x

Budaya positif melalui Kesepakatan Kelas

Iklan

Cut Pusri Ulha

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 29 Januari 2022

Rabu, 2 Februari 2022 08:16 WIB

Aksi Nyata Budaya Positif Melalui Pelaksanaan Kesepakatan Kelas dan Restitusi di SMP Plus ‘Ulumul Qur’an, Aceh Selatan

Artikel ini merupakan bagian dari kegiatan calon guru penggerak dalam rangka mengembangkan keterampilan menulis dan sebagai catatan lapangan dari materi yang telah disampaikan.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Oleh       : Cut Pusri Ulha, S.Pd
Instansi   : SMP Plus ‘Ulumul Qur’an Aceh Selatan
                  CGP Angkatan – 4 , Kab. Aceh Selatan
1. Latar belakang
Merdeka belajar dalam Filosofi pemikiran KHD adalah berpihak pada anak sebagai tempat persemain benih-benih  kebudayaan yang mengacu pada Profil Pancasila.
Dalam penerapan budaya positif yang lama, Guru cenderung menerapkan motivasi ekstrinsik ( hukuman, imbalan, dan penghargaan ) untuk membentuk karakter yang baik pada anak.
Budaya positif di sekolah merupakan nilai-nilai keyakinan dan asumsi dasar yang tumbuh dan berkembang sesuai dengan nilai-nilai yang dianut dan diyakini di sekolah.
Budaya positif tersebut berisi kebiasaan-kebiasaan yang sudah disepakati bersama dan dijalani dalam waktu yang lama dengan memperhatikan kodrat anak dalam hal ini kodrat alam dan kodrat zaman serta keberpihakan pada anak.
Hal ini sesuai dengan Tujuan Pendidikan Ki Hajar Dewantara yaitu menuntun segala kodrat yang ada pada anak agar mereka dapat mencapai kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat.
2. Tujuan
Menciptakan peserta didik yang memiliki nilai-nilai kebajikan pada diri, berfikir kritis, mandiri, bertanggung jawab, serta berprestasi.
3. Tolak ukur Keberhasilan
Saat siswa  mampu secara sadar mematuhi tata tertib di sekolah sehingga mewujudkan siswa yang memiliki karakter  , beriman dan bertakwa kepada Tuhan YME ,berakhlak mulia , mandiri, bertanggung jawab dan berprestasi sebagai bentuk budaya positif di sekolah
4. Deskripsi Aksi Nyata
Aksi nyata yang saya lakukan yaitu meminta izin dan dukungan kepada kepala sekolah terkait aksi nyata yang akan dilakukan. Untuk mewujudkan Budaya Positif di sekolah langkah awal membangun budaya positif di kelas yakni dengan membuat kesepakatan kelas ( keyakinan kelas ) dengan cara membuat beberpaa pertanyaan pemandu untuk menyusun kesepakatan kelas,Serta melakukan tindakan penyelesaian masalah melalui Restitusi.
5. Liminasi Tindakan yang akan dilakukan
Adapun rincian dan tindakan aksi nyata yang akan dilakukan adalah
Minggu 1
  1. Meminta izin dan dukungan kepada kepala sekolah terkait Aksi Nyata yanga akan dilakukan ( 3 Januari 2022)
  2. Mensosialisasikan budaya positif kepada rekan sejawat ( 5 Januari 2022)
Minggu II
  1. Pengenalan budaya positif
  2. Membuat kesepakatan kelas
  3. Membimbing siswa dalam penerapan Aksi Nyata Budaya Positif
Minggu III
  1. Membantu penyelesaian masalah siswa melalui Restitusi
(penanganan kasus, 18 januari 2022 )
Minggu IV
  1. Menumbuhkan kebiasaan-kebiasaan dalam Aksi Nyata menjadi pembiasaan Budaya Positif di sekolah
6. Dukungan yang di butuhkan
Untuk kelancaran dari Tindakan aksi nyata yang dilakukan di sekolah pastinya membutuhkan dukungan dari berbagai pihak yaitu kepala sekolah, rekan sejawat, siswa, dan orang tua serta sarana dan prasarana sekolah.
7. Hasil aksi nyata
Kegiatan aksi nyata melalui membangun kesepakatan kelas membuat siswa merasa lebih percaya diri karena ikut terlibat dan menjadi bagian dalam pengambilan keputusan di kelas
Rekan guru di sekolah juga ikut antusias ingin juga membuat kesepakatan kelas yang berpihak kepada murid. Siswa semakain percaya diri setelah penyelesaian masalah melalui pendekatan restitusi.
8. Pembelajaran yang di dapat dari pelaksanaan
a. Factor pendukung ( keberhasilalan )
Dukungan kepala sekolah, rekan sejawat, siswa, dan orang tuaa murid.
Kreativitas yang muncul dapat dislaurkan dengan cara menumbuhkan kebiasaan-kebiasaan yang baik sehingga akhirnya menjadi budaya positif yang dapat di terapkan tidak hanya di linkungan sekolah namun juga di lingkungan masyarakat.
b. Tantangan
Perbedaan karakteristik yang beragam, adaptasi dari budaya lama ke budaya baru membutuhkan proses, dan waktu serta hasil yang bertahap.
9. Rencana perbaikan untuk pelaksanaan di masa mendatang
Dengan adanya kesepakatan kelas dan penyelesaiana masalah melalui restitusi ini di tahun ajaran baru nanti harapan saya menjadi sebuah Langkah awal pembiasaan yang positif sehingga dapat menerapkan Merdeka Belajar dan ilmu lainnya yang saya dapatkan dari program guru penggerak ini.

 

Ikuti tulisan menarik Cut Pusri Ulha lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terpopuler