x

ilustrasi,hubungan Dua Manusia. Pixabay.com

Iklan

Maryam Mahdiyyah

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 16 Maret 2022

Kamis, 17 Maret 2022 16:16 WIB

Ummu Darda As-Sughra, Muslimah Tabiin yang Ilmunya Seluas Lautan


Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Agama Islam tidak membatasi umatnya untuk mengambil pelajaran hidup darimana saja, termasuk dari kisah tabi’in rahimahunnallah, yang mana kisah mereka bak mutiara di dasar lautan, tersembunyi, tetapi memesonakan pandangan, serta memancarkan keindahan. Akhlak mereka pun tak kalah harum diceritakan apabila dianalogikan dengan kuntum-kuntum bunga di taman.

Bila mendengar kisah wanita di zaman khoirul qurun, yang terlintas dalam benak kita akan sempit dengan kisah istri-istri dan anak-anak perempuan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassalam saja. Padahal mutiara di dasar lautan yang lebih dalam sangatlah banyak dan tak kalah memesona. Salah satunya Ummu Darda’ rahimahallah.

Ummu Darda’ rahimahallah, seorang anak perempuan yatim yang diasuh oleh Abud Darda’ radhiyallahu ‘anhu, ‘Uwaimir Al-Anshari. Nama lengkapnya Hujaimah bintu Huyai Al-Washshabiyah rahimahallah. Ia berasal dari Washshab, salah satu kabilah di Himyar.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Selama dalam asuhan Abu Darda’ radhiyallahu ‘anhu, Hujaimah kecil biasa diajak oleh Abud Darda’ menghadiri salat berjamaah di tengah saf laki-laki dengan mengenakan burnus, sejenis pakaian yang mempunyai penutup kepala, dan duduk bersamanya di halaqah-halaqah para pembaca Al-Qur’an untuk mempelajari Al-Qur’an. Ketika mulai beranjak besar, Abud Darda’ radhiyallahu ‘anhu menyuruh Hujaimah untuk bergabung dengan saf para wanita.

Hujaimah dewasa kemudian meneruskan pencarian ilmunya ke beberapa sahabat ternama. Sebut saja Fadhalah bin Ubaid Al Anshari, Salman Al Farisi, Kaab bin Ashim Al Asy’ari, Abu Hurairah hingga Sayyidah Aisyah binti Abu Bakkar radhiyallahu ‘anhum.

Kegigihan Hujaimah dalam menimba ilmu ternyata memenangkan hati Abu Darda’ radhiyallahu ‘anhu, yakni ayah angkatnya sendiri sehingga memutuskan untuk meminang Hujaimah. Karena hal tersebut juga, Hujaimah menyandang gelar Ummu Darda’ As-Sughra yang berarti yang kecil, sementara gelar Al-Kubra untuk ibu angkatnya, Khaira radhiyallahu ‘anha, istri pertama Abu Darda' yang telah meninggal dunia.

Dari kecerdasan yang dimiliki Ummu Darda’ rahimahallah mengantarkan pada sebuah kisah. Yang mana beliau pernah menegur maulanya, Usman bin Hayyan saat makan malam bersamanya. Usman yang lupa membaca basmalah akhirnya ditegur oleh Ummu Darda’ rahimahallah.

“Janganlah kalian lupa membumbui makanan kalian dengan zikir. Makan disertai memuji Allah itu lebih baik daripada makan sambil diam saja (tidak memuji Allah),” begitulah pesan Ummu Darda’ rahimahallah.

Apa yang dilakukan Ummu Darda’ rahimahallah adalah perilaku yang benar. Bahkan beliau telah mengamalkan apa yang Allah perintahkan dalam surat Ali Imron ayat 104 yang berbunyi,

وَلْتَكُنْ مِّنْكُمْ اُمَّةٌ يَّدْعُوْنَ اِلَى الْخَيْرِ وَيَأْمُرُوْنَ بِالْمَعْرُوْفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ ۗ وَاُولٰۤىِٕكَ هُمُ الْمُفْلِحُوْنَ

"Dan hendaklah di antara kamu ada segolongan orang yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar. Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung.”

Termaktub dalam ayat tersebut, bahwasanya Allah memerintahkan  untuk menyuruh berbuat makruf dan mencegah dari perbuatan mungkar. Begitupun Ummu Darda rahimahallah, selain beramar makruf, beliau juga berani mencegah yang mungkar dengan ilmunya. Beliau pernah berihtisab terhadap seseorang yang salah dalam memahami maksud meminta rezeki dari Allah Ta’ala.

Pada suatu kesempatan beliau pernah mendengar pemahaman sebagian orang bahwa mencari rizki dari Allah berarti tidak menerima pemberian seseorang. Beliau mengingkari pemahaman ini dengan menjelaskan apa yang semestinya dilakukan saat seseorang diberi suatu pemberian.

Al-Hafizh Adz-Dzahabi menyebutkan dari Utsman bin Hayyan yang berkata: Saya mendengarkan Ummu Darda’ rahimahallah berkata: “Sesungguhnya seseorang dari mereka berdoa ‘Ya Allah berilah saya rizki’. Sedangkan dia tahu bahwa Allah tidak akan menurunkan hujan emas atau perak, namun Allah memberikan rizki kepada sebagian makhluk melalui makhluk lainnya. Maka siapa saja yang diberi sesuatu hendaklah dia menerima. Jika dia orang yang cukup maka hendaklah ia memberikan kepada yang butuh. Atau kalau dia sendiri fakir maka hendaklah dia menjadikan pemberian itu sebagai bantuan untuk dirinya.”

Dari kisah di atas, kita bisa mengambil pelajaran dan qudwah atau keteladanan Ummu Darda’ dalam mencegah hal yang mungkar dengan lisan. Sebagaimana yang telah disabdakan Rasulullah dalam sebuah hadis riwayat Muslim,


مَنْ رَأَى مِنْكُمْ مُنْكَرًا فَلْيُغَيِّرْهُ بِيَدِّهِ فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِلِسَانِهِ وَمَنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِقَلْبِهِ وَذَلِكَ أَضْعَفُ الْإِيْمَانِ

"Barangsiapa di antara kalian melihat kemungkaran, maka hendaknya ia menghilangkannya dengan tangannya. Jika ia tidak mampu, maka dengan tangannya. Jika ia tidak mampu, maka dengan hatinya. Dan dengan hati ini adalah selemah-lemahnya iman.”

Selain karena kekayaan ilmunya, Ummu Darda’ rahimahallah digambarkan sebagai istri yang setia, santun, hormat, dan taat pada sang suami. Sikap hormatnya dapat terlihat dari caranya memanggil Abu Darda’ radhiyallahu ‘anhu dengan sebutan ‘tuanku’.

Suami Ummu Darda’ rahimahallah, Abu Darda radhiyallahu ‘anhu, adalah sahabat Rasulullah yang juga sangat gigih dalam berdakwah, zuhud dalam dunia, dan sangat takut dengan Rabbnya. Pernikahan Ummu Darda’ rahimahallah dengannya, makin membuat semangat belajarnya membara-bara. Ia pun tak pernah bosan menimba ilmu dengan mengikuti berbagai majelis. Dirinya bahkan disebut-sebut sebagai murid kesayangan sayyidah Aisyah radhiyallahu ‘anha untuk belajar hadits. Sementara Sahabat Nabi yang lain, Utsman bin Affan radhiyallahu 'anhu mengatakan bahwa Ummu Darda' rahimahallah merupakan pakar fiqih yang berwawasan luas.

Di samping itu, Ummu Darda rahimahallah adalah seorang ahli ibadah yang zuhud. Pernah suatu hari, Ibnu Maisharah berkata, “Suatu ketika, kami mendatangi Ummu Darda’ rahimahallah, ketika itu ada beberapa perempuan di sisinya. Mereka semua adalah perempuan yang menghabiskan malam-malamnya untuk bertahajud sehingga kakinya sampai bengkak.”

Mengenai kesetiannya, Ummu Darda’ rahimahallah pun selalu menyemangati dan mendukung suaminya dalam langkah-langkah kebaikan. Ia selalu rida mengorbankan dirinya dan suaminya di jalan-jalan dakwah. Ia tidak pernah mengeluh ketika sang suami pergi jauh ke Syam dan Cyprus untuk berdakwah. Karena ia yakin meskipun apa yang ia jalani di dunia bukanlah sesuatu yang mudah, akan tetapi apabila dilalui dengan keikhlasan, maka akan berbuah manis dia akhirat kelak yaitu surga.

Setelah mengetahui kisah emas Ummu Darda’ rahimahallah, mari kita bandingkan dengan keadaan wanita-wanita muslimah zaman ini. Betapa mirisnya hari ini, wanita sengaja dirusak oleh orang-orang yang tidak menyukai Islam. Mereka mengetahui, cara menghancurkan Islam adalah dengan merusak wanitanya. Kita bisa melihat sekarang, betapa hancurnya sebagian wanita yang menyatakan dirinya berislam dan beriman, akan tetapi mereka memamerkan apa yang harusnya disembunyikan. Memamerkan sifat tabarruj jahiliyyah seperti halnya keluar dari rumah dan berjalan di antara laki-laki, wanita yang berjalan lenggak-lenggok (genit), wanita yang memakai wewangian, wanita yang berjalan di tengah jalan dengan mengenakan pakaian dari batu permata, dan wanita yang mengenakan kerudung tetapi tampak perhiasan di leher dan telinga. Terlebih lagi mereka yang dengan mudahnya berjoget di sosial media yang bisa di ekspos dari seluruh dunia tanpa adanya rasa malu, naudzubillahmindzalik.

Kita sangat membutuhkan Ummu Darda’-Ummu Darda’ zaman ini. Wanita salehah yang mau dan rida berjuang di jalan yang sulit, jalan dakwah. Mereka yang mau mengajak orang lain dalam kebaikan, mengajak keluarga dan teman-temannya untuk mengikuti kajian dakwah, mengingatkan dengan ketaatan membuat halaqah bersama dan lain sebagainya.

Selain mengajak kepada kebaikan, umat ini juga sangat membutuhkan muslimah yang berani mencegah kemungkaran baik dengan tangan, lisan maupun hatinya. Mereka yang berani mengingatkan sesamanya yang sedang terjerumus dalam kelalaian. Mereka yang berani mengatakan bahwa yang batil adalah batil dan yang haram adalah haram.

Akan tetapi perbuatan amar makruf dan nahi mungkar tersebut harus berlandaskan bashirah atau ilmu dan tidak boleh serampangan, namun bagi mereka yang tidak memiliki kemampuan belajar agama dengan baik, bukan berarti ia tidak bisa berdakwah. Ada banyak cara berdakwah selain berdiri di atas mimbar, seperti bersedekah kepada panti asuhan, membersihkan masjid, ikut dalam kepanitiaan kajian kecil, atau bahkan hanya sekadar mengirimkan link kajian di sosial media sahabatnya. Salah satu cara yang juga dicontohkan oleh Ummu Darda’ rahimahallah adalah mendampingi dengan setia langkah dakwah suaminya. Ia rida dengan apa yang suaminya lakukan selama berada dalam posros kebaikan. Jadi, meskipun kita hanya berada di belakang layar dakwah dengan menyiapkan makanan di pagi hari untuk suami, atau menyemangatinya saja sudah termasuk berkontribusi dalam jalan dakwah.

Lebih penting dari semua itu adalah keistiqamahan memegang prinsip dakwah ini. Meski apa yang kita kontribusikan hanya bagaikan sekapur sirih di lautan, namun kita istiqamah, itu lebih baik. Semoga Allah membalas apa yang kita usahakan untuk umat dengan surga-Nya yang mengalir di bawahnya sungai-sungai. Amin.

 

Referensi:

https://kisahmuslim.com/6550-abu-darda-orang-bijaknya-umat-ini.html, diakses pada tanggal 27 Febuari 2022 pada pukul 01.30 WIB

https://muhammadiyah.or.id/amar-maruf-nahi-munkar/, diakses pada tanggal 27 Febuari 2022 pada pukul 01.30 WIB

https://muslimahdaily.com/story/hikmah/item/5425-meneladani-kesetiaan-ummu-darda-kepada-sang-suami.html, diakses pada tanggal 27 Febuari 2022 pada pukul 01.30 WIB

https://news.detik.com/berita/d-5565256/tanda-tanda-wanita-akhir-zaman-menurut-rasulullah, diakses pada tanggal 27 Febuari 2022 pada pukul 01.30 WIB

 

*Mahasiswi Angkatan III Prodi Komunikasi dan Penyiaran Islam STIBA Ar Raayah Sukabumi

Ikuti tulisan menarik Maryam Mahdiyyah lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terpopuler