x

cerpen DILARANG MENCINTAI BUNGA-BUNGA karya KUNTOWIJOYO

Iklan

Nabila

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 9 April 2022

Minggu, 24 April 2022 08:12 WIB

Cerpen Dilarang Mencintai Bunga-Bunga: Karya Kuntowijoyo untuk Mendalami Perasaan Perempuan

Artikel ini dibuat untuk mendalami perasaan perempuan melalui cerpen Dilarang Mencintai Bunga-Bunga karya Kuntowijoyo.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Saat pertama kali membaca Cerpen Kuntowijoyo Dilarang Mencintai Bunga-Bunga, saya kaget sekaligus heran. Mengapa seseorang memiliki ide yang begitu keren dan dapat menyampaikannya dengan baik? Saya pikir begitulah cara saya menjawab. Sederhananya, saya asyik dengan cerita yang dirangkai Kuntowijoyo, saya merasakannya sangat dalam. Kuntowijoyo dapat mengungkapkan pendapatnya tentang kesenjangan antara pria dan wanita melalui cerita yang sangat sederhana yang menggugah selera. Tapi itu lebih dari sekedar celah!.

Pada cerpen ini, menurut saya Kuntowijoyo juga membongkar pembaca dan mengajak mereka untuk ikut menyelami bagaimana seorang perempuan, seorang istri dan ibu, memperlakukan hidupnya. Kuntowijoyo tidak menjelaskan apa-apa selain kehidupan sehari-hari. Dalam cerpen ini, Kuntowijoyo menemukan penjelasan tentang perasaan ibunya ketika kehadiran ayahnya menghalangi Buyung (tokoh laki-laki) untuk tinggal di kamar. “Atau, sosok ayahnya yang melarangnya mengumpulkan bunga di kamarnya dengan kalimat, “Engkau mulai cengeng, Buyung. Boleh ke sungai untuk berenang, bukan mencari bunga.”. Dan melalui riwayat ayahnya menyuruh Buyung untuk melemparkan bunga yang berada di kamarnya.

Dalam cerpen ini, tokoh perempuan yang juga seorang ibu digambarkan berusaha menyeimbangkan perilaku menjadi istri yang baik dan ibu yang baik. Itulah yang saya temukan dalam kalimat: "Keluar lebih awal. Pegang sesuatu. Sapu atau apa. Cepat." Ungkapan kemunculan ibu yang dilontarkan di sana memunculkan kekhawatiran sang ibu yang takut anaknya akan dimarahi  ayahnya  hanya dengan berada di  kamar. Tapi kalimat itu juga menyampaikan kepada saya kekhawatiran seorang wanita yang takut suaminya akan memarahinya hanya karena membiarkan putranya di kamar. Penjelasan Kuntowijoyo tentang perilaku ibu ketika suami melarang anak tinggal di kamar, dan ketika suami melarang anak menyukai bunga, meskipun saya dalam posisi ini menurut saya jawabannya adalah ini merupakan opini berdasarkan keberadaan seorang wanita lajang muda, khawatir tentang seperti apa hidup saya ketika saya  menjadi seorang istri atau ibu.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Sampai di halaman 18 pada cerpen ini, saya lebih kaget lagi karena Buyung, seorang anak SD, berdiskusi dengan ibunya.  Apa yang lebih baik dari ketenangan pikiran dan kekuatan batin?” Maka Kuntowijoyo tertegun melihat reaksi ibunya, berdiri teguh, tidak bergerak, bahkan matanya. Saya menjelaskan bahwa itu menjadi merah seolah-olah saya menangis. Saat membaca dialog itu, saya ingin  berteriak di depan Kuntowijoyo, "Hey, saya juga akan seperti itu  jika anak saya yang masih kecil berbicara sebijak itu mengenai kehidupan!". Berlebihan, cerita pendek ini membuat saya  merasa sangat ekspresif sebagai seorang wanita. Kuntowijoyo menanggapi dengan menjelaskan kekhawatiran saya tentang apa yang akan terjadi jika saya  menjadi seorang istri dan ibu. Ada juga kebingungan yang dirasakan istri dan ibu terkait dengan anak dan suami yang memiliki kepribadian yang saling bertentangan.

Saya tidak hanya bisa mendapatkan cerita melalui cerita pendek ini,  tetapi  juga  belajar untuk memahami dan mengeksplorasi lebih jauh. Sangat sulit untuk menjadi seorang wanita, tetapi ternyata sangat menyenangkan. Ketika seorang wanita menjadi seorang istri, dia harus mematuhi suaminya. Ketika seorang wanita menjadi seorang ibu, hati nurani dan cintanya kepada anak-anaknya menjadi sangat besar, terlebih lagi ketika dia belum menjadi seorang ibu.

Dan mengingat dua posisi  istri dan ibu, akan menjadi "keduanya dan malapetaka" jika seorang wanita tertarik untuk menyelaraskan satu tubuh, dua orang yang ada dalam  dirinya. Bahkan tidak jarang perempuan  kehilangan nilainya karena termakan oleh statusnya sebagai istri dan ibu. Jadi cerpen Kuntowijoyo, Dilarang Mencintai Bunga-Bunga, sangat baik dalam menyampaikan pesan mendalam tentang kesenjangan antara laki-laki dan perempuan dan betapa "kerennya" menjadi seorang ibu.

Ikuti tulisan menarik Nabila lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Puisi Kematian

Oleh: sucahyo adi swasono

Sabtu, 13 April 2024 06:31 WIB

Terpopuler

Puisi Kematian

Oleh: sucahyo adi swasono

Sabtu, 13 April 2024 06:31 WIB