karya sastra itu dibaca, pembaca akan menerapkan kode untuk menyampaikan pesan. Dengan latar belakang pemahaman yang berbeda dalam menangkap, memaknai, dan mengapresiasi suatu karya sastra, pembaca sastra dapat menggunakan pendekatan pragmatik ini untuk memahami dan mengapresiasi karya sastra. oleh karena sastra yang sifatnya multitafsir, maka dengan pendekatan pragmatik pembaca bebas memaknainya sesuai dengan kemampuan.

Untuk lebih memahami pendekatan pragmatik dan penerapannya, akan disajikan contoh apresiasi sastra dengan pendekatan pragmatik. Sebenarnya pembaca sudah dapat memaknai karya sastra dimulai dari judul. Novel Merindu Baginda Nabi karya Habiburrahman El Shirazy misalnya, kata “Merindu” memiliki arti menanggung rindu semacam keinginan yang kuat untuk bertemu. Dilanjut dengan kata “Baginda Nabi” yaitu bagi umat islam, beliau adalah manusia yang agung dan dicintai oleh penduduk bumi dan langit hingga akhir zaman. Dari judul yang tersaji, pembaca dapat langsung menafsirkan bahwa buku ini akan berkisah tentang kerinduan terhadap Rasulallah Saw. dan tokoh dalam novel akan digambarkan sebagai sosok yang agamis.

Berikutnya pada novel Belenggu karya Armijn Pane. Setelah membaca judul novel ini, saya langsung teringat pada sebuah rantai yang mengikat leher pelaku kejahatan yang akan dihukum mati. Penafsiran saya sedikit menyeramkan, tapi begitulah saya sebagai pembaca menafsirkan judul novel tersebut.

“Belenggu” dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) V diartikan sebagai alat untuk mengikat kaki atau tangan atau dapat juga berarti ikatan. Itulah makna dari judul novel Belenggu. Lebih lanjut membaca novel karya Armijn Pane yang satu ini, saya merasa novel ini didominasi dengan isu kesetaraan gender dan alur kilas balik masa lalu dari para tokoh dalam novel tersebut. Tokoh-tokoh dalam novel ini terbelenggu oleh masa lalu dan takdir yang tidak sesuai dengan keinginannya. Halangan dan ikatan yang membatasi para tokoh, membuat mereka terikat dan terbelenggu yang membuat mereka tersiksa dan tidak menikmati jalan hidupnya.

Dari dua contoh pendekatan pragmatik tersebut, diharapkan pembaca yang akan mulai menggeluti dunia sastra merasakan kemudahan dalam mengapresiasi karya sastra. Meskipun sastra dihiasi dengan majas dan penggunaan diksi yang jarang dijumpai sehari-hari bukan berarti menjadi sulit untuk dimaknai dan diapresiasi. Penilaian karya sastra dapat dilakukan dengan beragam cara dan pendekatan, salah satunya dengan pendekatan pragmatik.

Bagikan Artikel Ini
img-content
NOVIYANTI URFAH 2020

Penulis Indonesiana

0 Pengikut

Baca Juga











Artikel Terpopuler











Terpopuler di Peristiwa

img-content
img-content
img-content
Lihat semua