x

rakyat dan pemimpin

Iklan

Urip Widodo

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 4 Maret 2022

Jumat, 2 September 2022 11:18 WIB

Kualitas Pemimpin Bergantung Kualitas Pemilihnya

Menjelang pergantian kepemimpinan, terutama di level negara, selalu muncul dalam angan setiap orang keinginan untuk memiliki pemimpin yang adil, melindungi, kapasitasnya mumpuni, jujur, dan karakter-karakter positif lainnya. Namun, semuanya itu berakhir dengan sebuah pertanyaan, bagaimana cara mendapatkan pemimpin dengan karakteristik yang diinginkan tersebut?.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Menjelang 2024, sedang ramai menggadang-gadang calon presiden (capres). Para ketua partai sibuk mencari rekan untuk berkoalisi, karena kekurangan ‘ongkos’ untuk bisa mengusung capres. Beberapa lembaga survey berlomba menyampaikan hasil surveynya, yang seolah sudah diketahui hasilnya sebelum survey itu sendiri dilakukan. Rakyat pun ikut hiruk-pikuk kasak-kusuk memperbincangkan calon pemimpin bangsa yang akan dipilih nanti di 2024.

Persaingan perebutan kursi Presiden 2024 jelas seru, dan wajar kalau diharapkan ada perubahan besar, karena Pak Jokowi sudah habis masa periode menjabat presidennya. Kecuali, minta nambah 1 periode lagi.

Keriuhan menjelang Pilpres ini lebih terasa di dunia maya. Pertarungan di dunia maya memang lebih heboh dibanding di dunia nyata. Pertempuran antar cyber army makin seru. Perang opini, saling berbalas status, berbalas meme, saling share black news lawan, dan sebagainya. Mulai dari yang lucu sampe yang serem.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

 

Dari pendukung resmi masing-masing kubu sampai relawan dadakan, semua seolah menjadi yang paling berkepentingan untuk memenangkan tokoh yang didukungnya.

 

Mudah-mudahan semua itu hanya perang opini, hanya pertarungan semu di dunia maya. Bukan sebenarnya yang akhirnya menyebabkan persaudaraan dan persatuan terganggu.

 

Kembali ke topik, “Kualitas Pemimpin bergantung pada Kualitas Pemilihnya”

 

Apa maksudnya?

 

Maksudnya, siapa pun yang memimpin di sebuah komunitas, maka kualitas pemimpin itu tidak jauh-jauh amat dengan para pengikutnya atau orang-orang yang akan dipimpinnya. Dalam konteks pemilihan, maka kualitas pemimpin yang terpilih akan sesuai kualitas para pemilihnya.

 

Pernyataan Khalifah 'Abdul Malik bin Marwan kepada rakyatnya telah menginspirasi saya, sehingga menulis artikel ini.

 

"Rakyatku sekalian, bersikaplah adil (kepada kami, penguasa kalian)! Kalian menginginkan kami sebagai pemimpin supaya seperti Abu Bakar dan Umar, tetapi kalian sendiri kepada kami dan kepada diri kalian sendiri tidak seperti rakyatnya Abu Bakar dan Umar!”

 

Saya sih cukup tersindir dengan pernyataan Khalifah di atas.

Kenapa?

 

Ya, karena kita, kan, selalu ingin pemimpin itu yang jujur, amanah, tidak korupsi, santun, bijak, cerdas, dan sifat-sifat lain yang positif-positif. Tetapi kita sendiri, sebagai rakyat, sebagai pemilih, tidak berusaha terlabih dahulu memiliki karakter-karakter yang diinginkan tadi. Padahal pemimpin itu adalah seseorang yang akan muncul di antara kita, rakyat, permilihnya.

 

Kan, ga ada ceritanya pemimpin yang akan kita pilih itu calonnya diimpor dari luar.

Emang mau?

 

Ada firman Allah Swt yang mungkin relevan:

 

"Dan demikianlah Kami jadikan sebagian orang-orang yang zalim itu menjadi teman bagi sebagian yang lain disebabkan apa yang mereka usahakan.” (QS Al-An’am [6]: 129)

 

Allah Swt menyebutkan di ayat di atas, sebagaimana yang dikatakan oleh Al-Imam Ath-Thurthusy, bahwasanya Dia akan memberikan kepada suatu kaum pemimpin yang sama dengan mereka.

 

Jadi, jangan protes kalau pemimpin kita ‘tidak berkualitas’, karena kita sendiri sama ‘tidak berkualitas’nya atau bahkan lebih 'jelek'.

 

Setiap produk atau output itu dipengaruhi 2 hal, yaitu input atau bahan baku dan proses.

Nah, pemimpin itu output, prosesnya pemilihan umum (Pilpres) dan inputnya masyarakat, termasuk kita, termasuk saya, hanya takdir saja yang menjadikan saya tidak jadi kandidat di Pilpres nanti.

 

Singkatnya “pemimpin terpilih akan sama dengan kita yang memilihnya”.

 

Jadi …

Kalau ingin pemimpin (presiden) yang hebat?

Mari, berusaha dahulu masing-masing kita menjadi pribadi-pribadi yang hebat.

 

Kalau ingin pemimpin (presiden) yang jujur?

Mari, berusaha dahulu masing-masing kita menjadi pribadi yang jujur.

 

Kalau ingin pemimpin (presiden) yang adil?

Mari, berusaha dahulu masing-masing kita menjadi pribadi yang adil.

 

Omong besar, ingin pemimpin yang berkualitas, kalau saat memilihnya nanti hanya didasari isi amplop yang diterima menjelang pagi.

Ikuti tulisan menarik Urip Widodo lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

3 hari lalu

Dalam Gerbong

Oleh: Fabian Satya Rabani

Jumat, 22 Maret 2024 17:59 WIB

Terkini

Sengketa?

Oleh: sucahyo adi swasono

23 menit lalu

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

3 hari lalu

Dalam Gerbong

Oleh: Fabian Satya Rabani

Jumat, 22 Maret 2024 17:59 WIB