x

Lik Karso, Lelaki 60tahunan yang hidup dalam alam imajinasi

Iklan

siti nurhayati

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 23 April 2022

Selasa, 26 April 2022 15:17 WIB

Pendekatan Mimetik Puisi “Kupandang Kelam yang Merapat ke Sisi Kita” Karya Sapardi Djoko Damono

Pendekatan mimetik adalah pendekatan sastra yang menitikberatkan kajiannya terhadap hubungan karya sastra dengan kenyataan di luar karya sastra. Karena tidak mudah untuk memahami puisi Sapardi, maka dari itu penulis akan mengulas makna puisi “Kupandang Kelam yang Merapat ke Sisi Kita“ dengan pendekatan mimetik.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Pendekatan mimetik adalah pendekatan kajian sastra yang menitikberatkan kajiannya terhadap hubungan karya sastra dengan kenyataan di luar karya sastra (semesta). Pendekatan yang memandang karya sastra sebagai imitasi dan realitas (Abrams dalam Siswanto, 2008:188). Pendekatan mimetik memandang karya sastra sebagai tiruan atau pembayangan kehidupan nyata sebagaimana dikemukakan oleh filosof Plato dan Aristoteles. Menurut Plato, seni hanyalah tiruan alam yang nilainya jauh di bawah realitas sosial dan ide, sedangkan Aristoteles menyatakan bahwa tiruan itu justru membedakannya dari segala sesuatu yang nyata dan umum karena seni merupakan aktivitas manusia. Dalam pendekatan ini, pengarang mengungkapkan perasaannya menggunakan kata-kata yang berada di sekitarnya. Kata-kata itu bisa dari bahasa daerah, kata sifat, benda atau apa pun itu yang terdapat di sekitar pengarang. Bahkan, bisa saja menggunakan kata berupa khayalan pengarang.

Menurut Shahnon Ahmad (dalam Pradopo, 1993: 6), puisi adalah bentuk pemikiran manusia dengan unsur berupa emosi, imajinasi, ide, nada, irama, kesan, pancaindra, susunan kata, kepadatan, dan perasaan yang bercampur-baur. Puisi merupakan hasil penafsiran penyair terhadap kehidupan (Aisyah, 2007:2), karenanya puisi dianggap sebagai imitasi atau representasi kehidupan manusia. Dalam pendekatan ini, puisi dihubungkan dengan kebenaran dan kenyataannya dengan kehidupan sehari-hari.

Kata-kata yang Pak Sapardi pakai dalam menyusun sebuah puisi sebenarnya menggunakan bahasa keseharian; tetapi penyusunannya dalam masing-masing baris itulah yang menciptakan sebuah kesan puitis, kesan prismatis dalam menangkap maknanya. Karena tidak mudah untuk memahami puisi Sapardi, maka dari itu penulis akan mengulas makna puisi “Kupandang Kelam yang Merapat ke Sisi Kita“ dengan pendekatan mimetik.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

KUPANDANG KELAM YANG MERAPAT KE SISI KITA

kupandang kelam yang merapat ke sisi kita;

siapa itu di sebelah sana, tanyamu tiba-tiba

(malam berkabut seketika); barangkali menjemputku

barangkali berkabar penghujan itu

 

kita terdiam saja di pintu; menunggu

atau ditunggu, tanpa janji terlebih dahulu;

kenalkah ia padamu, desakmu (kemudian sepi

terbata-bata menghardik berulang kali)

 

baying-bayangnya pun hampir sampai di sini; jangan

ucapkan selamat malam; undurlah pelahan

(pastilah sudah gugur hujan

di hulu sungai itu); itulah Saat itu, bisikku

 

kukecup ujung jarimu; kau pun menatapku:

bunuhlah ia, suamiku (kutatap kelam itu

baying-bayang yang hampir lengkap mencapaiku

lalu kukatakan: mengapa Kau tegak di situ)

(1968)

"Kupandang Kelam yang Merapat ke Sisi Kita", adalah salah satu puisi karangan Sapardi Djoko Damono tahun 1968, yang dari kata “kelam” pada judulnya saja kita sudah bisa menebak bahwa puisi ini menceritakan tentang kematian. Seperti karyanya yang lain, penyair senior ini memang sangatlah ulung dalam mengangkat tema-tema murung yang cocok dibaca dalam kesunyian, dan dihayati dalam kesendirian.

Karya ini menceritakan tentang kehidupan sepasang suami istri yang mana hanya si “suami” sajalah yang didatangi oleh kematian. Kematian yang disambut dengan penuh gelisah dan kepasrahan tergambar pada kata “kelam”. Kematian ialah suatu hal yang tetap menjadi sebuah nasib milik masing-masing, kematian itu pasti datang kepada setiap makhluk yang bernyawa. Terlihat pada bait pertama, Beliau menggunakan kata “ke sisi kita”, tetapi hanya si “kupandang” sajalah yang sebenarnya mampu menghayati kematian yang datang padanya. Suasana kematian sedih;sendiri itulah yang tergambar dalam bait pertamanya.

Bait kedua, Beliau menggambarkan seseorang yang sedang menunggu datangnya kematian, yang sebenarnya tidak ditunggu pun pasti akan datang “tanpa janji terlebih dahulu”. Saat kematian itu terlihat semakin dekat, dengan penuh gelisah sang istri bertanya “kenalkah ia padamu”, dan sang suami hanya menjawabnya dengan penuh rasa gelisah dan terbata-bata “(kemudian sepi terbata-bata menghardik berulang kali)”.

Bait ketiga, Pak Sapardi menyebutkan kematian yang sudah didepan mata “hampir sampai di sini” diwakilkan dengan “baying-bayangnya pun”. Dilanjut dengan kata “jangan ucapkan selamat malam;” penyair mengungkapkan sambutlah kematian itu dengan sikap hormat, menyisih, dan berikanlah jalan kepadanya, dan berbicara pelan “itulah Saat itu, bisikku”.

Bait terakhir, “kukecup ujung jarimu; kau pun menatapku:” menggambarkan sang suami yang mengecup ujung jari Istrinya yang sudah pasrah dengan keadaan. Sambil menatap suaminya, ia berkata “bunuhlah ia, suamiku”, “bunuhlah” di sini bermakna tolaklah; hentikanlah kematian yang datang kepadamu. Tetapi, mustahil seseorang menolak kematian. Maka, si suami sendirilah yang akhirnya harus menghadapi kematian yang datang lewat kelam itu. Di sini, kita dapat mengetahui bahwa kematian yang digambarkan oleh Pak Sapardi sebagai sebuah kesendirian. Suasana “kelam; sedih,sunyi", kematian itulah yang bisa pula dihayati oleh orang lain.  

 

Referensi:

  • Siswanto, Wahyudi. Pengantar Teori Sastra. Jakarta: GRASINDO, 2008.
  • Susanti, Elvi. Keterampilan Berbicara. Depok: RAJAWALI PERS. 2020.
  • Riris K. Membaca Sapardi. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia. 2010.

 

                                                                                                                      

 

 

 

Ikuti tulisan menarik siti nurhayati lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

4 hari lalu

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

4 hari lalu