x

Iklan

Bambang Udoyono

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 3 Maret 2022

Selasa, 12 April 2022 10:29 WIB

Pikiran yang Indah

Keindahan pikiran seseorang tercermin dalam tulisan dan lisannya. Dalam acara unjuk wicara, presentasi, public speaking dsb keindahannya nampak nyata. Apakah keindahannya terletak pada gaya bicara yang meliuk liuk? Ikuti terus artikel ini.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Selama pandemi ini saya kenyang dengan acara unjuk wicara, atau wacana daring, atau zoominar atau apalah namanya.  Biasanya saya mendapat undangan dari berbagai whattsapp group yang saya ikuti. Dengan senang hati saya ikuti acara itu siapa tahu dapat pengetahuan baru.  Inilah catatan singkat saya tentang acara tersebut.

 

Saya mengikuti berbagai thema.  Ada kepenulisan, parenting, public speaking, agama, kesehatan, pariwisata, berkebun dsb. Latar belakang pematerinya beragam.  Ada konsultan bisnis.  Ada tour leader. Ada ustadz.  Ada penulis. Ada juga yang menyebut dirinya trainer, coach dsb. Topiknya tentu saja beragam sesuai thema tadi.  Jumlah pesertanya juga beragam.  Ada yang di bawah sepuluh orang. Ada yang ratusan orang. Tapi belum pernah saya melihat peserta sampai ribuan orang.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

 

Di awal pandemi, yaitu di awal tahu 2020, beberapa acara tersebut masih memiliki peserta yang lumayan banyak. Tapi sekarang di awal tahun 2022 ini kebanyakan sudah surut drastis pesertanya. Barangkali orang sudah pada bosan dengan acara seperti itu.  Bagaimana dengan performance para pemateri?  Ini juga beragam.

Saya menyoroti dua hal. Pertama materi yang disampaikan. Kedua cara menyampaikan.   Materi idealnya diorganisasikan dengan tertata rapi, runtut dan mudah dipahami.  Cara menyampaikannya idealnya dengan gaya bicara yang atraktif yaitu dengan menata tinggi rendah, panjang pendek dan irama suara.  Kalau keduanya dikombinasikan maka akan menjadi paparan yang sangat memikat dan bermanfaat. Bagaimana kenyataannya?

 

Ada pembicara yang materinya sebenarnya cukup menarik. Sayangnya dia kurang mampu mengorganisasikan ke dalam wacana yang rapi jali, runtut dan tertata.  Lebih parah lagi dia kurang mampu menata vokalnya. Ada pembicara yang materinya pas pasan saja, bukan ilmu yang berat, bukan informasi terkini, bukan kiat yang berharga.  Andalan utamanya adalah cara bicara yang atraktif.  Sebagian orang memang terpikat pada bungkus atau kemasan itu. Tapi orang yang kritis tidak hanya melihat bungkus atau kemasan. Mereka lebih mengapresiasi substansi.

 

Di antara semuanya ada sebuah komunitas yang memang unggul.  Komunitas itu menyelenggarakan acara berkala dengan berbagai topik. Ada topik kesehatan, kepenulisan, parenting, public speaking, berkebun dll.   Rata rata pembicara mampu menata materi mereka dengan bagus sehingga materi yang sejatinya berbobot bisa mudah dipahami.  Kebanyakan pemateri memang tidak melakukan olah vokal yang   meliuk liuk, tapi cara pengucapannya jelas dan benar.  Inilah yang penting.  Substansinya dapat.  Kurang gaya sedikit tidak jadi masalah karena toh materi mampu disampaikan dengan baik.

 

Jadi rata rata mereka para pemateri di komunitas ini memiliki beautiful mind, kata orang Barat, atau memiliki pikiran yang indah.  Letak keindahannya bukan pada gaya, bukan pada kecantikan atau kegantengan tapi pada penataan materi dan cara menyampaikannya.  Agaknya benar kata Sani Raja, seorang jurnalis kawakan bahwa materi sebaiiknya disusun dengan memperhatikan unsur simplicity, clarity, elegance dan evocativeness (kesederhanaan, kejelasan, keindahan dan daya gugah)

Komunitas apakah itu?  Kasih tahu gak ya?

 

 

Ikuti tulisan menarik Bambang Udoyono lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terpopuler