x

Iklan

AKMAL RIO FERDIAN 2021

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 10 April 2022

Senin, 18 April 2022 22:32 WIB

Pendekatan Psikologi: Dilarang Mencintai Bunga-Bunga Karya Kuntowijoyo

Psikologi dalam cerpen Dilarang Mencintai Bunga-Bunga karya Kuntowijoyo

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Pendekatan psikologis sastra merupakan bagian dari sastra interdisipliner, sastra interdisipliner adalah ilmu yang mengkaji sastra dengan menggunakan disiplin ilmu yang lain. Tentunya dalam hal ini disiplin ilmu yang dimaksud adalah psikologi.

Lalu, apa itu psikologi?. Psikologi merupakan ilmu jiwa yang menekankan perhatian studinya pada manusia terutama pada perilaku manusia (human behavior or action). Hal ini dapat dipahami karena perilaku merupakan fenomena yang dapat diamati dan tidak abstrak. Adapun jiwa merupakan sisi dalam (inner side) manusia yang tidak teramati tetapi menampakkannya, tercermati dan tertangkap oleh indra, yaitu lewat perilaku (Siswantoro, 2005:26).

Jadi, dapat dikatakan psikologi sastra bertujuan memahami watak dan karakter dari tokoh yang ada didalam karya sastra tersebut melalui perilaku dan perbuatannya.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Sebagai disiplin ilmu, psikologi sastra dibedakan menjadi tiga pendekatan, yaitu (1) pendekatan ekspresif, yaitu kajian aspek psikologis penulis dalam proses kreativitas yang terproyeksi lewat karya sastra, (2) pendekatan tekstual, yaitu mengkaji aspek psikologi sang tokoh dalam sebuah karya sastra, (3) pendekatan reseptif pragmatik yang mengkaji aspek psikologi pembaca yang terbentuk setelah melakukan dialog dengan karya yang dinikmati serta proses kreatif yang ditempuh dalam menghayati teks (Aminudin, 1990:89).

Psikologis penulis dalam proses kreativitasnya dapat dilihat dari latar belakang si penulis itu sendiri. Kuntowijoyo yang dilahirkan di Yogyakarta dan tumbuh dewasa di Surakarta memiliki riwayat pendidikan yang sangat tinggi. Mulai dari pendidikan formal keagamaan di Madarasah Ibtidaiyah sampai mempunyai gelar Ph.D ilmu sejarah di Kolombia. Kuntowijoyo telah menjadi sastrawan muda sejak ia masih SMA. Karya-karya ciptaannya terdengar seperti dongeng, namun caranya menjadikan prahara kehidupan masyarakat sehari-hari sebagai contoh dan memberikan nilai-nilai positif menunjukkan bahwa kuntowijoyo itu berwawasan luas dan kritis.

Tokoh yang dihadirkan dalam cerpen ini bermacam-macam sifat dan perilakunya, seperti tokoh Ayah dengan semangat laki-laki harus bekerja keras, malas adalah musuh terbesar bagi laki-laki menurutnya. Kedua tangan bagi laki-laki itu untuk bekerja, sifat realistis dalam tokoh ini mendominasi perilakunya.

Kemudian tokoh Ibu, dengan sifat penyayang dan penyabar. Jembatan antara Buyung dengan ayahnya, dilema bagi dirinya ketika harus melihat keinginan suaminya yang tidak sesuai dengan karakter anaknya dan melihat perkembangan anaknya yang diluar ekspetasi suaminya. Pucat pada wajahnya adalah salah satu tanda itu.

tokoh Kakek yang memiliki cara pandang filsafat, ia menganggap bunga sebagai simbol ketentraman, ketenangan dan keteguhan jiwa. Hal yang ia dapatkan dari pemandangan taman bunga di pekarangan rumahnya. Kenikmatan dalam menjalani hidup yang berasal dari sifat kebijksanaannya membawa karakter Kakek bertemu dengan karakter utama dalam cerpen, yaitu Buyung.

Buyung yang pada awalmnya tidak menyukai sifat dan cara ayahnya dalam mendidik dirinya. “aku mulai segan bertemu dengan ayah. Seperti ada orang lain dalam rumah bila ayah di rumah. Kehadiran ayah menjadikan aku gelisah.” Berbanding terbalik dengan Kakek, Buyung selalu datang kepada Kakek dikarenakan sifat bijaksana dan sabar membuatnya nyaman. Mengajarkan buyung bagaimana caranya menikmati hidup, mendatangkan ketenangan jiwa dan keteguhan hati. Dengan simbol bunga-bunga Buyung mengerti, memandangi bungu-bunga di dalam kamarnya atau di pekarangan rumah Kakek dia merasa telah berdamai dengan kehidupan.

Pada akhir cerita diperlihatkan hasil dari cara pandang Kakek yang telah mengakar pada buyung. Mendatangkan ketenangan dan keteguhan jiwa dalam setiap hal yang terjadi padanya, membuat Buyung mengerti perbedaan sifat dan keinginan tokoh-tokoh tersebut. Pesan dalam cerpen dilarang mencintai bunga-bunga adalah tentang cara pandang dan berpikir setiap individu berbeda-beda.

psikologi pembaca setelah membaca cerpen ini beberapa terpengaruh, setidaknya untuk pembaca remaja dikarenakan cerpen ini menyinggung sistem patriarki dalam keluarga yang sedikit banyak berhubungan dengan kehidupan nyata mereka. Selebihnya cerpen ini hanya membahas permasalahan di kehidupan sehari-hari masyarakat.

 

Referensi:

Al-Ma’ruf, Ali Imron dan Farida Nugrahani. 2017. Pengkajian Sastra Teori dan Aplikasi. Surakarta: CV. Djiwa Amarta Press.

Ikuti tulisan menarik AKMAL RIO FERDIAN 2021 lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terpopuler