x

Membimbing siswa dalam menulis karya sastra dengan konsep merdeka belajar

Iklan

Rita Zahara

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 9 April 2022

Minggu, 10 April 2022 12:53 WIB

Kajian Sastra dalam Pembentukan Karakter Siswa

Sastra mempunyai peranan penting dalam pembentukan karakter siswa, karena di dalam sastra terdapat berbagai nilai-nilai kehidupan yang berkaitan dengan karakter siswa. Untuk lebih jelasnya, mari kita simak bacaan di bawah ini!

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Siswa adalah generasi muda dan generasi penerus yang akan menjadi pemilik masa depan sebuah bangsa. Akan seperti apa wajah keadaan bangsa Indonesia di masa depan, sangat bergantung dengan bagaimana kita membentuk karakter siswa sejak sekarang. Pembentukan karakter siswa sangat penting karena keadaan dalam kehidupan bermasyarakat saat ini cukup memprihatinkan. Ketika kita seperti kehilangan sebuah harapan pada para elit politik dan pemimpin bangsa saat ini, maka harapan kita tinggal bergantung pada para generasi penerus masa depan tersebut. Oleh karena itu, membangun karakter siswa sejak sekarang telah menjadi pekerjaan bersama, khususnya para guru dan orang tua.

Pengajaran sebuah sastra diyakini dapat membantu proses pembentukan karakter siswa, karena di dalam karya sastra terkandung nilai-nilai positif, dari nilai-nilai budaya, sosial, moral, kemanusiaan, hingga agama. Sastra memiliki sebuah peran yang sangat penting dalam pembentukan karakter. Hal ini disebabkan, karena karya sastra pada dasarnya menerangkan berbagai nilai-nilai sebuah kehidupan yang berkaitan langsung dengan pembentukan karakter siswa. Sastra dalam pendidikan berperan untuk mengembangkan aspek kognitif, afektif, psikomotorik, mengembangkan bahasa, mengembangkan kepribadian, dan mengembangkan pribadi sosial.

Karya sastra dapat berfungsi sebagai media pembersih diri. Aristoteles seorang filsuf dan ahli sastra menyatakan salah satu fungsi sastra yaitu sebagai media katarsis atau pembersih jiwa bagi penulis maupun pembacanya. Bagi pembaca, setelah membaca sebuah karya sastra perasaan dan pikiran terasa terbuka, karena telah mendapatkan hiburan dan ilmu (Kanzunuddin, 2012 : 202). Dan juga bagi penulis, setelah menghasilkan karya sastra, jiwa akan mengalami pembersihan, lapang, terbuka, karena telah berhasil mengekspresikan semua yang menjadi beban dalam perasaan dan pikirannya.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Sastra sebagai media pembelajaran dapat dimanfaatkan secara reseptif atau bersifat menerima, yaitu karya sastra sebagai media pembentukan karakter yang dilakukan dengan pemilihan bahan ajar dan pengelolaan proses pembelajaran. Karya sastra yang dipilih sebagai bahan ajar yaitu karya sastra yang berkualitas, yakni karya sastra yang baik secara estetis dan etis. Maksudnya, karya sastra yang baik dalam konstruksi struktur sastranya dan mengandung nilai-nilai yang dapat membimbing siswa menjadi manusia yang baik (Kanzunuddin, 2012 : 202).

Dalam pengelolaan proses pembelajaran, guru harus mengarahkan siswa dalam proses membaca sebuah karya sastra. Guru harus mengarahkan siswa untuk dapat menemukan nilai-nilai positif dari sebuah karya sastra yang telah mereka baca. Guru tidak boleh membebaskan siswa untuk menemukan dan menyimpulkan sendiri nilai-nilai positif yang telah diperoleh dari karya sastra dalam kehidupan sehari-hari.

Sastra sebagai media pembelajaran dapat dimanfaatkan juga secara ekspresif, yaitu karya sastra sebagai media pembentukan karakter dengan cara membimbing siswa untuk mengelola emosi, perasaan, semangat, pemikiran, ide, gagasan, dan sebuah pandangan siswa ke dalam bentuk kreativitas seperti menulis novel, puisi, pantun, dan cerpen, dan juga mengasah kemampuan untuk berakting dalam drama, teater atau film.

Sastra dapat dilihat dari beberapa aspek. Dari aspek isi, yaitu jelas bahwa karya sastra sebagai karya yang imajinatif dan tidak lepas dari sebuah realitas. Karya sastra merupakan cermin sebuah zaman. Berbagai hal yang terjadi pada suatu waktu, baik positif maupun negatif yang direspon oleh pengarang. Dalam proses penciptaannya, pengarang melihat bagaimana fenomena-fenomena yang terjadi di masyarakat itu secara kritis, kemudian mereka mengungkapkannya dalam bentuk yang imajinatif.

Fungsi sastra adalah dulce et utile, yang artinya indah dan bermanfaat. Dari aspek gubahan, sastra disusun dalam bentuk yang apik dan menarik sehingga membuat orang senang membaca, mendengar, melihat, dan menikmatinya. Sementara itu, dari aspek isi ternyata karya sastra sangat bermanfaat. Di dalamnya terdapat nilai-nilai pendidikan moral yang berguna untuk menanamkan pendidikan karakter (Haryadi, 2011 : 4).

Karya sastra yang berupa puisi, cerpen, drama, maupun novel, mengungkap berbagai tema yang berkaitan dengan kehidupan manusia. Tema-tema karya sastra dapat dikelompokkan untuk dijadikan sebuah media pendidikan karakter secara reseptif, kemudian dibuat simulasi atau metode latihan yang memperagakan sesuatu dalam bentuk tiruan yang mirip dengan keadaan yang sesungguhnya, di dalam kelas atau di luar kelas. Hal tersebut akan menarik bagi siswa dalam kaitannya dengan penanaman nilai-nilai karakter.

Dengan model tersebut, siswa dilatih untuk mengimplementasikan nilai-nilai karakter yang diperoleh dari sebuah karya sastra. Apabila simulasi tersebut sering dipraktikkan, maka nilai-nilai karakter yang berasal dari sebuah karya sastra akan tertanam di dalam alam bawah sadar seorang siswa. Nilai-nilai karakter yang tertanam di alam bawah sadar bisa menjadi kekuatan sebuah nilai rujukan dalam berprilaku sehari-hari yang lebih baik.

Pada sisi lain, siswa bisa diajak memproduksi sebuah karya sastra yang telah dibaca. Dalam hal tersebut, guru bisa memilihkan karya sastra yang mengandung nilai-nilai positif berupa puisi, cerpen, dan novel, kemudian siswa disuruh untuk membacanya. Setelah membaca, siswa disuruh untuk memproduksi sebuah bentuk karya yang lain. Misalnya, bentuk cerpen dan novel diubah menjadi drama, puisi diubah menjadi cerpen. Dalam konteks memproduksi sebuah karya sastra tersebut, guru harus menjelaskan bahwa penekanannya berada pada tema.

Melalui sebuah karya sastra yang mengetengahkan berbagai tema, siswa dapat diajak untuk mengenali dan memahami kualitas tingkatan watak atau karakternya sendiri. Setelah siswa mengenali dan memahami kualitas tingkat karakternya, maka guru harus membimbing atau mengarahkan kualitas tingkat karakter siswa tersebut ke arah yang lebih baik, yakni mengajak siswa untuk berdialog dengan tokoh-tokoh dalam karya sastra yang memiliki kualitas tingkatan karakter pada tataran watak. Oleh karena itu, pembentukan karakter siswa terinternalisasi dalam diri siswa dan diaktualisasikan dalam perilaku sehari-hari mereka.

Jadi dapat disimpulkan bahwa sastra sangat berperan dalam pendidikan karakter siswa, yaitu dalam perkembangan bahasa, perkembangan sosial, perkembangan kognitif, dan perkembangan kepribadian. Juga sastra sebagai media katarsis dalam pembelajaran sastra dapat dimanfaatkan secara reseptif (menerima) dan ekspresif (kemampuan mengungkapkan) dalam pembentukan karakter siswa. Dan sastra dapat mengetengahkan berbagai tema dapat dijadikan media siswa untuk mengenali dan memahami kualitas tingkatan watak atau karakternya sendiri, dan karya sastra yang mengisahkan berbagai tipe karakter sebuah tokoh, dapat dijadikan sebuah media pendidikan karakter bagi seorang siswa, yakni memberikan teladan kualitas tingkatan watak atau kepribadian tokoh yang harus ditiru. Oleh karena itu, siswa yang telah memahami sastra dapat mengalami pembentukan karakter menjadi lebih baik dan dapat ikut menyumbangkan sebuah proses perbaikan bagi masa depan bangsa.

Ikuti tulisan menarik Rita Zahara lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

5 hari lalu

Bingkai Kehidupan

Oleh: Indrian Safka Fauzi (Aa Rian)

Sabtu, 27 April 2024 06:23 WIB

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

5 hari lalu

Bingkai Kehidupan

Oleh: Indrian Safka Fauzi (Aa Rian)

Sabtu, 27 April 2024 06:23 WIB