x

Ilustrasi skizofrenia Gambar oleh Gerd Altmann dari Pixabay

Iklan

Samroyani

Penulis Serabutan
Bergabung Sejak: 28 Juli 2022

Jumat, 5 Agustus 2022 11:31 WIB

Chlorpromazine

Dalam rangka mengikuti #LombaPuisiTerokaIndonesiana

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

#LombaPuisiTerokaIndonesiana - Chlorpromazine

 

Mana bisa tidak gila.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Gila, tidak bisa kemana-mana.

Muka dibungkus kain, bukan main.

Suntik imun tanpa suntik iman, bukan main.

 

Mana bisa tidak frustasi.

Mampus kau dikoyak-koyak televisi. 

Mereka merayakan kematian.

Menyuguhkan kengerian.

 

Mana bisa tidak rindu.

Sampai amnesia pada malam minggu.

Bisa-bisa aku jadi binatang lajang.

Menangis sambil telanjang.

 

Ingin ke seratus tahun lalu.

Kala segumpal bayi lahir pandai bersyair. 

Bayi itu juga pasti gila, frustasi, dan merindu.

Namun dibiarkan mengalir, seperti petir.

 

Duar, duar, duar, sajaknya menyambar.

Jauh lebih kencang dari korupsi dan pandemi.

Kalau saja ada di dua ribu dua puluh dusta.

Runtuh penguasa oleh kata-kata.

 

Dia memahat nisan, sembilan belas empat dua.

Untuk menanda pusara orang-orang gila. 

Dia terus meracau, sembilan belas empat lima.

Untuk resah dan keagungan nama.

 

Dalam syair; tuberkulosis terasa manis.

Meski dibaca dalam deru campur salju.

Meski menguak takdir yang getir.

Meski kena gempur dalam lumpur.

 

Aku; hanya orang gila yang merakit puisi.

Persetan korupsi, persetan pandemi.

Mana bisa tidak tergila-gila dan hilang diri.

Pada kata yang hidup seribu tahun lagi.

 

dua tujuh di empat sembilan.

Kewarasan masih di ambang batas aman.

Tuberkulosis masih bisa dirasa manis.

HIngga dia hilang dalam tangis.

 

 

Subang, Agustus 2022.

Ikuti tulisan menarik Samroyani lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terpopuler