x

Iklan

Moch Aldy MA

Pengarang & Redaktur Omong-Omong Media
Bergabung Sejak: 23 November 2021

Minggu, 19 Juni 2022 06:05 WIB

Puisi-Puisi Moch Aldy MA

Lima puisi Moch Aldy MA yang wawawa

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Bahaya Laten Nihilisme

"hidup hanya menunda kekalahan
...
...
sebelum pada akhirnya kita menyerah."
—Chairil Anwar

semisal aku menjungkir-balikkan fantasimu perihal kekekalan, & menunjukan bagaimana ingatan bekerja di hadapan lupa—masihkah kau berhasrat jadi orang berguna? masihkah kau hidup demi membuat sekumpulan orang asing itu agar mengingatmu? masihkah ada sebercak nyala di dalam rongga dada sebelah kirimu itu?

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

tak ada yang benar-benar abadi, kecuali optimisme yang diteriakkan seorang naif dengan mulut berbusa—yang bahkan mati sebelum sempat menggapai mimpinya sendiri—meski ia sempat membuat seorang pesimis menunda gerimis, yang pada giliranya, tetap saja dihanyutkan pertanyaan: "apakah menunda kekalahan hidup kepada mati—sepadan—dengan kebahagiaan yang mungkin akan didapatkan?"

& waktu melaju seperti tong setan.

(2022)

-

(Non-)Overlapping Magisteria

: dunia adalah pasar malam
yang sedang mati lampu.

Filsafat, bertanya: "apakah ada
kucing hitam di tengah-tengah
pasar malam yang sedang mati lampu?"

Agama, percaya ada kucing putih di situ.

Sains, menyalakan genset tanpa ba-bi-bu.

(2022)

-

Cinta adalah Katak Panah Beracun Berwarna Cerah (yang Lantas dengan Lekas Kita Anggap Begitu Berbahaya setelah Menyentuhnya)

ya, memang terlihat menarik, lucu, & menggemaskan ... tetapi ia memiliki cukup senyawa kimia—untuk mengubah sepuluh juta spektrum warna, jadi hanya berwarna biru-pucat serupa filsafat barat ... lantas mengganggu sistem lakrimal pada mata sampai mentransformasi gramatika air mata jadi airmata;

ia mampu membunuh sepuluh ribu lelaki tak berdosa, lalu mengubahnya jadi mesin penggubah bahasa yang memfabrikasi sepuluh miliar mitos, kredo, & puisi ode tentang bagaimana hal-ihwal cinta mengubah musim semi jadi musim gugur kedua, mengubah nada mayor jadi nada minor, mengubah realisme jadi surealisme, mengubah pikiran & perasaan jadi pusat arsip paling sibuk semalam suntuk;

hanya dengan menyentuhnya—hanya dengan menyentuh makhluk sialan itu ... cinta adalah katak panah beracun berwarna cerah yang lantas dengan lekas kita anggap begitu berbahaya setelah menyentuhnya.

(2022)

-

Seperti Apa Rasanya Menjadi Redaktur Puisi?

seperti terus-menerus dihantui tradisi, orang tua, & orang mati—yang tak pernah usai merumuskan & mendiktekan bagaimana seharusnya bahasa bekerja di kepala penyair-muda ... yang bisa dipastikan kepalanya hanya bisa berpikir bahwa: "puisi paling puisi adalah yang paling berima"—yang pada gilirannya, membuat redaktur puisi seperti terus-menerus merasa berdosa ... sebab harus menerbitkan sebuah puisi sampah, juga hampa—yang hanya berisi sekumpulan akrobat diksi, penuh mantra—tanpa memiliki satu pun makna—hanya demi memenuhi tuntutan penerbitan media.

(2022)

-

Jalan Lain > Interteks Malna > Warisan (Kita) Jakarta

Bicara lagi betonku, eskalatorku, liftku, monasku, galnasku, musenasku, trans-jakartaku, mrtku, lrtku, e-walletku, teralis jendelaku. Bicara lagi fly-overku, antimoku, mesin atmku, tas laptopku, ayam-ayam kampusku, wc dudukku, tisu wcku, tisu ajaibku, fwb-fwbku.

Bicara lagi suara knalpot racingku, bajayku, kerak telorku, ondel-ondelku, soto betawiku, roti buayaku, food courtku, macbookku, iphoneku, bumbleku, tinderku, michatku, oyoku, reddoorzku. Bicara lagi boboboxku, balkonku, para kolega-kolegaku, apartemenku, one night standku, bathtubku, jacuzziku, sepatu pantofelku, acku, fwb-fwbku.

Bicara lagi penyedot debuku, ovenku, vapeku, microwaveku, king size bedku, bathrobeku, jasku, parfumku. Bicara lagi fwb-fwbku ... aku kalcer shock, sayangku.

(2022)

Ikuti tulisan menarik Moch Aldy MA lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Puisi Kematian

Oleh: sucahyo adi swasono

Sabtu, 13 April 2024 06:31 WIB

Terpopuler

Puisi Kematian

Oleh: sucahyo adi swasono

Sabtu, 13 April 2024 06:31 WIB