x

Iklan

Syarifudin

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 29 April 2019

Senin, 28 Februari 2022 15:52 WIB

Tukang Ngomong Praktik Kosong, Jadilah Manusia Literat

Pegiat literasi dilarang banyak omong. Karena tukang ngomong biasanya omong kosong. Hanya sensasi bukan esensi. Lebih baik baca daripada ngomong

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Makin canggih zaman, makin banyak orang yang doyan ngomong. Orang-orang yang jadi tukang ngomong. Lebih banyak bicara daripada kerja. Lebih banyak cari alasan daripada lakukan perbuatan. Bahkan cenderung jadi fitnah, gibah, dan gosip. Tukang ngomong, terlalu banyak omong.

 

Tukang ngomong, biasanya hanya mencari sensasi dari esensi. Lihat saja di TV-TV, di seminar-seminar bahkan di kampung-kampung, ada banyak tukang ngomong. Segala hal boleh diomongkan. Walau tidak tahu banyak atau tidak punya ilmunya. Apalagi ditambah gaya dan mimic ngomongnya, wow kesannya luar biasa. Sambil mencibir, sambil matanya melotot. Begitulah ciri tukang ngomong. Sehari-harinya dihabiskan untuk ngomong walau sia-sia.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

 

Tukang ngomong itu artinya “jago ngomong”. Kerjaannya hanya bicara. Tidak punya kerjaan lain. Persis seperti jago bola, jago lukis. Sayangnya, tukang ngomong hanya jago ngomong doang. Tidak jago kerja, tidak jago berbuat. Dan akhirnya, segala rupa diomongin. Jadilah, omong kosong.

 

Tukang ngomong itu selalu merasa benar. Sementara orang lain selalu salah. Negara harusnya begini, pandemi Covid-19 semestinga begini. Presiden harusnya begini. DPR disuruh begini. Semuanya harus begini, harus begitu. Begitu kata tukang ngomong. Terlalu banyak omong, jadi seolah semuanya bisa kelar karena omongan. Maklum, tukang ngomong.

 

Namanya tukang ngomong, Hanya bisa bicara tanpa bisa berbuat. Banyak alasan tanpa ada tindakan. Semunya hanya omong kosong. Tukang ngomong sering lupa, bahwa mulutmu harimaumu. Penuh keluhan, sumpah-serapah, hingga menyalahkan orang lain. Hingga tinggal tunggu waktunya, jadi bumerang untuk diri sendirinya.

 

Sudahlah, jangan banyak omong. Tapi perbanyaklah perbuatan baik. Atau minimal diam. Bila ada masalah yang beri solusi atau kerjakan saja. Karena apa pun, tidak ada yang bisa kelar bila hanya diomongkan. Ngomong memang gampang. Tapi lebih gampang menjaga lisan, sedikitkan ucapan. Karena di situ, ada keselamatan ada keberkahan.

 

Maka spirit itulah yang dibangun TBM Lentera Pustaka di kaki Gunung Salak Bogor. Mengajarkan anak-anak untuk banyak membaca buku, bukan banyak omong. Agar tidak mudah ngomong yang tidak ada ilmunya. Apalagi berkeluh-kesah dan berkoar-koar seperti orang benar. Agar terwujud anak-anak dan masyarakat yang literat. Mampu memahami realitas dan fokus pada perbuatan bukan omongan. Karena sejatinya, lebih baik membaca buku atau diam daripada banyak omong dan berkata-kata tanpa makna.

 

Jadi tukang ngomong itu boleh. Asal diikuti perbuatan. Bukan malah diperdebatkan. Lalu jadi viral dan menambah kisruh. Tukang ngomong lupa akibat dari omongannya. Hanya jago ngomong tanpa jago berbuat. Harusnya apa yang diomong sama dengan apa yang diperbuat. Maka berhati-hatilah. Jangan banyak omong. Karena biasanya, tukang ngomong itu orang frsutrasi. Banyak ngomong karena mereka sedang memperjuangkan mimpi-mimpi mereka yang tidak tercapai.

 

Jangan banyak omong, banyaklah berbuat. Karena hadist Nabi Muhammad SAW menyebut “yang paling aku takuti atas kamu sesudah aku tiada adalah orang munafik yang pandai bersilat lidah." Terlalu banyak omong, salam literasi #TamanBacaan #PegiatLiterasi #TBMLenteraPustaka

 

Ikuti tulisan menarik Syarifudin lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler