x

Mwrdeka

Iklan

Supartono JW

Pengamat
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Rabu, 23 Februari 2022 08:18 WIB

Mengapa Harus Memalak?

Raja pun dengan terang-terangan memalak rakyat jelata untuk memenuhi kebutuhannya, dengan aturan paksa pula. Kasihan si jelata, terus dibikin susah, terus terganggu dan diganggu, terus diminta paksa, terus diperas. Tapi, tak seperti rakyat jelata yang terus dibikin menderita, menjerit, Raja itu tetap tersenyum. Teriakan rakyat jelata tak pernah didengar. Penderitaan rakyat jelata tak pernah terlihat. Oleh mata hatinya.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Mengapa tetap bisa tersenyum di saat yang lain dibikin menderita? Ya, namanya juga dongeng.

Dahulu kala, ada kisah di negeri dongeng. Ada pemimpin yang menempatkan dirinya seolah Raja. Padahal aslinya dari rakyat jelata.

Tabiatnya, bikin rakyat jelata terus susah. Mungkin, hatinya memang terbuat dari batu. Matanya pun sepertinya tak melihat.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Saat manusia-manusia jelata lainnya, terus menderita didera ketidakadilan dan ketidakberperkemanusiaan berkepanjangan yang katanya sudah merdeka.

Nyatanya, kemerdekaan itu terus sekadar mimpi. Sebab, yang merdeka dan terus menjajah, justru sesama manusia yang asalnya jelata, tetapi menganggap dirinya Raja.

Lalu, mengambil kesempatan dengan caranya, mengubah dirinya dengan berbagai muslihat hingga seolah dapat amanah memimpin, meski bukan keturunan Raja.

Di masa kepemimpinnya, semua dihalalkan dengan berbagai dalih. Apa pun maunya harus terwujud.

Siapa melawan maka ada pasukan pertahanan di dunia maya. Ada pasukan pengaman dan pengadil di dunia nyata, bila si jelata berani menentang.

Untuk mempertahankan kekuasaan, semua alat dikoordinir. Raja pun memaksa bikin monumen untuk catatan sejarahnya, di tengah kesusahan rakyat jelata.

Bila sebelumnya, demi mempertahankan jajahannya, rakyat jelata selalu dijadikan atas nama dan kambing hitam.

Raja pun dengan terang-terangan memalak rakyat jelata untuk memenuhi kebutuhannya, dengan aturan paksa pula.

Kasihan si jelata, terus dibikin susah, terus terganggu dan diganggu, terus diminta paksa, terus diperas.

Tapi, tak seperti rakyat jelata yang terus dibikin menderita, menjerit, Raja itu tetap tersenyum. Teriakan rakyat jelata tak pernah didengar. Penderitaan rakyat jelata tak pernah terlihat. Oleh mata hatinya.

Sebenarnya, kasihan Si Raja. Tanpa disadarinya, dia sedang menjatuhkan dirinya sendiri.

Seolah menggali lubang kuburnya sendiri. Mungkin, karena akibat dari beban yang ditanggung. Atau lainnya? Kira-kira, bagaimana akhir kisah Si Raja? Bagaimana dengan rakyat jelata? 

Apakah Si Raja akan terus tersenyum di atas derita Si Jelata?

Ikuti tulisan menarik Supartono JW lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

5 hari lalu

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

5 hari lalu