#1
Pulau Sumatera menjadi saksi
Lahir sang pelopor puisi 45'
Dihadapkan pada anomali hidup
Perpisahan orangtua menghantarnya pada Jakarta, menetap
#2
Mengenal sastra di usianya ke-19
Mengulik setiap peristiwa lewat kata
Mempermak segala gundah hati lewat sajak-sajaknya
Sastra dunia pertamanya
Wanita dunia keduanya
#3
Gemerlap dunia membawa pria flamboyan ini ke kehidupan lain
Puntung rokok tak pernah lenyap dari bibirnya yang menghitam
Permainan kata yang menghipnotis perhiasan dunia
Kritis lewat syair menghantarnya pada Bui
#4
Kerlap-kerlip lampu pesta membawa Chairil pada candu
Penyakit menggerogoti tubuhnya
Namun, tak hentikan imajinasinya
Berlembar-lembar karya terurai
28 April 1949 Chairil berpulang pada empunya cinta abadi
#5
Tiada di usia muda
Tak redupkan namanya
Sajak-sajaknya sarat akan kematian, individualisme, dan ekstensialisme
Jasad 'Si Binatang Jalang' tak berwujud
Tetapi tetap abadi dalam karya-karyanya
Ikuti tulisan menarik Dessya lainnya di sini.