x

Iklan

Syarifudin

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 29 April 2019

Senin, 9 Mei 2022 14:33 WIB

Percuma Ibadah Ritual Bila Membiarkan Orang Lain Susah, Perbaiki Ibadah Sosial

Getol ibadah ritual tapi abaikan ibadah sosial, kok bisa? Lupa ya, menyenangkan hati orang lain dan menjaga hubungan baik pun ibadah lho, pahamkan?

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Setelah Idul Fitri kali ini, salah satu hikmah yang saya peroleh adalah ibadah itu bukan hanya ritual tapi juga sosial. Ibadah sosial sama pentingnya dengan ibadah ritual kepada Allah SWT. Berbuat baik kepada sesama manusia selama di dunia tidak kalah penting dibandingkan kepatuhan terhadap perintah-Nya untuk akhirat. Maka, kualitas ibadah siapa pun harus terus-menerus diperbaiki, baik ritual maupun sosial.

 

Menjaga hubungan dengan sesama manusia itu sama pentingnya dengan memelihara hubungan dengan Allah SWT. Ibadah tidak cukup hanya ritual. Menjalankan sholat 5 waktu, menjadi hafizh, bahkan pandai ilmu agama. Namun, kesalehan ritual yang dimilikinya tidak bermanfaat dan berdampak baik kepada sesama umat. Orang lain tetap terpuruk dan tidak beranjak menjadi lebih baik dalam hidupnya. Sekali lagi, ibadah itu bukan hanya ritual tapi juga sosial.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

 

Mungkin hari ini, kian banyak orang-orang yang belajar agama dan jago dalam urusan ibadah ritual. Tapi sayang secara sosial, tetap gemar mengumpat atau mencela pemimpin atau orang lain dengan segala cara. Hobi bergibah atau berbicara banyak atas hal-hal yang tidak manfaat untuk dirinya, bahkan untuk orang yang dibicarakannya. Jadi percuma, ahli ibadah ritual namun mengabaikan ibadah sosial. Hidup tidak cukup hanya kesalehan ritual tanpa diimbangi kesalehan sosial.

 

Ibadah apa pun bentuknya, ritual maupun sosial, sejatinya bukan karena ingin mendapat pahala. Agama yang dipahami sebatas mengganjar ibadah dengan pahala patut diperbaiki. Ibadah, tentu dilakukan bukan untuk membayar "utang budi" pada siapa pun, bukan pula meminta upah pahala sebagai balasan. Ibadah kok egois.

 

Bukti bahwa ibadah sosial pun lebih bernilai daripada ibadah ritual. Ibadah apa pun bukan karena ingin pahala atau dipuji, terlalu egois. Tapi ibadah adalah wujud rasa cinta kepada sesama dan bukti syukur atas segala nikmat dan anugerah Allah SWT. Karena sejatinya, ibadah di agama apa pun memiliki misi untuk menggerakkan ekonomi rakyat, memeratakan kesejahteraan, memberdayakan kalangan tidak mampu, bahkan membaguskan akhlak dalam berpolitik atau bermasyarakat.

 

Maka salah, bila hari ini ibadah dijalankan seperti agamanya pedagang yang hanya mikirin untung (surga). Salah pula bila ibadah dikerjakan seperti agamanya para budak yang hanya takut disiksa majikan (neraka). Apalagi menjadikan ibadah sebagai agitasi personal. Sebagai luapan rasa gelisah, benci, dan amarah yang tiada pernah berhenti. Ibadah-lah seperti hamba yang bebas. Ibadah untuk mencintai dengan penuh kesadaran, mensyukuri dengan penuh ketakwaan. Ibadah yang berdaulat dan tetap enjoy menjalankannya. Seperti riwayat Aisyah yang heran, kenapa Rasulullah masih sangat rajin beribadah kepada Allah walau surganya sudah dijamin? Maka Rasulullah pun bersabda, bahwa “beliau beribadah atas rasa terima kasih dan syukur kepada Allah SWT, karena terlalu banyak nikmat yang dilimpahkan-Nya”.

 

Banyak kisah menyebutkan, bahwa ibadah sosial sangat bernilai di mata Allah SWT, bahkan mungkin jauh lebih bernilai dari ibadah ritual. Karena Allah SWT berada di antara orang-orang yang kesusahan. Maka salah satu cara untuk menemui Allah SWT adalah dengan membantu orang-orang yang susah. Membantu sesama akan hal apa pun yang bernilai ibadah.

 

Dalam kitab “Mukasyafatm al-Qulub”, suatu kali Nabi Musa berdialog dengan Allah, lalu bertanya, “Wahai Allah, aku sudah melaksanakan ibadah yang engkau perintahkan. Manakah di antara ibadahku yang engkau senangi, apakah sholatku? Allah menjawab, “Sholatmu itu hanya untukmu sendiri, karena shalat membuat engkau terpelihara dari perbuatan keji dan mungkar.” Lalu ibadah apa yang membuat engkau senang? tanya Nabi Musa lagi. Maka jawabnya, “Memasukkan rasa bahagia ke dalam diri orang lain”. Menyenangkan hati orang lain pun ibadah. Menjaga hubungan baik dengan orang lain justru lebih dari ibadah ritual.

 

Ibadah sosial pun terjadi di taman bacaan. Walau hanya menyediakan akses bacaan kepada anak-anak. Memberantas buka aksara, mengajari anak-anak prasekolah. Bahkan membina anak-anak yatim dan kaum jompo. Termasuk membebaskan kaum ibu dari jeratan rentenir dan utang berbunga tinggi melalui koperasi simpan pinjam. Hal itulah yang dilakukan di Taman Bacaan Masyarakat (TBM) Lentera Pustaka di kaki Gunung Salak Bogor, sebagai wujud ibadah sosial. Ibadah yang tidak hanya sebatas ritual.

 

Ibadah sosial sama pentingnya dengan ibadah ritual. Maka berhati-hatilah terhadap dosa-dosa sosial. Seperti menyakiti hati manusia, bergibah, berprasangka buruk, berkata kotor, menghakimi, apalagi menzolimi dan mengambil hak orang lain. Jangan sepelekan dosa sosial sekecil apa pun. Itulah pentingnya silaturahim dan saling memaafkan. Dosa kepada Allah SWT, siapa pun bisa memohon ampunan-Nya.  Karena ampunan Allah SWT jauh lebih luas daripada murka-Nya. Tapi dosa kepada manusia, Allah SWT tidak akan mengampuni sebelum manusia yang dizolimi itu ridho. Korupsi, mencuri, menjual hak orang lain tidak bisa diampuni dosanya dengan banyak sholat. Karena di situ, ada dosa sosial dan kezoliman terhadap orang lain.

 

Jadi, ibadah sosial dan ritual itu penting. Sebagai wujud cinta kepada sesama dan syukur kepada Allah SWT. Bukan karena merasa jadi orang penting atau disebut dermawan atau dipuji orang. Karena bukankah segala yang ada di langit dan bumi adalah milik-Nya.

 

Lalu, kenapa berani mengambil milik Allah? Selalu ada jalan untuk memperbaiki ibadah sosial. Salam literasi #IbdahaSosial #PegiatLiterasi #TamanBacaan #TBMLenteraPustaka

 

Ikuti tulisan menarik Syarifudin lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler